Namun, tekad Soeharto sudah bulat. Dia bertolak ke Sarajevo meski PBB tidak mampu menjamin keselamatannya.
Bahkan, sebelum naik ke pesawat yang membawanya ke wilayah perang itu, Soeharto dan rombongan diminta meneken surat "kontrak mati".
Surat itu merupakan perjanjian yang isinya PBB tidak bisa menjamin keselamatan Soeharto dan rombongan dalam perjalanan.
Pesawat yang membawa Soeharto dan Rombongan ke Bosnia pun lepas landas. Demi keselamatan, seluruh bagian pesawat ditutup oleh pelat antipeluru.
Orang-orang yang mendampingi Soeharto pun mengenakan rompi dan helm antipeluru sejak pesawat diberangkatkan. Hanya Soeharto yang enggan memakainya.
Baca juga: Ungkap Kesan Dampingi Jokowi ke Ukraina, Iriana: Merinding Saya...
Tiba di Sarajevo, Soeharto hanya mengenakan mantel dan peci. Presiden dan rombongan akhirnya bertemu dengan Presiden Bosnia-Herzegovina Alija Izetbegovic.
Karena berada dalam situasi pengepungan, kondisi di Sarajevo saat itu memprihatinkan. Aliran air bersih terputus dan harus diambil menggunakan ember.
Namun demikian, Presiden Alija sangat bahagia atas kunjungan Soeharto.
Lawatan itu pun berjalan lancar hingga akhirnya Soeharto kembali lagi ke Indonesia.
Terkait misi Jokowi mendamaikan Ukraina dan Rusia, Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana berpendapat, dia punya peluang yang besar.
"Probabilitas Jokowi menghadirkan gencatan senjata dan mengakhiri tragedi kemanusiaan sangat besar," kata Hikmahanto kepada Kompas.com, Senin (27/6/2022).
Menurut Hikmahanto, ada lima alasan mengapa Jokowi berpotensi besar menghentikan gencatan senjata kedua negara. Pertama baik Rusia dan Ukraina kini telah lelah berperang.
Rusia menargetkan operasi militer khusus berlangsung cepat. Namun, nyatanya hingga kini serangan belum berakhir.
Sebaliknya, Ukraina saat ini telah banyak menderita akibat serangan-serangan Rusia yang memunculkan tragedi kemanusiaan.
Baca juga: Jokowi Sampaikan Undangan KTT G20 kepada Zelensky
Kedua, legitimasi dari kedua pemimpin di masyarakat masing-masing semakin tergerus.