JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sekaligus Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) Letjen TNI Suharyanto mengatakan, hingga saat ini, belum ada antivirus khusus untuk mengobati penyakit mulut dan kuku pada hewan ternak.
"Untuk pengobatan yang kena sampai sekarang belum ada antivirus/antiviral khusus untuk mengobati PMK," kata Suharyanto dalam rapat koordinasi penanganan wabah PMK melalui kanal YouTube Pusdalops BNPB, Jumat (24/6/2022).
Baca juga: Wabah PMK, Jokowi Perintahkan Daerah Status Merah Terapkan Lockdown
Suharyanto mengatakan, para pakar menyebutkan bahwa hewan yang terpapar penyakit PMK hanya bisa ditingkatkan daya tahan tubuhnya.
Sementara itu, hewan ternak yang belum terpapar PMK harus divaksinasi agar memiliki kekebalan.
"Kalau kita lihat datanya memang masih banyak hewan ternak ini yang harus kita selamatkan harus dijaga jangan sampai terkena penyakit mulut dan kuku," ujarnya.
Baca juga: 1,8 Juta Dosis Vaksin PMK Akan Didistribusikan ke 19 Provinsi
Suharyanto mengatakan, pemerintah akan mendistribusikan 1,8 juta dosis vaksin ke 19 provinsi yang terdeteksi memiliki kasus PMK.
Sembilan belas provinsi tersebut di antaranya, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bangka Belitung, Sumatera Barat, DI Yogyakarta, Aceh, Jambi, DKI Jakarta, Banten, Kalimantan Barat, Riau, Bengkulu, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Kalimantan Tengah, Lampung dan Kalimantan Selatan.
Ia meminta pemerintah daerah untuk melaksanakan vaksinasi tersebut sesuai jadwal agar hewan ternak khususnya sapi dapat terselamatkan dari penyakit PMK.
"Karena sama dengan Covid-19 ini juga sangat strategis dan sangat mempengaruhi terkait dengan ekonomi dan kehidupan masyarakat," tuturnya.
Baca juga: Jurus Pemerintah Atasi Wabah PMK Hewan Ternak
Lebih lanjut, Suharyanto mengatakan, pihaknya mendukung terapi alternatif seperti plasma konvalesan dalam penanganan wabah PMK.
Ia mengatakan, terapi ini mirip dengan plasma konvalesan pada pasien Covid-19.
"Sapi yang sembuh diambil darahnya nanti coba disuntikkan kepada sapi yang sakit. Mudah-mudahan terapi plasma sebagaimana yang pernah kita terapkan saat ini betul-betul juga bisa ada hasilnya," ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.