Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Koalisi untuk Rakyat? Mbelgedes!

Kompas.com - 07/06/2022, 12:10 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Republik ini begitu dikapling-kapling kekuasaan oleh partai politik tanpa kemauan rakyat untuk didengar.

Seolah-olah suara partai adalah suara pembenar tanpa koreksi. Suara partai demikian mutlak.

Jadi begitu “telanjang” sebenarnya alasan demi alasan pembentukan koalisi tidak lebih dari sekadar memperjuangkan dengan maksimal ambisi para ketua umum partai politik untuk menggapai kekuasaan.

Jika tidak RI-1, minimal RI-2. Jika tidak dapat RI-1 atau RI-2 minimal bisa meraih “RI-RI” yang lain untuk merujuk posisi menteri-menteri di kabinet.

Mereka tidak ada bosan-bosannya menjadi pemimpin (yang dipilih) karena suara rakyat yang dibeli. Sepertinya mereka takut menjadi rakyat (pada gilirannya).

Tidak mudah sebenarnya dalam membentuk koalisi karena setiap partai politik mempunyai kepentingan masing-masing.

Dugaan politik transaksional dalam menentukan kandidat yang maju sebagai calon presiden dan calon wakil presiden begitu kuat dan menjadi bagian dari dinamika pembentukan koalisi-koalisi tersebut.

Jangan heran dan takjub, peredaran uang di tahun-tahun politik begitu ambyar dan spektakular. Semuanya demi menggapai kekuasaan. Kursi-kursi kekuasaan begitu mahal tarifnya.

Nota kesepahaman antarpartai politik seperti KIB tidak menjamin ikatan koalisi tersebut begitu kuat, tetapi bisa saja ada partai politik “yang lari” dari kesepakatan karena ada tawaran yang lebih “menggiurkan” dari partai-partai lain.

Partai politik yang menjadi anggota koalisi tidak lebih sekadar ingin mendapatkan cocktail effect dalam pemilihan legislatif.

Meminjam istilah Jawa, mbelgedes dipakai sebagai ungkapan penyeru penilaian atas suatu keadaan yang dianggap tidak dapat diandalkan, maka saya menganggap tujuan koalisi tidak lebih dari sekadar memanfaatkan narasi-narasi kerakyatan demi kepentingan elite mendapatkan kekuasaaan.

Jadi koalisi untuk rakyat tidak lebih dari permainan “kata”, tepatnya begitu “mbelgedes”

Jika koalisi ditujukan untuk kepentingan rakyat tentu calon-calon yang dinominasikan koalisi partai politik memang dikenal memiliki keberpihakan terhadap rakyat.

Bukan pemimpin yang “jago” dalam memainkan perasaan netizen di media sosial, tetapi pemimpin yang terbukti berhasil di tataran kepemimpinan lokal atau memiliki jejak rekam yang jelas di masyarakat.

Kita memang hidup di zaman yang penuh dengan mbelgedes. Jangan-jangan partai-partai politik begitu mbelgedes karena selama ini kita memang dianggap mbelgedes oleh pemegang kekuasaan yang benar-benar mbelgedes.

Pilihlah partai politik yang tidak mbelgedes, dukunglah koalisi yang tidak mbelgedes dan coblos pasangan capres-cawapres yang tidak mbelgedes. Agar rakyat tidak mbelgedes sepanjang masa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

Nasional
Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Nasional
Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com