Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aiman Witjaksono
Jurnalis

Jurnalis

Ganjar Dibuang, Ganjar Disayang

Kompas.com - 13/06/2022, 07:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SAYA bersama Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah, sebelum akhir pekan lalu untuk mewawancarainya. Seharian dari pagi hingga malam. Ganjar yang belakangan kerap diserang justru dari partainya sendiri, tak pernah menjawab. Dikatakan apa prestasinya, orang ganteng yang nggak bisa kerja, cuma ada di medsos!

Kali ini saya menantangnya untuk menjawab semua cemoohan kepadanya, eksklusif di program AIMAN di Kompas TV!

Bicara soal Ganjar Pranowo, memang sedang hangat belakangan. Ia kerap kali tak mau menjawab soal "copras-capres" terkait dirinya. Jangankan soal itu, soal kinerjanya yang dikatakan bermasalah dari internal partainya sendiri pun, ia tak pernah menjawabnya.

Baca juga: Dilema Ganjar Pranowo: Bertubi Diserang PDI-P, Kini Dilirik Partai Lain

Dikritik rekan separtai

Beberapa kali ia dikritik rekan separtainya.

"Ganjar apa kinerjanya delapan tahun jadi gubernur selain main di medsos, apa kinerjanya?" kata Trimedya anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dalam keterangan tertulis, Rabu (1/6/22).

"Tolong gambarkan track record Ganjar di DPR kemudian sebagai gubernur selesaikan Wadas itu. Selesaikan rob itu, berapa jalan yang terbangun kemudian sekarang diramaikan kemiskinan di Jateng (Jawa Tengah) malah naik, tolong masyarakat juga apple to apple memperbandingkan," ungkap Trimedya.

Bahkan Ganjar disebut kemlinthi oleh Trimedya, sebuah istilah dalam bahasa Jawa yang artinya congkak, sombong, angkuh.

Tak berhenti di sini, sebelumnya, Ketua DPR yang juga Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI-P, Puan Maharani, menyebut seseorang dengan istilah ganteng tapi tak bisa bekerja. Pernyataan ini disampaikan saat kunjungannya ke Dewan Pimpian Cabang (DPC) PDI-P Wonogiri, Jawa Tengah, pada April lalu.

Baca juga: Kehadirannya di KIB Disebut Cari Kendaraan Politik untuk Ganjar, Ketum Projo: Masih Sangat Dinamis

"Kenapa saya ngomong ini? Kadang-kadang sekarang kita ini suka 'yo wes lah dia saja asal ganteng, dia saja yang dipilih asal bukan perempuan, yo wes dia saja walau enggak iso opo-opo tapi yang penting dia itu kalau di sosmed, di TV itu nyenengin', tapi kemudian nggak bisa kerja, nggak dekat rakyat," ucapnya.

"Mau atau enggak pemimpin kayak gitu?" tanya Puan.

"Enggak," jawab para kader PDI-P.

Tidak jelas pernyataan ini ditujukan ke siapa, tetapi Relawan Ganjar GP Mania kala itu meyakini, bahwa pernyataan Puan ini ditujukan ke Ganjar.

Ketua GP Mania, Immanuel Ebenezer, mengungkapkan, "Ada era digital, orang track record tinggal Googling. Publik enggak bisa dibohongi."

Apa jawaban Ganjar?

Saya mencoba menanyakan soal ini ke Ganjar. Namun dia berkelakar untuk semua pernyataan, kalau isinya benar maka tinggal diikuti, tapi jika salah dan tidak bermutu maka ya anggap saja angin lalu.

"Sebagai keluarga ada adik dan kakak (satu partai) tentu ini sangat baik untuk saling mengingatkan." kata Ganjar.

Bicara soal adik dan kakak, saya ingat baru-baru ini ada Presiden Jokowi dan Megawati yang dikabarkan pecah kongsi, meski akhirnya dibantah dengan pertemuan dua kali antara keduanya.

Megawati dan Jokowi bagai ibu dan anak

Dan uniknya, Presiden Jokowi bahkan rela mengungkapkan bahwa ada anak nakal, bandel dan itu wajar dalam sebuah keluarga. Sebelumnya Jokowi sempat berseloroh, bahwa dirinya dan Megawati layaknya anak dan ibu.

"Bu Mega itu seperti ibu saya sendiri. Saya sangat sangat sangat menghormati beliau, Ibu Mega, dan hubungan anak dan ibu ini, itu hubungan batin," kata Jokowi pada Rabu pekan lalu.

Namun ketika diwawancara wartawan, Jokowi menjawab soal isu merenggangnya hubungan antara da dan Megawati.

Baca juga: Kode Keras PDI-P buat Parpol Lain yang Ingin Bajak Ganjar untuk Pilpres

"Bahwa dalam perjalanan anak kadang ada yang bandel. Ada yang nakal, biasa. Itu wajar. Jangan ditarik kemana-mana," tuturnya.

Apakah Jokowi mengibaratkan diri sebagai anak nakal nan bandel terhadap "ibunya" (Megawati)?

Jokowi tak menjawab.

Foto dua jari Jokowi, apar artinya?

Namun ada hal yang menyita perhatian. Jokowi saat bertemu dengan Megawati beberapa hari lalu sempat memamerkan foto dua jarinya dari foto yang dibagikan Biro Pers Sekretariat Presiden.

Ada apa sih?

Kita tahu saat ini ada dua bakal calon kuat di internal PDI-P yakni Puan Maharani dan Ganjar Pranowo.

Pilpres memang masih jauh, tapi gaungnya sudah nyaring hingga saat ini. Bagaimana kiprah bukan saja Ganjar, tapi juga yang lain, ada Prabowo Subianto, Anies Baswedan, Ridwan Kamil, Sandiaga Uno, bahkan Jenderal Andika Perkasa yang mulai muncul namanya di sejumlah survei Capres?

Menarik untuk disimak kinerja nyata mereka dan itu positif bagi demokrasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Nasional
Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Nasional
Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Nasional
Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nasional
JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

Nasional
Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Nasional
Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Nasional
DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

Nasional
Komisi II Sebut 'Presidential Threshold' Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Komisi II Sebut "Presidential Threshold" Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Nasional
Prabowo Nyanyi 'Pertemuan' di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Prabowo Nyanyi "Pertemuan" di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nasional
Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Nasional
Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Nasional
Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Nasional
CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah sejak 1999

CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah sejak 1999

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com