JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman tercatat pernah terjun ke medan operasi di Timor Timur pada periode 1988-1991.
Saat itu, Dudung baru saja menyelesaikan pendidikannya di Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri), yang kini bernama Akademi Militer (Akmil) dengan pangkat letnan dua.
Dudung yang kala itu akan menginjak usia 24 tahun ditugaskan di satuan tempur Batalyon Infanteri (Yonif) 744/Satya Yudha Bhakti yang bermarkas di Dili, Timor Timur, yang kini bernama Timor Leste.
Baca juga: Wakasal Sebut Tudingan Perwira Minta Rp 5,4 Miliar untuk Cemarkan Citra TNI AL
Batalyon itu kini bernama Yonif Raider Khusus 744/Satya Yudha Bhakti. Personelnya terdiri dari pasukan elite pertempuran infanteri yang berada di bawah Kodam IX/Udayana.
Saat Dudung bergabung, batalyon ini diperkuat tujuh kompi dan beberapa peleton dalam satu kompinya. Dudung dipercaya sebagai Komandan Peleton (Danton) 3/B yang bermarkas kompi di Desa Becora, Dili, Timor Timur.
“Di sinilah saya membawa tim khusus yang namanya Ataka dan Casador,” kata Dudung, dikutip dari buku “Loper Koran Jadi Jenderal” karya Imelda Bachtiar.
Baca juga: TNI AL Pertimbangkan Ambil Langkah Hukum Setelah Ada Perwira Dituding Minta Uang Rp 5,4 Miliar
Tim khusus ini terdiri dari prajurit-pajurit pilihan yang mempunyai segudang pengalaman untuk mencari anggota Gerakan Pengacau Keamanan (GPK) di Timor Timur.
Saat baru bergabung, Dudung yang baru saja terjun dalam medan penugasan baru langsung melakukan orientasi selama dua bulan. Mulai dari pengenalan lokasi, kegiatan fisik, hingga mental.
Setelah dinyatakan siap, tim tersebut selanjutnya berangkat ke gunung untuk melaksanakan tugas operasi selama tiga bulan.
Saat pertama kali terjun dalam medan operasi inilah, Dudung menjadi Danton pertama sebelum nampak terlihat prestasinya.