Selain itu, Indonesia juga masih mengimpor beberapa jenis makanan pokok dari luar negeri, termasuk beras dan jagung.
Berdasar data Biro Pusat Statistik(BPS) pada 2018 misalnya, Indonesia paling banyak mengimpor jagung dari Argentina, yakni sebanyak 238,06 ribu ton atau senilai 51,56 juta dollar AS.
Bahkan dari penjelasan Jokowi belum lama ini, impor jagung Indonesia tembus 800.000 ton. Tentu akan sangat berbahaya bagi Indonesia jika salah satu negara asal impor jagung nasional itu menutup pintu ekspornya.
Suplai pakan ternak akan kering, harga daging terkerek naik dan akan membebani puluhan juta rumah tangga.
Pendeknya, pemerintah harus mengantisipasi agar tidak terjadi kelangkaan komoditas bahan makanan dan sayuran di level domestik, baik dengan diplomasi ekonomi, atau dengan penguatan kapasitas produksi komoditas bahan pokok nasional, dan atau dengan pembenahan tata kelola rantai pasok bahan pokok nasional.
Karena bagaimanapun, stabilitas pasokan dan harga barang-barang pokok berkategori makanan (pangan) sangat krusial sifatnya.
Selain berkontribusi besar pada tingkat inflasi, juga memiliki efek luar biasa pada sistem ekonomi dan politik nasional jika gagal dikelola dengan baik.
Apalagi saat ini masih ada ancaman baru Covid 19. Jika angkanya kembali naik, protokol kesehatan tentu akan ditingkatkan lagi dan akan mempersulit kapasitas produksi bahan pangan dan memperlambat pergerakan pasokan.
Pemerintah tentu harus siap dengan kondisi terpahit seperti itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.