Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr M Subhan SD
Direktur PolEtik Strategic

Direktur PolEtik Strategic | Founder Mataangindonesia Social Initiative | msubhansd.com | mataanginsaguling.com

“King Maker” dan Tragedi Kanemaru

Kompas.com - 24/06/2022, 05:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DALAM khazanah politik Jepang ada tokoh politik bernama Shin Kanemaru. Politikus Partai Liberal Demokratik (LDP) yang kiprahnya sangat menonjol sekitar era tahun 1970-an hingga awal 1990-an.

Sosoknya sangat berpengaruh. Apa pun keputusannya sangat menentukan lansekap perpolitikan Jepang modern.

Padahal dalam karier politiknya ia tidak pernah berada di puncak kekuasaan. Paling tinggi jabatannya adalah Wakil Perdana Menteri Jepang (1986-1987) atau Wakil Presiden LDP tahun 1992.

Ia pernah menjadi Dirjen Pertahanan Jepang (1977-1978) sebelum jabatan itu berganti status menjadi Menteri Pertahanan. Padahal dalam pasukan kekaisaran Jepang, Kanemaru hanya berpangkat sersan.

Itulah ironi Kanemaru, yang sekaligus menjadi kekuatannya. Tidak menduduki tampuk kekuasaan tertinggi, tapi siapa sangka figurnya justru paling disegani dan ditakuti.

Ia politikus bertangan dingin. Dia adalah pemimpin faksi terbesar di LDP. Pada masanya, nasib para politikus Jepang berada di genggaman Kanemaru.

Meskipun tak memegang posisi puncak, tapi ia bisa mengorbitkan seorang politikus menjadi PM atau sebaliknya menjatuhkan PM. Kanemaru dikenal sebagai king maker di Jepang.

Setidaknya ada tiga PM Jepang yang nasibnya ditentukan oleh Kanemaru. Mereka adalah Yashuhiro Nakasone (1982-1987), Noboru Takeshita (1987-1989), Sosoke Uno (Juni-Agustus 1989).

Kanemaru juga mengendalikan administrasi dua PM lainnya, yaitu Toshiki Kaifu (1989-1991) dan Miyazawa Kiichi (1991-1993).

Mereka itulah yang naik ke tahta PM lewat titah Kanemaru. Barangkali tidak ada politikus Jepang yang tidak sowan kepada Kanemaru, kecuali bila sudah bosan menjadi politikus.

Bagi politikus LDP, Kanemaru adalah godfather. Sejak era 1970-an, Kanemaru menjadi pemain penting yang berada di balik layar politik Jepang.

Dukungan atau oposisinya menentukan karier politik politikus, meroket ke cakrawala atau menukik terjungkal.

Walaupun jabatan formalnya tidak di puncak, tapi ia menjadi pemimpin informal yang sangat berpengaruh selama lebih 20 tahun. Tak heran dia diterima Presiden George Bush di Gedung Putih.

Dia pun menjalin hubungan dengan Kim Il Sung, pemimpin Korea Utara. Tetapi ia juga punya koneksi dengan para sindikat gangster seperti Yakuza.

Ia mengelola politik, bisnis, dan kejahatan secara bersamaan. Tahun 1993, sang king maker itu pun diciduk setelah terlibat skandal korupsi.

Tentang sepak terjang sang king maker, Uldis Kruze (2015) menyebut sebagai tragedi demokrasi Jepang: seolah-olah demokratis dan kompetitif, tetapi kenyataannya sistem yang didasarkan pada pengaruh, uang, kolusi, dan koneksi pribadi.

Politikus paripurna

King maker kembali santer dibicarakan di mana-mana. Betul, karena menyangkut Pemilihan Presiden 2024.

Sederhananya king maker adalah tokoh-tokoh kunci yang berperan sebagai promotor yang menjagokan para kandidat presiden bertarung di bursa pilpres.

Kira-kira berperan seperti Kanemaru yang dengan tangan dingin dapat mendudukkan seorang politikus ke kursi presiden (atau juga pemimpin di level bawahnya).

King maker sesungguhnya juga raja tapi tanpa mahkota. Dia tak pernah menjadi raja secara resmi atau formal, namun sesungguhnya ia sangat berkuasa. Karena ia bisa menobatkan para raja, dan sekaligus mengendalikannya.

