JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo dan Presiden Jerman Frank Walter-Steinmeier sempat tidak mengenakan masker ketika berada di luar ruangan Istana Kepresidenan Bogor pada Kamis (16/6/2022).
Keduanya tidak memakai masker ketika penyambutan kedatangan, menanam pohon, dan saat pertemuan bilateral.
Namun, Presiden Jokowi sempat memakai masker ketika Presiden Jerman menandatangani buku tamu.
Sementara itu, Presiden Jerman tidak memakai masker selama kunjungannya ke Istana Kepresidenan Bogor.
Baca juga: Jokowi Kembali Tawarkan Pembangunan Industri Khusus kepada Jerman
Adapun delegasi yang mendampinginya seluruhnya menggunakan masker.
Menanggapi hal itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, semua pihak harus tetap konsisten menjalankan aturan memakai masker saat di dalam maupun saat di luar ruangan.
"Teman-teman tetap kita konsisten di luar kita bisa membuka (makser). Di luar itu kecil sekali (kemungkinan penularan)," ujar Budi di Istana Bogor.
"Tapi begitu masuk kembali ke ruangan diharapkan dan disarankan tetap memakai masker. Bapak Presiden dan tamunya pun demikian," tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Budi juga mengatakan, Presiden Joko Widodo berpesan agar semua pihak tetap waspada dan hati-hati dalam menyikapi kembali naiknya kasus harian Covid-19.
Baca juga: Jokowi dan Presiden Jerman Bahas Penanganan Dampak Perang Ukraina
"Pesan Bapak Presiden itu harus kita laksanakan, tetap waspada, hati-hati. Di luar bisa buka masker, tapi begitu masuk di dalam kita harus tetap pakai masker," ujarnya.
"Kita harus tetap waspada ya karena mudah-mudahan Indonesia sudah baik sekarang. Karena kita bukan negara yang sangat agresif untuk membuka tapi tetap waspada dan hati-hati," tuturnya.
Budi melanjutkan, pada Rabu (15/6/2022) kasus harian Covid-19 kembali ke angka 1.000 sebagai akibat penularan subvarian baru BA.4 dan BA.5.
Oleh karenanya, Kemenkes mempelajari pola penularan kedua varian di sejumlah negara lain.
Antara lain di Afrika Selatan sebagai negara pertama masuknya varian BA.4 dan BA.5.
"Jadi kalau kita Delta dan omicron puncaknya di 60.000 kasus sehari, kira-kira nanti ya estimasi berdasarkan data di Afrika Selatan mungkin puncaknya kita di 20.000 per hari karena kita pernah sampai 60.000 per hari paling tinggi," ujar Budi.