Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Indonesian Insight Kompas
Kelindan arsip, data, analisis, dan peristiwa

Arsip Kompas berkelindan dengan olah data, analisis, dan atau peristiwa kenyataan hari ini membangun sebuah cerita. Masa lalu dan masa kini tak pernah benar-benar terputus. Ikhtiar Kompas.com menyongsong masa depan berbekal catatan hingga hari ini, termasuk dari kekayaan Arsip Kompas.

Sebelum Borobudur Ada

Kompas.com - 09/06/2022, 08:22 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Menurut I-tsing, biksu yang antara lain mendalami agama Buddha di Indonesia, ilmu agama yang dipelajari di Nalanda pun tak cuma Buddha.

Baca juga: Soekarno, BPUPK, Wasiat Hatta, dan Naskah Pidato Lahirnya Pancasila

Nah, apa kaitannya dengan Indonesia?

I-tsing kembali menjadi penghubung fakta Nalanda dan Indonesia. Bagi I-tsing yang adalah pembelajar ini, India ya Nalanda.

Lalu, Indonesia pada saat itu bagi I-tsing adalah wilayah kekuasaan Sriwijaya. Dia belajar di Universitas Sriwijaya pada masanya. 

Sudjoko lagi-lagi mengkritik pendapat yang menyebut kampus I-tsing itu semata tempat pembelajaran agama Buddha. 

"Mentang-mentang I-tsing menyebutnya sebagai pusat kajian Buddhisme di kepulauan selatan, kita lalu menyangka bahwa di kampus Sriwijaya itu cuma bisa dipelajari agama," tulis Sudjoko.

Baca juga: I-Tsing, Biksu China yang Memperdalam Agama Buddha di Sriwijaya

Padahal, lanjut Sudjoko, I-tsing pun jelas-jelas menuliskan pula di catatannya bahwa kampus tersebut ada lebih dari seribu bikhu—penyebutan lain untuk biksu berdasarkan aliran dalam ajaran agama Buddha—yang jiwanya dipusatkan pada ilmu dan amal.

"Mereka meneliti dan memperbincangkan segala macam ilmu, sama seperti di India...," tulis Sudjoko mengutip kelanjutan catatan I-tsing.

Kembali ke fakta bahwa Indonesia dalam versi apa pun sebelum menggunakan nama ini merupakan sesuatu yang besar bahkan sebelum Borobudur ada, Sudjoko mencuplikkan pula gambaran pengelana yang menyambangi kawasan ini pada 414.

Bersamaan dengan perkiraan waktu berdirinya kampus di Nalanda, ada pengelana bernama Fahien yang terdampar di Pulau Jawa. OK, Fahien lupa menulis soal ekonomi wilayah ini karena terlalu dongkol—sebut Sudjoko—dengan musibah yang dia alami.

Baca juga: Tradisi Waisak di Ngroto Sumogawe: Dari Sungkeman, Kenduren, sampai Lebaran Waisak

Namun, lanjut Sudjoko, ada kitab-kitab seperti wangsa Liang (berkuasa pada kurun 502-556) dan T'ang (618-906) menyebut wilayah yang kini bernama Indonesia sebagai kaya raya dan gemerlapan.

Bahkan, tutur Sudjoko, Prof Jam Romein dalam Geschiedenis der Mensheid jilid II  halaman 428 menyatakan bahwa wilayah Kerajaan Kediri pada abad ke-12 merupakan yang terkaya sedunia. Na het Arabische kalifaat het rijkste land ter wereld. 

Padahal, seberapakah wilayah Kerajaan Kediri?

Pengagum Sosrokartono—kakak Kartini yang "hilang" dari referensi dan literatur Indonesia—ini menggelitik mentalitas kita dalam memandang identitas dan kapasitas diri sendiri.

Bukan semata bernostalgia atas gemilang masa silam, Sudjoko mengajak kita untuk lebih tinggi memaknai akar dan kemampuan bangsa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Nasional
Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Nasional
Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com