Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menakar Kans Puan Jadi Penerus Mega di Kursi Ketum PDI-P, Regenerasi Trah Soekarno?

Kompas.com - 06/07/2022, 06:00 WIB
Fitria Chusna Farisa

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sosok Ketua DPP Bidang Politik dan Keamanan PDI Perjuangan Puan Maharani semakin sering tampil.

Belakangan, Puan kian diberi ruang oleh partainya untuk melakukan kerja-kerja politik.

Manuver ini pun disinyalir sebagai upaya PDI-P untuk menyiapkan Ketua DPR RI itu menjadi penerus tahta tertinggi partai setelah Megawati tak berkuasa lagi.

Konsolidasi hingga silaturahmi

Usai Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II PDI-P akhir Juni kemarin, Puan dimandatkan oleh Megawati, yang tak lain adalah ibunya sendiri, untuk melakukan penjajakan dengan partai politik lain guna menghadapi Pemilu 2024.

"Tadi saya diminta ibu ketum sebagai ketua DPR bisa ikut menjajaki kerja sama, ada silaturahim," kata Puan usai rakernas di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis (23/6/2022).

Baca juga: Puan Maharani Sebut Ditugasi Megawati untuk Keliling Indonesia

Kala itu, Puan bilang, PDI-P bakal melakukan penjajakan politik dengan semua partai tanpa terkecuali. Penjajakan ini atas arahan dan izin dari Megawati.

"Tentu saja, kita akan menjajaki kerja sama dengan semua partai yang ada," ujarnya.

Menurut Puan, silaturahmi PDI-P ke partai politik adalah suatu kewajiban. Sehingga, peluang untuk kerja sama terbuka lebar.

Terbaru, Puan mendapat tugas khusus dari ibunya untuk keliling Indonesia guna bertemu dan berkonsolidasi dengan kader partai banteng di daerah.

Baca juga: Banting Tulang PDI-P demi Antar Puan Maharani ke Panggung Pilpres...

Puan mengaku, dirinya telah berkeliling ke berbagai penjuru tanah air, mulai dari Jawa, Kalimantan, Sulawesi, sampai ke Papua.

"Selama ini saya muter-muter, Jawa Tengah, Jawa Timur, ini mulai masuk Jawa Barat, Kalimantan, Sulawesi, sampai ke Papua, dan lain sebagainya. Ada yang nanya Mbak Puan mau ngapain sih muter-muter?" kata Puan dalam keterangannya, Senin (4/7/2022).

“Ya pertama sebagai Ketua DPP partai sebagai Ketua DPR saya ditugaskan, inget ya ditugaskan Ibu Ketua Umum (Megawati) untuk muter-muter, untuk ketemu sama keluarga besar PDI Perjuangan,” sambungnya.

Puan berdalih, ada alasan khusus mengapa dirinya yang berkeliling Indonesia untuk konsolidasi, bukan Megawati. Menurut dia, ini karena kondisi Mega yang sudah tidak memungkinkan untuk turun langsung bertemu masyarakat.

Mantan Menteri Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) itu mengaku meminta langsung pada ibunya supaya tidak lagi terjun ke bawah demi menjaga kondisi kesehatannya.

"Kenapa? Kita semua sayang sama Ibu Mega kan. Nah jadi saya memang termasuk orang yang meminta Ibu Mega itu enggak muter-muter seperti dulu," kata Puan.

"Karena kita sayang sama Ibu Mega kita jaga kesehatannya, kalau acara besar, acara urgent, acara penting ibu akan hadir," tuturnya.

Baca juga: Dapat Tugas Khusus dari Megawati, Puan Disiapkan Jadi Penerus Ketum PDI-P?

Sementara, Ketua DPP PDI-P Djarot Saiful Hidayat beralasan, ditunjuknya Puan untuk konsolidasi ke daerah adalah karena peran putri bungsu Megawati itu di internal PDI-P sebagai Ketua DPP bidang politik.

"Mbak Puan itu di DPP sebagai ketua bidang politik. Beliau putrinya Bu Megawati," kata Djarot di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (4/7/2022).

Terkait tugas Puan menjalin komunikasi dengan partai-partai politik lainnya, kata Djarot, ini karena jabatan dia sebagai Ketua DPR RI yang kerap bertemu fraksi-fraksi partai di Parlemen.

"Komunikasi lintas fraksi itu pasti dilakukan oleh beliau. Semua partai-partai politik itu kan ada fraksi-fraksi juga kan dan setiap saat juga bertemu sama beliau (Puan Maharani)," jelas mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

Regenerasi partai?

Membaca ini, Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam berpandangan bahwa ditunjuknya Puan untuk menjalankan kerja-kerja kepartaian tak lepas dari upaya PDI-P menyiapkan regenerasi kepemimpinan.

Regenerasi di tubuh PDI-P adalah keniscayaan. Apalagi, Megawati telah memimpin partai berlambang banteng itu sekitar 30 tahun.

Baca juga: Banting Tulang PDI-P demi Antar Puan Maharani ke Panggung Pilpres...

"Regenerasi kepemimpinan menjadi kebutuhan fundamental sekaligus peluang besar untuk melakukan transformasi kualitas mesin politik partai," kata Umam kepada Kompas.com, Selasa (5/7/2022).

