JAKARTA, KOMPAS.com - Sastrawan dan juga jurnalis senior Goenawan Mohamad bercucur air mata saat mengenang kematian Buya Syafii Maarif dalam acara Memorial Lecture "Mengenang Buya Syafii Maarif Guru Kemanusiaan Penjaga Panggung Kebhinekaan" di Salihara Art Center, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa (5/7/2022).
Kata-kata Goenawan mulai terhenti saat dia menggambarkan sosok kesederhanaan Buya Syafii Maarif.
"Tapi saya bersyukur, lebih dari pemikirannya, saya mengenal sikap hidupnya, sebuah bonus sendiri ketika kita mengenal orang bukan karena ilmunya tapi karena tindak tanduknya," kata Goenawan.
Baca juga: Memaknai Jalan Sunyi Buya Syafii Maarif
Setelah sempat terhenti karena menahan tangis, Goenawan kembali melanjutkan sambutannya.
Goenawan menjabarkan kesederhanaan Buya Syafii Maarif yang sering terlihat menggunakan kendaraan umum. Begitu juga dengan mengendarai sepeda gayung saat ke lokasi sekitar rumahnya.
Kesederhanaan tidak sampai di situ, Goenawan juga menyebut kesederhanaan itu juga terlihat ketika akhir hayat Buya Syafii Maarif.
"Dia (Buya Syafii Maarif) minta dimakamkan di pemakaman Muhammadiyah, meskipun dia berhak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan. Dari laku yang tidak spektakuler itu saya melihat Syafii Maarif hidup dalam puasa," kata Goenawan dan mulai menangis.
Goenawan tak kuasa menahan tangisnya sambil terus membacakan pidato pengantarnya.
Baca juga: Khofifah: Buya Syafii Maarif seperti Ikan di Lautan
Buya Syafii, kata Goenawan, adalah seorang guru bangsa, menjadi tauladan yang sangat dibutuhkan saat ini.
"Tanpa banyak bicara almarhum Syafii Maarif dengan laku hidupnya mengingatkan saya hal ini, bukan kebetulan dia disebut sebagai guru bangsa, dia tauladan yang saat ini sangat dibutuhkan," ucap Goenawan.
"Maaf saya agak emosional. Waktu beliau wafat, dua hari saya menangis, sekali lagi saya minta maaf," Goenawan menutup pidatonya.
Buya Syafii Maarif meninggal dunia pada Jumat, 27 Mei 2022 pukul 10.15 WIB di Rumah Sakit Pusat Kesehatan Umat (PKU) Muhammadiyah Gamping.
Buya Syafii Maarif merupakan sosok yang dikenal sebagai tokoh Muhammadiyah dan pernah menjabat sebagai Ketua Umum periode 1998-2005.
Baca juga: Ahmad Syafii Maarif dan Pesan Tantangan untuk Indonesia: Sebuah Obituari
Beliau juga dikenal sebagai cendikiawan muslim dan pernah menjadi dosen di FPIPS IKIP, IAIN Sunan Kalijaga dan Universitas Islam Indonesia.
Buya Syafii Maarif juga diberikan gelar Bintang Mahaputera di tahun 2008 dan beragam penghargaan internasional untuk perdamaian dari Magsaysay Award.
Selain itu, sederet penghargaan pernah diraih mulai dari Tokoh Perbukuan Islam 2011, Masyarakat Ilmu Pemerintah Indonesia Award 2011 dan BJ Habibie Award 2010 dalam bidang khusus Harmoni Kehidupan Beragama.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.