KITA sebagai bangsa layak bangga dengan langkah berani yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo untuk memulai misi perdamaian demi mengupayakan genjatan senjata antara Rusia dan Ukraina. Di tengah banyak negara memilih diam atau bahkan memihak.
Bahkan Presiden sudah menginjakkan kaki ke dua negara tersebut menemui kedua Presiden yang sedang berperang.
Definisi damai adalah ketiadaan perang. (bahasa Roma kuno untuk damai adalah Pax yang didefinisikan sebagai Absentia Belli, ketiadaan perang).
Dari definisi tersebut perdamaian terjadi jika tidak terjadi peperangan dan kita semua harus menolak peperangan yang akan menghadirkan tragedi kemanusiaan dan peradaban.
Ada baiknya kita belajar jalan damai dari Bilqis, ratu kerajaan Saba, dalam menghadapi situasi kritis yang mengarah kepada peperangan, untuk bahan renungan.
Nabi Sulaiman mengirim surat dakwah berisi ajakan agar menyembah Allah SWT. Setelah membaca surat itu, Ratu Bilqis berembuk dengan para elite pemerintahannya.
Para elite negara Saba mengatakan, mereka memiliki kekuatan besar dan keberanian untuk berperang. Siap menempuh risiko terburuk apa pun.
Namun semua tergantung kepada keputusan ratu Balqis sebagai pengambil keputusan final.
Ratu Balqis memilih jalan damai, dengan cara mengirim utusan dan jalan negoisasi kepada Nabi Sulaiman.
Sebab jika memilih jalan perang, sudah dibayangkan konsekwensi akan terjadinya tragedi kemanusiaan.
“Para raja, jika menyerang suatu negeri, akan membinasakan dan menjadikan penduduknya sebagi sasaran tanpa belas kasihan. Kehidupan bangsa dan negara yang semula mulia, akan menjadi hina dina.”
Peperangan akan menyebabkan orang yang mulia menjadi terhina, orang yang tidak berpihak dan rakyat biasa yang tidak berdaya menjadi korban, karena perang berpotensi besar menghilangkan segala aturan yang menjaga harkat dan martabat kemanusiaan.
Perang yang mengerikan umumnya bersumber dari konflik horisontal internal akibat konflik ideologi, perebutan kekuasaan, separatisme, atau provokasi antarkelompok.
Kemudian melibatkan pihak-pihak eksternal yang justru ingin menyulut konflik berkembang seperti yang terjadi di Suriah, Irak, Afghanistan, saat ini Ukraina adalah contoh aktual.