Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aiman Witjaksono
Jurnalis

Jurnalis

Konvoi Khilafah, Siap-siap Negara Baru?

Kompas.com - 06/06/2022, 05:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BETULKAH ada persiapan negara baru dari konvoi Khilafah yang videonya tersebar di tengah publik beberapa hari belakangan? Saya menelusurinya, eksklusif!

Saya mencoba untuk mengupasnya. Lewat program AIMAN di Kompas TV yang tayang setiap Senin pukul 20.30 WIB, saya mencoba menapak tilas perjalanan konvoi kelompok Khilafatul Muslimin di sejumlah titik di Jakarta.

Informasi yang saya dapatkan, mereka membawa spanduk kecil yang ditempelkan di bagian motor mereka.

Konvoi dilakukan pada hari Minggu, 29 Mei 2022. Rute mereka berawal dari Koja, Jakarta Utara, melewati jalur Cawang, Jakarta Timur, Depok, Jawa Barat, kembali ke Pasar Minggu, Jakarta Selatan dan berakhir di Cempaka Putih, Jakarta Timur.

Ada selebaran alias flyer yang mereka berikan kepada sejumlah orang di beberapa titik di mana mereka konvoi.

Di antaranya terekam kamera yang tersebar disebutkan di wilayah Cawang, Jakarta Timur.

Saya mendapatkan flyer tersebut dan berisi Maklumat (pengumuman) dan ajakan kepada publik untuk bergabung dengan Pusat Kekhilafahan Islam atau Khilafatul Muslimin.

Siapa Khilafatul Muslimin?

Dari sini saya mencoba mencari data, siapa Khilafatul Muslimin. Saya dapatkan informasinya, bahwa gerakan ini dibentuk pada tahun 1997, persis setelah Pimpinan tertingginya, Amir Daulah, yang bernama Hasan Baraja, keluar dari penjara.

Hasan dipenjara 13 tahun akibat terlibat dalam kasus terorisme di antaranya Pemboman Candi Borobudur pada 1985. Statusnya ex terpidana terorisme.

Bahkan sebelumnya, Hasan juga pernah dipenjara terkait gerakan Komando Jihad. Komando Jihad ini kerap terdengar pada tahun 1970 akhir hingga 1980-an.

Salah satu aksi teroris yang dilakukan adalah Pembajakan Pesawat Garuda.

Arsip Harian Kompas, 29 Maret 1981 menyebutkan, pesawat dengan nomor penerbangan GA 206 itu dibajak di udara antara Palembang-Medan.

Pesawat yang memiliki rute Jakarta-Medan itu dibajak pada pukul 10.10 WIB sesaat setelah tinggal landas dari Palembang, dan berakhir di Bandara Don Muang, Bangkok, Thailand.

Pembajakan tersebut digagalkan oleh Pasukan Anti Teror Indonesia, kala itu Korps Pasukan Sandi Yudha (Koppasandha) yang kini berubah nama menjadi Kopassus.

Kala itu pasukan antiteror dipimpin Letkol Inf. Sintong Panjaitan.

Namun Hasan Baraja, bukan terkait pembajakan, ia terkait dengan kasus teror warman. Dalam kasus teror ini seorang wakil rektor UNS, Solo, Parmanto, tewas karena diduga membocorkan gerakan Komando Jihad ini, pada 1979.

Akibat aksi "Teror Warman" ini, Hasan Baraja divonis penjara 3 tahun.

Saat ini, Hasan Baraja menjadi pimpinan tertinggi internasional kelompok Khilafatul Muslimin, yang mereka sebut dengan Ustaz Abdul Qadir Hasan Baraja.

Saya mencoba mencari salah seorang pimpinan dari mereka, di Jakarta. Akhirnya di tempat khusus dan tak boleh dipublikasikan lokasinya, saya mewawancarai Amir alias Pimpinan Khilafatul Muslimin Jakarta Raya yang meliputi sejumlah wilayah utama Ibu Kota, Jawa Barat, hingga Banten, Muhammad Abudan.

Di lantai 2 rumahnya, yang biasa digunakan untuk berkumpul bersama jamaah Khilafatul Muslimin, saya mewawancarainya.

"Mengapa kelompok Anda mengangkat pimpinan terpidana kasus terorisme?" tanya saya kepadanya.

"Dulu Imam Bonjol juga dianggap teroris!" jawab Abudan.

