Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Koalisi PKB-PKS Dinilai Sukar Terbentuk karena Tidak Ada Tokoh Pemersatu

Kompas.com - 10/06/2022, 18:06 WIB
Tatang Guritno,
Bagus Santosa

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Koalisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dinilai tak mudah terbentuk.

Sebab, tidak ada tokoh yang bisa merekatkan hubungan kedua partai politik (parpol) tersebut.

“Tidak ada sosok pemersatu. Oke lah banyak orang melihat dulu keduanya sama-sama mendukung (pemerintahan) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY),” ucap Berdasarkan pandangan Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Firman Noor pada Kompas.com, Jumat (10/6/2022).

Baca juga: Jajaki Koalisi, Relasi PKB dan PKS Dinilai Ibarat Air dan Minyak

“Persoalannya, yang mengikat (koalisi tersebut saat itu) bukan deal antara mereka, tapi karena kepentingan yang sama untuk mendukung SBY, sehingga yang mempersatukan ya SBY,” paparnya.

Firman pun meragukan keseriusan wacana pembentukan koalisi ini. Sebab PKS dan PKB butuh waktu menyampaikan niatan itu hingga kader paling bawah.

“Karena selama ini ada satu anggapan umum bahwa background keduanya berbeda, jadi enggak mudah,” sebut dia.

Baca juga: Menilik Potensi Rintangan dalam Poros Koalisi PKB-PKS

Dalam pandangan Firman, perbedaan itu karena selama ini PKB dinilai lebih moderat. Sedangkan PKS cenderung dianggap sebagai parpol dengan corak Islam yang lebih kanan.

“Jadi ada kekhasan di masing-masing partai, ini yang butuh waktu untuk bisa saling memahami dan sekali lagi ini adalah eksperimen,” katanya.

Terakhir, Firman menyatakan, perbedaan keduanya terkait sosok calon presiden (capres) yang bakal diusung.

Untuk PKB, lanjut dia, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin adalah kandidat capres utama. Tapi hal itu belum tentu disetujui oleh PKS.

“Kalau kita lihat political gestur dari grassroots PKS tidak mengarah ke Cak Imin,” imbuh dia.

Baca juga: Soal Koalisi PKB-PKS, Demokrat: Pendaftaran Capres dan Cawapres Masih di Pengujung 2023

Diberitakan sebelumnya Sekretaris Jenderal PKS Aboe Bakar Al Habsyi mengklaim tengah menjajaki pembentukan koalisi dengan PKB. Harapannya, proses ini dapat melahirkan poros politik ketiga.

Aboe meyakini koalisi yang terbentuk antar dua partai Islam itu bakal menarik parpol lain untuk bergabung.

Pasalnya keduanya tinggal butuh satu parpol lagi untuk memenuhi ambang batas pencalonan capres dan calon wakil presiden (cawapres) untuk menghadapi kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid meyakini koalisi yang dijajaki PKS dan PKB dapat menghilangkan polarisasi di tengah masyarakat.

"Kalau PKS dan PKB duduk, politik identitas hilang, pembelahan hilang, kadrun-kadrun hilang. Yang diinginkan masyarakat perut kenyang, anak-anak bisa sekolah, kesehatan bisa terjamin, masa depan Indonesia terjaga," kata Jazilul.

Baca juga: Jalin Komunikasi Intensif dengan PKS, PKB Sebut Pengumuman Koalisi Tunggu Kejutan

Ia melanjutkan, koalisi yang sedang dijajaki ini membuktikan bahwa PKB dan PKS bisa mencapai titik temu.

Menurut Jazilul, selama ini masyarakat kerap memandang PKB dan PKS tidak dapat bertemu.

Tetapi, Jazilul mengatakan, PKB harus memberi penjelasan kepada konstituen mengenai niatan pembentukan koalisi ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus Eddy Hiariej Dinilai Mandek, ICW Minta Pimpinan KPK Panggil Jajaran Kedeputian Penindakan

Kasus Eddy Hiariej Dinilai Mandek, ICW Minta Pimpinan KPK Panggil Jajaran Kedeputian Penindakan

Nasional
KPU Undang Jokowi Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran Besok

KPU Undang Jokowi Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran Besok

Nasional
Cak Imin Mengaku Belum Dapat Undangan KPU untuk Penetapan Prabowo-Gibran

Cak Imin Mengaku Belum Dapat Undangan KPU untuk Penetapan Prabowo-Gibran

Nasional
Tentara AS Meninggal Saat Tinjau Tempat Latihan Super Garuda Shield di Hutan Karawang

Tentara AS Meninggal Saat Tinjau Tempat Latihan Super Garuda Shield di Hutan Karawang

Nasional
DKPP Terima 200 Aduan Pelanggaran Etik Penyelenggara Pemilu Selama 4 Bulan Terakhir

DKPP Terima 200 Aduan Pelanggaran Etik Penyelenggara Pemilu Selama 4 Bulan Terakhir

Nasional
Nasdem-PKB Sepakat Tutup Buku Lama, Buka Lembaran Baru

Nasdem-PKB Sepakat Tutup Buku Lama, Buka Lembaran Baru

Nasional
Tentara AS Hilang di Hutan Karawang, Ditemukan Meninggal Dunia

Tentara AS Hilang di Hutan Karawang, Ditemukan Meninggal Dunia

Nasional
Lihat Sikap Megawati, Ketua DPP Prediksi PDI-P Bakal di Luar Pemerintahan Prabowo

Lihat Sikap Megawati, Ketua DPP Prediksi PDI-P Bakal di Luar Pemerintahan Prabowo

Nasional
PDI-P Harap Pilkada 2024 Adil, Tanpa 'Abuse of Power'

PDI-P Harap Pilkada 2024 Adil, Tanpa "Abuse of Power"

Nasional
PKS Belum Tentukan Langkah Politik, Jadi Koalisi atau Oposisi Pemerintahan Prabowo-Gibran

PKS Belum Tentukan Langkah Politik, Jadi Koalisi atau Oposisi Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
KPK Duga Biaya Distribusi APD Saat Covid-19 Terlalu Mahal

KPK Duga Biaya Distribusi APD Saat Covid-19 Terlalu Mahal

Nasional
Anggap Jokowi dan Gibran Masa Lalu, PDI-P: Enggak Perlu Kembalikan KTA

Anggap Jokowi dan Gibran Masa Lalu, PDI-P: Enggak Perlu Kembalikan KTA

Nasional
Naik Kereta Cepat, Ma'ruf Amin Kunjungan Kerja ke Bandung

Naik Kereta Cepat, Ma'ruf Amin Kunjungan Kerja ke Bandung

Nasional
Harga Bawang Merah Melonjak, Mendag Zulhas: Karena Tidak Ada yang Dagang

Harga Bawang Merah Melonjak, Mendag Zulhas: Karena Tidak Ada yang Dagang

Nasional
Dua Tersangka TPPO Berkedok Magang Sembunyi di Jerman, Polri Ajukan Pencabutan Paspor

Dua Tersangka TPPO Berkedok Magang Sembunyi di Jerman, Polri Ajukan Pencabutan Paspor

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com