PARTAI Keadilan Sejahtera (PKS) merapatkan barisan. Hasil survei sejumlah lembaga menyatakan, elektabilitas partai ini terus merosot tajam.
Berbagai cara diupayakan, mulai dengan mengubah ‘citra’ partai hingga sibuk mencari ‘kawan’ jelang pemilihan presiden 2024 mendatang.
Pilpres 2024 masih sekitar satu setengah tahun lagi. Namun, sejumlah partai politik sudah mulai sibuk menjajaki koalisi. Satu sama lain saling menyambangi guna membangun komunikasi dan kesamaan visi.
Pilpres memang hanya akan memilih pasangan calon presiden dan calon wakil presiden. Namun sejumlah kalangan juga partai politik meyakini, pasangan capres-cawapres yang diusung bakal ikut menentukan perolehan suara partai di Pemilu Legislatif nanti.
Meski dianggap bukan menjadi kunci, efek ekor jas atau ‘coat tail effect’ dianggap akan ikut memengaruhi elektabilitas partai dan perolehan kursi.
Untuk itu, partai politik sangat berhitung sekali dan memilih wait and see terkait bakal calon yang akan diusung dalam Pilpres 2024 nanti.
PKS dinilai sebagai partai politik yang mengerti dan memahami kondisi ini. Karena itu, PKS sedikit menggeser strategi. Salah satunya terkait sosok pasangan bakal capres-cawapres yang akan diusung partai ini.
Sebelumnya, partai ini menyatakan akan mengusung kader sendiri. Namun, sampai sekarang hal ini tak terjadi.
Alih-alih mendorong kader sendiri, partai ini justru merapat ke Partai NasDem yang sudah memiliki kandidat sendiri.
PKS memang harus jeli dan hati-hati. Pasalnya, hasil survei sejumlah lembaga menyatakan, elektabilitas partai ini terus menurun dan terancam akan menjadi partai juru kunci di Pemilu 2024 nanti.
Pada Pemilu 2019 lalu PKS berada di posisi enam dengan perolehan suara sah 11.493.663 (8,21 persen).
Namun jika merujuk hasil survei sejumlah lembaga yang dilakukan pada medio Mei – Juni lalu, elektabilitas PKS terus menurun.
Sebut saja hasil survei Litbang Kompas yang menunjukkan angka elektabilitas PKS hanya 5,4 persen. Elektabilitas partai ini menurun, jika dibandingkan dengan hasil survei pada Januari lalu, yang masih di angka 6,8 persen.
Sementara merujuk hasil survei Poltracking Indonesia, elektabilitas PKS hanya di angka 5,8 persen.
Hasil lebih rendah lagi ditunjukkan survei yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC). Menurut hasil survei yang dilakukan lembaga ini pada Mei 2022, elektabilitas PKS hanya berada di kisaran 2,5 persen.
PKS melakukan berbagai cara dan upaya guna tetap bisa mendulang suara. Salah satu yang dilakukan adalah mengganti warna lambang partai kader ini.
PKS mengganti warna logo partainya menjadi bernuansa oranye. Ini dilakukan guna mengubah citra PKS yang selama ini terkesan serius, tertutup dan ekslusif menjadi lebih fresh, friendly, dan inklusif.
Ini dilakukan agar partai kader yang selama ini identik dengan Islam bisa diterima semua kalangan.
Perubahan warna logo juga dilakukan guna ‘menggoda’ generasi muda. PKS berharap, strategi ini bisa mendulang suara dari anak-anak muda.
Pasalnya, generasi muda akan menjadi pemilih terbesar dalam Pemilu 2024 nanti. PKS tak lagi hanya menyandarkan harapan pada barisan kader semata, namun berusaha menarik para pemilih di luar basis tradisionalnya.
Tak hanya mengubah warna logo, petinggi partai ini juga sempat mengusulkan Raffi Ahmad untuk maju sebagai kandidat capres 2024.
Ini tentu agak mengejutkan karena di luar kebiasaan. Kuat dugaan, munculnya nama Raffi Ahmad yang notabene adalah seorang artis dan bukan kader PKS merupakan bagian strategi partai ini untuk menarik perhatian publik.
Wacana pencapresan Raffi Ahmad juga ingin menguatkan kesan, bahwa partai ini tidak lagi hanya menjadi wadah bagi para pemilih Muslim konservatif dan warga kota, namun menjadi rumah bersama bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia. PKS ingin menambah dan memperluas ceruk pemilihnya.
Kuat dugaan, beragam cara ini dilakukan karena saat ini mereka punya tandingan. Tentunya PKS tak bisa tinggal diam usai Anis Matta mendirikan Partai Gelombang Rakyat Indonesia atau Partai Gelora Indonesia.
Partai yang dibidani sejumlah politisi ‘jebolan’ PKS ini tentu bisa menjadi ancaman tersendiri. Pasalnya, basis massa dan ceruk pemilihnya nyaris sama.
Apakah semua strategi yang digunakan bisa membuat PKS bisa bertahan, atau justru akan membuat partai ini ditinggalkan?
Saksikan pembahasannya dalam talkshow Satu Meja The Forum, Rabu (6/7/2022), yang disiarkan langsung di Kompas TV mulai pukul 20.30 WIB.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.