Dari pertanyaan ini saya kembali bertanya, Apakah Anda menganggap Indonesia adalah penjajah, karena dulu Imam Bonjol dianggap teroris oleh penjajah (Belanda)?

Abudan tidak menjawab lugas hanya mengulang pernyataannya soal Imam Bonjol yang dianggap teroris (oleh Belanda).

Saya kembali mengeluarkan data yang saya miliki terkait kelompok ini.

Apakah benar, Khilafatul Muslimin memiliki Menteri Pertahanan & Keamanan?"

Spontan Abudan langsung membantah. "Itu Fitnah, hoaks, tidak benar!" katanya.

Saya ubah pertanyaannya, ada sosok di Khilafatul Muslimin yang bertanggung jawab soal Pertahanan Keamanan?"

Kali ini Abudan, mengiyakan. "Iya, ada namanya Amni wa Difa'i," ujarnya.

Untuk apa? tanya saya kembali.

Abudan menjawab, untuk menjaga keamanan bagi jemaah yang melakukan kegiatan pengajian.

Tanya - jawab saya cukup panjang dalam topik ini, termasuk bagaimana mereka menggunakan istilah pertahanan dan membedakannya dengan keamanan.

Apalagi dikaitkan dengan kegiatan Internasional, yang diakuinya telah memiliki anggota di Malaysia, Australia, bahkan hingga beberapa negara di Afrika.

Menjadi pertanyaan, apakah mereka tengah mempersiapkan sebuah Negara?

Direktur Pencegahan BNPT, Brigjen Pol. Ahmad Nurwakhid mengatakan mereka tengah dalam pendalaman pihak BNPT.

Meski yang disayangkan, kegiatan mereka terkait dengan Khilafah belum bisa dianggap melanggar hukum, karena tidak adanya undang-undang yang mengatur soal ideologi khilafah ini.

Berbeda dengan Komunisme, Leninisme, dan Marxisme yang sudah ada aturan untuk melakukan penindakan bila ada penyebaran pahamnya.

Meski demikian, Khilafatul Muslimin membantah jika Khilafah yang diusungnya akan mengganti Pancasila dan mendirikan negara.

Apakah hal ini adalah sebatas muslihat karena jumlahnya masih minoritas atau memang demikian adanya?

Selayaknya membuka pintu penyelidikan akan organ-organ institusi mereka yang layaknya dimiliki sebuah negara merdeka & berdaulat.

Saya Aiman Witjaksono...
Salam!

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Nasional
Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Nasional
PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

Nasional
Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Nasional
Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Nasional
Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Nasional
KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

Nasional
Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Nasional
Satkar Ulama Dukung Airlangga Jadi Ketum Golkar Lagi, Doakan Menang Aklamasi

Satkar Ulama Dukung Airlangga Jadi Ketum Golkar Lagi, Doakan Menang Aklamasi

Nasional
Gibran Temui Prabowo di Kertanegara Jelang Penetapan Presiden-Wapres Terpilih

Gibran Temui Prabowo di Kertanegara Jelang Penetapan Presiden-Wapres Terpilih

Nasional
KPU Batasi 600 Pemilih Tiap TPS untuk Pilkada 2024

KPU Batasi 600 Pemilih Tiap TPS untuk Pilkada 2024

Nasional
Dianggap Sudah Bukan Kader PDI-P, Jokowi Disebut Dekat dengan Golkar

Dianggap Sudah Bukan Kader PDI-P, Jokowi Disebut Dekat dengan Golkar

Nasional
PDI-P Tak Pecat Jokowi, Komarudin Watubun: Kader yang Jadi Presiden, Kita Jaga Etika dan Kehormatannya

PDI-P Tak Pecat Jokowi, Komarudin Watubun: Kader yang Jadi Presiden, Kita Jaga Etika dan Kehormatannya

Nasional
Menko Polhukam: 5.000 Rekening Diblokir Terkait Judi Online, Perputaran Uang Capai Rp 327 Triliun

Menko Polhukam: 5.000 Rekening Diblokir Terkait Judi Online, Perputaran Uang Capai Rp 327 Triliun

Nasional
Golkar Sebut Pembicaraan Komposisi Menteri Akan Kian Intensif Pasca-putusan MK

Golkar Sebut Pembicaraan Komposisi Menteri Akan Kian Intensif Pasca-putusan MK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com