Tampaknya ada beberapa kriteria yang membuat seorang tokoh dianggap menjadi king maker.

Pertama, king maker adalah politikus kampiun dan paripurna, dengan kepemimpinan yang kuat.

Artinya bukan sekadar politikus biasa, melainkan memiliki posisi yang kuat, baik secara formal maupun tak formal.

Ia adalah pemegang terakhir kendali partai. Karena partai adalah pemegang tiket Pilpres. Kedua, king maker dapat dipandang dari faktor senioritas.

Ini bukan dalam pengertian usia, melainkan kapasitas pemahaman, ideologi, pengaruh, dan bobot.

Ketiga, king maker berarti bukan politikus kemarin sore, tetapi mereka yang telah ditopang dengan sumber daya yang kuat, terutama ekonomi dan sosial, serta sejarah yang membingkainya.

Keempat, mereka yang dapat menjadi king maker tampaknya memiliki jaringan luas dengan basis massa pemilih. Politikus tanpa pemilih akan menjadi macan ompong yang kesepian.

Dalang di belakang layar: Mega, SBY, SP, PS

Di perbincangan politik nasional, ada beberapa nama yang kerap disebut king maker. Mereka adalah sosok yang berada di belakang layar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum 'Clear', Masih Dihuni Warga

AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum "Clear", Masih Dihuni Warga

Nasional
Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Nasional
Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Nasional
PKS Jajaki Komunikasi dengan Prabowo

PKS Jajaki Komunikasi dengan Prabowo

Nasional
Dewas Harap Wakil Ketua KPK Laporkan Albertina Ho Bukan karena Sedang Tersangkut Kasus Etik

Dewas Harap Wakil Ketua KPK Laporkan Albertina Ho Bukan karena Sedang Tersangkut Kasus Etik

Nasional
Wapres Ma'ruf Amin Tak Titip Program Tertentu untuk Dilanjutkan Gibran

Wapres Ma'ruf Amin Tak Titip Program Tertentu untuk Dilanjutkan Gibran

Nasional
Gibran Minta Petuah Saat Sowan ke Wapres Ma'fuf Amin

Gibran Minta Petuah Saat Sowan ke Wapres Ma'fuf Amin

Nasional
Tantang PDI-P Tarik Semua Menteri Usai Sebut Jokowi Bukan Kader Lagi, TKN: Daripada Capek-capek PTUN

Tantang PDI-P Tarik Semua Menteri Usai Sebut Jokowi Bukan Kader Lagi, TKN: Daripada Capek-capek PTUN

Nasional
Relaksasi HET Beras Premium Diperpanjang hingga 31 Mei 2024

Relaksasi HET Beras Premium Diperpanjang hingga 31 Mei 2024

Nasional
Gibran Disebut Masih Fokus di Solo, Undang Wapres Ma'ruf Resmikan Destinasi Wisata

Gibran Disebut Masih Fokus di Solo, Undang Wapres Ma'ruf Resmikan Destinasi Wisata

Nasional
Dewas Ungkap Klarifikasi Albertina Ho yang Dilaporkan Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron

Dewas Ungkap Klarifikasi Albertina Ho yang Dilaporkan Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron

Nasional
Nasdem-PKS Jajaki Kerja Sama di Pilkada DKI, Termasuk Opsi Usung Anies

Nasdem-PKS Jajaki Kerja Sama di Pilkada DKI, Termasuk Opsi Usung Anies

Nasional
KPK Duga Hakim Agung Gazalba Saleh Cuci Uang Rp 20 Miliar

KPK Duga Hakim Agung Gazalba Saleh Cuci Uang Rp 20 Miliar

Nasional
Gibran Bakal ke Istana Malam Ini, Bersama Prabowo?

Gibran Bakal ke Istana Malam Ini, Bersama Prabowo?

Nasional
Surya Paloh Sebut Nasdem dan PKS Siap Bergabung ke Pemerintahan Prabowo maupun Jadi Oposisi

Surya Paloh Sebut Nasdem dan PKS Siap Bergabung ke Pemerintahan Prabowo maupun Jadi Oposisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com