JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Koordinator Nasional (Kornas) Ganjarist Eko Kuntadhi mempertanyakan balik pernyataan politisi PDI-P Trimedya Panjaitan yang menuding Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo ambisius menjadi calon presiden (capres) 2024.
Pasalnya, Eko menilai sejauh ini Ganjar justru patuh terhadap Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri terkait pencapresan.
"Sampai saat ini Mas Ganjar kayaknya belum pernah statemen apa-apa soal Pilpres deh. Bahkan kalau ditanya orang tentang Pilpres, Mas Ganjar selalu bilang urusan itu menjadi wilayahnya Bu Mega selalu ketua umum PDI-P. Jadi, gimana mau dibilang ambisius," kata Eko saat dihubungi Kompas.com, Jumat (3/6/2022).
Eko menuturkan, tudingan ambisius yang dilontarkan Trimedya bisa saja karena melihat elektabilitas Ganjar yang tinggi di sejumlah survei nasional.
Baca juga: Sebut Ada Usulan Ganjar-Anies, Ketum Projo: Mustahil Terwujud, Daya Dukung Partainya Enggak Ada
Menurutnya, elektabilitas Ganjar bahkan paling tinggi di antara kader PDI-P lainnya.
Namun, ia tak sepakat jika hal tersebut dijadikan alasan Trimedya menuding Ganjar ambisius. Sebab, elektabilitas dinilai sebagai tanda dukungan dari rakyat.
"Lho, itu kan, menandakan dukungan rakyat. Kalau rakyat mendukung Ganjar yang dianggap pantas melanjutkan Jokowi, kenapa jadi Ganjar yang disalahin?," ucapnya.
Oleh karena itu, Eko berpandangan semestinya Trimedya menuding rakyat lah yang ambisius menginginkan Ganjar menjadi capres.
Hal ini karena elektabilitas dinilai merupakan suara rakyat.
"Karena elekbatibiltas itu suara rakyat. Bukan kemauan Mas Ganjar," tegasnya.
Di sisi lain, jika kritik disampaikan kepada Ganjar lantaran kerap bermain media sosial (medsos) daripada kinerja, Eko berpendapat lain.
Baca juga: Jalan Terjal Ganjar Menuju RI 1, Digoyang Internal Banteng
Menurut dia, justru Ganjar menggunakan pemikiran yang update atau kekinian sebagai seorang politisi.
Ia mengatakan, saat ini terdapat dua karakter politisi yaitu politisi zaman old dan zaman now.
Ganjar, kata Eko, menerapkan karakter politisi zaman now yang pandai memanfaatkan medsos.
"Politisi jaman now tahu, ada media komunikasi yang murah, praktis dan efisien: medsos. Di mana sebagian besar orang Indonesia terbiasa mengaksesnya. Artinya kalau tidak mampu beradaptasi dengan zaman, jangan juga salahkan orang yang mampu ikuti arus zamannya," pungkas Eko.