Umam menilai, besar kemungkinan Megawati melimpahkan tahtanya ke Puan. Namun, tak menutup kemungkinan presiden kelima RI itu menunjuk putranya yang selama ini banyak bekerja di balik layar, Prananda Prabowo.

Kendati begitu, menurut Umam, sosok Puan punya rekam jejak politik yang lebih panjang dengan jaringan yang tampak lebih mapan dibanding Prananda.

"Karena itu, penempatan Puan sebagai pengganti Megawati tampaknya akan lebih prospektif untuk mengonsolidasikan sel-sel politik PDI-P di masa mendatang," ujar Umam.

Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, Ketua DPP PDI-P Puan Maharani dan Prananda Prabowo saat hendak makan bakso di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis (23/6/2022).KOMPAS.com/NICHOLAS RYAN ADITYA Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, Ketua DPP PDI-P Puan Maharani dan Prananda Prabowo saat hendak makan bakso di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis (23/6/2022).

Namun demikian, lanjut Umam, jika ke depan Prananda tampil lebih terbuka di hadapan publik, bisa jadi dia dan Puan berbagi peran setara.

Keduanya dapat membuat kesepakatan untuk memilih, apakah ingin mengelola partai sebagai ketua umum, ataukah hendak berada di jabatan publik baik di pemerintahan eksekutif maupun legislatif.

Baca juga: Tanda Tanya Capres PDI-P: Kuasa Megawati dan Kalkulasi Politik

Di luar itu, lanjut Umam, tak menutup kemungkinan tongkat kepemimpinan PDI-P dilanjutkan oleh sosok di luar trah Soekarno.

Menurut dia, perihal itu akan ditentukan oleh dinamika politik ke depan, khususnya terkait calon presiden yang akan diusung oleh PDI-P di 2024.

"Jika Ganjar Pranowo berada di kekuasaan menggantikan Jokowi, bisa saja arus perubahan kepemimpinan di PDI-P tidak lagi berkutat ke dua nama, Puan dan Prananda," kata Umam.

"Tapi bisa juga membuka peluang bagi tampilnya Jokowi menggantikan Megawati," lanjut dosen Universitas Paramadina itu.

Trah Soekarno

Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya juga mengungkapkan hal yang sama. Menurut dia, manuver-manuver PDI-P memperlihatkan bahwa Puan tengah disiapkan untuk menggantikan Megawati di kursi ketua umum partai penguasa itu.

Yunarto mengatakan, konsolidasi dengan kader partai di daerah sedianya menjadi tugas ketua umum parpol. Namun, belakangan, tugas itu diemban oleh Puan.

Baca juga: Hasil Rakernas PDI-P dan Megawati yang Belum Mau Umumkan Capres

Megawati sendiri memang sudah sering mengatakan bahwa dengan usia dan kondisi kesehatannya sekarang, tidak memungkinkan baginya berkeliling ke daerah seperti waktu muda dulu.

"Mungkin juga ini secara internal sebagai upaya menyiapkan Mbak Puan untuk menjadi pengganti Bu Mega di jabatan ketua umum entah kapan," kata Yunarto kepada Kompas.com, Senin (4/7/2022).

Menurut Yunarto, boleh jadi Puan merupakan kandidat kuat pengganti Megawati. Sebab, tidak hanya berpengalaman mengemban jabatan penting di partai, Puan pernah berada di pemerintahan sebagai Menko PMK, lalu kini di legislatif sebagai Ketua DPR RI.

Oleh karenanya, dengan memberikan tugas-tugas khusus ke Puan, Mega seakan ingin mengenalkan putrinya ke seluruh kader PDI-P dan masyarakat, sebelum kelak melimpahkan tongkat estafet kepemimpinan.

"Karena kita tahu partai ini masih sangat terpusat hanya pada sosok Bu Mega yang sudah puluhan tahun menjadi faktor pengikat," ujarnya.

Baca juga: Megawati: Saya Merasa Berterima Kasih, Tidak Salah Pilih Deklarasi Pak Jokowi

Yunarto memprediksi, regenerasi di tubuh PDI-P kelak tak akan jauh dari trah Soekarno. Sebabnya, ideologi politik partai banteng sejak dulu selalu berkiblat pada sosok Proklamator Soekarno.

Oleh karenanya, kecil kemungkinan tahtatertinggi partai dilimpahkan pada figur di luar garis keturunan presiden pertama RI itu.

"Kalau saya melihat tetap trah Bung Karno atau darah biru ini memiliki peluang yang jauh lebih besar ketika berbicara mengenai posisi ketua umum atau faktor pengikat di internal," kata dia.

Yunarto menambahkan, PDI-P hanya akan membuka peluang bagi sosok di luar trah Soekarno dalam urusan pencalonan presiden. Ini dibuktikan dengan penujukan Jokowi sebagai presiden yang diusung partai tersebut.

"Saya pikir kalau untuk (kursi ketua umum) PDI Perjuangan akan mengarah pada 'darah biru'. Peluang bagi sosok di luar darah biru lebih terbuka untuk posisi capres dan itu pernah ditunjukkan Bu Mega ketika memajukan Jokowi sebagai presiden," kata Yunarto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Nasional
Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Nasional
Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Nasional
Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Nasional
Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com