Kala itu, hasil survei Litbang Kompas menunjukkan, ia memiliki tingkat elektabilitas sebanyak 2 persen.
Survei yang diikuti 1.200 responden itu menempatkannya di posisi 9, satu tingkat diatas Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo.
Meski elektabilitasnya rendah, Andika pun masuk dalam simulasi pemilihan 18 dan 15 nama capres yang dilakukan lembaga survei Poltracking.
Dirilis Kamis (9/6/2022), hasil simulasi pemilihan 18 nama capres menempatkan Andika di posisi ke 14 dengan elektabilitas 0,3 persen.
Baca juga: Sudah Tentukan Tiga Kandidat Capres, Nasdem Mulai Bicarakan Koalisi Pekan Depan
Dalam simulasi 15 nama capres, Andika menempati peringkat ke 13 dengan tingkat keterpilihan 0,4 persen.
Sekretaris steering committee Rakernas sekaligus Ketua DPP Partai Nasdem Willy Aditya menjelaskan alasan pemilihan Andika sebagai salah satu kandidat capres.
Ia mengungkapkan, Andika dipilih karena faktor kualitatif.
Para anggota steering committee menilai, Andika punya komitmen untuk menjaga keutuhan bangsa dan merupakan sosok yang seimbang.
“Bagaimana komitmen menjaga negara dan bangsa, menjaga stabilitas dan keseimbangan serta merepresentasikan (kelompok) sipil dan militer,” ucap dia.
Ditanya soal alasan lebih memilih Andika ketimbang Erick Thohir yang diusulkan oleh lebih banyak DPW, Willy menegaskan bahwa proses penentuan kandidat capres Partai Nasdem tidak ditentukan dengan hasil voting semata.
Baca juga: Rencana PKB, Nasdem dan PKS Jajaki Koalisi, Mengulang Era Dukung SBY?
“Dalam rapat steering committee variabelnya lebih menonjol ke kualitatif, setelah kuantitatif. Kata Pak Surya kami tidak hanya memegang hasil survei, maka kenapa Pak Andika (dipilih) kami lebih (melihat) ke faktor kualitatif,” papar dia.
Di sisi lain, Willy mengaku belum berkomunikasi dengan tiga kandidat capres tersebut.
Setelah ini, ia segera mengirimkan surat resmi pada Anies, Ganjar dan Andika serta melakukan komunikasi langsung untuk menjalin kedekatan.
Nantinya, lanjut Willy, Partai Nasdem sudah siap jika pinangannya ditolak oleh tokoh-tokoh tersebut.
“Ya harus berbesar hati, ini konsekuensi pilihan terbuka,” pungkas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.