JAKARTA, KOMPAS.com - Managing Director of Paramadina Public Policy Institute Ahmad Khoirul Umam menilai Partai Gerindra masih ingin membuka peluang koalisi dengan pihak lain.
Karena hal tersebut, Gerindra tak kunjung menyatakan bakal berkoalisi dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Sementara, PKB sendiri mengeklaim Gerindra sudah sepakat untuk berkoalisi.
"Mereka (Gerindra) tidak ingin 'grusa-grusu' hingga akhirnya menutup kemungkinan masuknya partai lain ke gerbong koalisi Prabowo (Ketum Gerindra Prabowo Subianto)," kata Umam saat dihubungi Kompas.com, Minggu (26/6/2022).
Baca juga: Singgung Adab Politik, Sekjen Gerindra Sebut Ada Pemimpin Lupa Partai yang Membesarkannya
Umam memperkirakan, Gerindra tengah berhitung jika bekerja sama dengan PKB apakah akan berpeluang memenangi Pemilu 2024.
Sebab, menurut Umam saat ini kekuatan PKB tidak sesolid Pemilu 2019. Ada sejumlah faktor yang membuat dirinya mengatakan demikian.
Salah satunya, ada fragmentasi kekuatan internal PKB yang membuat mesin politiknya kurang optimal.
"Salah satunya adalah merenggangnya hubungan Ketum PKB Cak Imin (Muhaimin Iskandar) dan Ketum PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) yang baru Yahya Cholil Staquf," ujarnya.
Baca juga: Perseteruan Cak Imin Vs Yenny Wahid dan Luka Lama Konflik PKB...
Lebih lanjut, Umam mengaitkan adanya penegasan dari Yahya bahwa struktur Nahdlatul Ulama (NU) tak boleh dimanfaatkan oleh PKB.
Hal itu dinilai semakin menambah pertimbangan Gerindra untuk berkoalisi dengan PKB.
Namun, di sisi lain daya tarik politik Prabowo dinilai tidak sekuat pada Pilpres 2014 dan 2019.
"Meskipun saat ini ia memiliki logistik lebih memadai, namun kekecewaan simpul-simpul pendukung lamanya membuat elektabilitasnya terkoreksi dan tidak mampu mendominasi nama-nama Capres potensial baru lainnya," jelas Umam.
Baca juga: Ditanya Soal Koalisi, Prabowo: Di Indonesia, Biasanya Last Minute
Atas hal-hal tersebut, Umam menyarankan Gerindra berhitung ulang andai ingin membangun koalisi bersama PKB.
Ia mengatakan, meskipun Gerindra bisa maju berdua dengan PKB, tetapi belum tentu bisa memenangkan Pilpres 2024.
"Jika sampai menelan kekalahan kembali, maka hal itu akan menjadi 'quatrick' atau rekor tambahan kekalahan keempat bagi Prabowo di ajang kontestasi Pilpres nantinya. Karena itu, Prabowo harus berhitung matang," pungkasnya.
Diketahui, Partai Gerindra dan PKB sepakat bekerja sama untuk menghadapi Pemilu 2024.