JAKARTA, KOMPAS.com - Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana berharap Presiden Joko Widodo (Jokowi) bisa mengupayakan membuat kesepakatan gencatan senjata dalam rencana lawatan ke Ukraina dan Rusia dalam waktu dekat.
Menurut Hikmahanto, mendorong kedua negara yang tengah bertikai itu untuk melakukan gencatan lebih penting untuk mencegah tragedi kemanusiaan dan ancaman pangan di dunia yang bisa terjadi jika peperangan terus berlanjut.
"Rencana kunjungan Presiden ke Kiev dan Moskow akan lebih maksimal bila mengupayakan gencatan senjata dan pengakhiran tragedi kemanusiaan akibat konflik bersenjata, bukan penuntasan konflik," ujar Hikmahanto dalam keterangan pers yang diterima pada Kamis (23/6/2022).
Menurut Hikmahanto, Presiden Jokowi tidak perlu mengupayakan perdamaian yang bertujuan untuk menyelesaikan akar masalah terjadinya perang antara Rusia dan Ukraina.
Baca juga: 39 Paspampres Siap Kawal Kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia
Sebab, lanjut Hikmahanto, Indonesia tidak berada di kawasan dan tidak memiliki berbagai sumber daya yang dibutuhkan.
"Kemungkinan berhasilnya misi untuk menciptakan gencatan senjata dan pengakhiran tragedi kemanusiaan sangat besar daripada mendamaikan kedua negara," ucap Hikmahanto yang juga merupakan Rektor Universitas Jenderal A. Yani.
Selain itu, lanjut Hikmahanto, Presiden Jokowi diharapkan bisa melakukan gencatan senjata karena konflik bersenjata di Ukraina sudah berlangsung sejak 2014. Saat itu pemberontakan meletus di wilayah timur Ukraina, dan Rusia menduduki Krimea sampai saat ini.
Apalagi saat ini tidak ada satu negara yang sedang melakukan upaya agar terciptanya gencatan senjata, kecuali Indonesia.
Di sisi lain, kata Hikmahanto, saat Turki dan Israel mengupayakan gencatan senjata di masa awal peperangan antara Rusia dan Ukraina terjadi, kedua belah pihak masih memiliki berbagai sumber daya untuk saling melakukan serangan.
Baca juga: Amankan Jokowi di Ukraina dan Rusia, Paspampres Siapkan Helm, Rompi, hingga Senjata Laras Panjang
Karena perang antara Rusia dan Ukraina berkepanjangan maka juga ikut berdampak kepada hal lain.
Rusia sebagai negara yang melakukan serangan juga menanggung kerugian. Bahkan rakyat Rusia juga mempertanyakan keuntungan apa yang diperoleh dalam peperangan dengan Ukraina.
Kondisi yang sama juga dialami oleh Ukraina. Peperangan di kawasan itu juga turut mengancam ketersediaan pangan dunia.
Sebab, Ukraina dan Rusia adalah eksportir gandum besar di dunia.
"Sehingga keberadaan Indonesia dibutuhkan untuk menyelamatkan muka Rusia bila hendak menghentikan serangan," ujar Hikmahanto.
Demikian pula Ukraina yang menderita tragedi kemanusiaan akibat perang yang relatif lama.
Baca juga: Jokowi akan Jadi Pemimpin Asia Pertama yang Kunjungi Ukraina dan Rusia