JAKARTA, KOMPAS.com - Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) mengaku pesimistis penunjukan eks panglima TNI Hadi Tjahjanto sebagai Menteti Agraria dan Tata Ruang (ATR) merupakan jawaban atas masalah agraria yang tak kunjung beres di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
Dalam wawancara kepada wartawan selepas pelantikan menteri-wakil menteri baru kemarin di Istana, Jokowi mengatakan bahwa Hadi bakal mengemban tugas khusus untuk menyelesaikan banyak masalah sengketa tanah, termasuk mempercepat pembebasan lahan di Ibu Kota Negara (IKN), serta mengebut sertifikasi tanah.
"Kalau dalam perspektif Pak Jokowi mengapa lamban, proyek banyak mangkrak, termasuk IKN, lalu kita butuh menteri yang powerfull, kalau disikapi hanya dengan mengganti orang, seolah itu obatnya, sesungguhnya Pak Jokowi kembali salah mendiagnosis problem agraria di Indonesia," kata Sekretaris Jenderal KPA Dewi Kartika kepada Kompas.com, Rabu (16/6/2022).
"Padahal (solusinya) bukan dari situ. Jangan-jangan itu akan kontraproduktif karena pengadaan tanah ini banyak menimbulkan perampasan tanah dan penggusuran masyarakat," kata dia.
Baca juga: Hadi Tjahjanto Jadi Menteri ATR/BPN dan Harapan Penyelesaian Konflik Tanah Masyarakat Adat
Dewi menyampaikan bahwa masalah agraria di Indonesia amat kompleks, bukan sekadar mencetak sertifikat sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatnya.
Reforma agraria juga menyangkut soal distribusi ulang lahan-lahan yang ada seiring dengan banyaknya ketimpangan kepemilikan lahan.
Ini belum ditambah dengan konflik-konflik agraria yang kian banyak terjadi seiring kebijakan pemerintah yang semakin liberal dan erat dengan kepentingan bisnis.
Persoalan lahan juga menyangkut lintas sektor, seperti dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, hingga Kementerian BUMN.
Dewi mengatakan, dengan keadaan rumit itu, selama ini Kementerian ATR justru dipimpin oleh orang yang tak punya rekam jejak atau kompetensi di bidang ini.
Baca juga: Jadi Wamen ATR/Waka BPN, Raja Juli Antoni Dapat PR Ini dari Jokowi
Posisi Wakil Menteri ATR, misalnya, dinilai kental urusan politik karena dalam reshuffle kemarin, jatahnya tetap diberikan kepada politikus Partai Solidaritas Indonesia.
"Apakah kepemimpinan Pak Hadi bisa mengamputasi ego sektoral dengan kementerian lain? Saya pikir tidak, karena harus lahir dari kepemimpinan Presiden sendiri," kata Dewi.
"Ada problem struktural yang kepemimpinannya ada di bawah Presiden dan tidak mungkin diselesaikan dengan mengganti satu menteri. KPA mencatat 2.489 konflik agraria struktural selama 7 tahun ini. Ada kurang lebih 1,4 juta keluarga yang jadi korban konflik agraria yang menunggu persoalannya diselesaikan," papar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.