PADA 1 Juni 2022, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo memimpin upacara Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2022 di Lapangan Pancasila Kota Ende, Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Sejarah lahirnya Pancasila pada 1 Juni 1945, memang tak bisa dipisahkan dari Kota Ende. Sebab, berdasarkan catatan sejarah, Bung Karno melakukan perenungan panjang mengenai Pancasila saat diasingkan di Ende, Flores pada 1934-1938.
Bung Karno dikisahkan sering duduk di bawah Pohon Sukun (sekarang disebut Taman Pancasila yang terletak tak jauh dari pantai Ende, menghadap ke selatan, Laut Sawu) merenungkan dan mengabstraksikan pikiran-pikiran hingga melahirkan rumusan sila-sila Pancasila.
Pengasingan Bung Karno ke Ende dilakukan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, De Jonge yang terbit pada 28 Desember 1933.
Bung Karno segera menyampaikan isi surat tersebut kepada ibu Inggit Garnasih, istri tercintanya.
Lalu ibu Inggit dengan yakin menjawab “aku akan ikut denganmu walau sampai ke dasar lautan”.
Tapi ibu Inggit juga kebingunan. “Kus (Bung Karno) Ende itu di mana?”
Pertanyaan itu menunjukan bahwa Ende saat itu bukanlah tempat yang familiar untuk keluarga ini.
Pada 6 Januari 1934, Bung Karno bersama Inggit, Ratna Djuami (anak angkat), serta mertuanya, Ibu Amsi, bertolak dari Surabaya menuju Pelabuhan Ende dengan kapal barang KM van Riebeeck. (Bdk.henridaros.wordpress.com, 5 Januari 2020).
Selama kurang lebih delapan hari pelayaran, pada 14 Januari 1934, Bung Karno dan keluarga tiba di Pelabuhan Ende, yang kini disebut Pelabuhan Bung Karno.
Selama di Ende, Bung Karno dan keluarga dibawa ke Kampung Ambuaga, Ende menghuni rumah milik seorang saudagar lokal, Abdullah Ambuwaru yang kini beralamatkan di Jalan Perwira, Kelurahan Kotaratu, Kecamatan Ende Selatan, Kota Ende. (Bdk. Hizqil Apandi, www.info.co. 2016)
Rumah yang kini dijadikan 'Situs Bekas Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende' tampak tak berbeda dari rumah-rumah penduduk karena konstruksinya menyerupai rumah-rumah di sampingnya.
Di rumah berukuran 12 x 9 meter persegi itu Bung Karno menjalani hari-harinya selama hampir empat tahun lamanya.
Beberapa puluh meter dari rumahnya ke arah pantai selatan, terdapat tanah lapang yang kala itu ditumbuhi sebatang pohon Sukun.
Di tempat ini nyaris setiap sore selepas shalat Ashar, Bung Karno duduk merenung, kadangkala hingga tengah malam, bahkan sampai subuh.
Dari perenungannya, Bung Karno merumuskan sila-sila Pancasila yang kemudian menjadi dasar Negara Republik Indonesia.
Dasar Negara Republik Indonesia, Pancasila dengan lambang Negara Burung Garuda yang menggenggam motto, ‘Bhineka Tunggal Ika’ lahir dari konteks kehidupan masyarakat Ende yang pluralis dan multikulturalis.
Ende pada masa pengasingan Bung Karno hanyalah sebuah kampung (nua) pelabuhan kecil lagi terpencil.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.