JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam menilai, sentilan Politisi PDI-P Trimedya Panjaitan terhadap Ganjar Pranowo memperjelas adanya faksi di internal partai banteng.
Sentilan serupa bukan kali ini saja dilontarkan jajaran PDI-P untuk Ganjar. Jika hal yang sama terus terjadi, peluang Gubernur Jawa Tengah itu untuk diusung partainya sebagai calon presiden dinilai semakin kecil.
"Jika kondisi ini berlanjut, semakin kecil peluang bagi Ganjar untuk mendapatkan restu politik Megawati (Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri)," kata Umam kepada Kompas.com, Kamis (2/6/2022).
"Ibaratnya, jika menyatu dengan kader di internal partainya saja terkendala, bagaimana bisa menyatu dengan rakyat yang sangat heterogen?" tuturnya.
Baca juga: Politisi PDI-P: Ganjar 8 Tahun Jadi Gubernur Selain Main Medsos, Apa Kinerjanya?
Menurut Umam, akar faksi PDI-P ini salah satunya dipengaruhi oleh strategi politik Ganjar yang kurang tepat. Ganjar belakangan fokus menjalankan kerja-kerja politik personalnya lewat kunjungan dan sosialisasi di luar Jawa.
Upaya tersebut memang dapat meningkatkan elektabilitas, namun, di saat bersamaan, akar dukungan politik terhadap Ganjar di internal PDI-P kian rapuh.
Oleh karenanya, alih-alih bersikukuh meningkatkan elektabilitas, Ganjar disarankan untuk fokus memperbaiki komunikasi politiknya dengan kader-kader utama di internal PDI-P.
Jika tidak, gap politik antara Ganjar dan PDI-P diprediksi akan semakin melebar.
"Sebab, jika terlalu 'merasa ganteng sendiri', hal itu akan menciptakan gap komunikasi dan menguapnya harapan dukungan dari Ketua Umum Megawati," ucap Umam.
Baca juga: Hasto Pastikan Tak Ada Keretakan antara PDI-P dan Ganjar Pranowo
Tak hanya itu, lanjut Umam, ada baiknya Presiden Joko Widodo mengerem sinyal-sinyal dukungan yang ia kirimkan untuk Ganjar. Ini semata untuk mencegah ketegangan antara Jokowi dengan Megawati.
Memang di internal PDI-P Jokowi merupakan petugas partai. Namun, posisi mantan Wali Kota Solo itu sebagai presiden 7 tahun terakhir bisa mengubah cara pandangnya dalam menempatkan diri sebagai sosok yang lebih tinggi saat bernegosiasi dengan Megawati.
Umam berpendapat, ada baiknya Jokowi tetap bersikap netral dan independen sebagaimana perangai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) jelang masa akhir jabatannya di 2014.
Selain akan memberikan kesempatan yang setara dalam kontestasi pilpres, kata Umam, sikap netral presiden juga akan menyelamatkannya dari risiko kontestasi politik mendatang.
"Namun jika Presiden Jokowi sejak awal sudah berpihak, dan ternyata kalah, maka hal itu akan mengancam nasib politiknya pasca purnatugas dari jebatan presiden," ucap Dosen Ilmu Politik Universitas Paramadina itu.
Sebelumnya diberitakan, politisi PDI-P Trimedya Panjaitan tiba-tiba saja menyoroti Ganjar Pranowo yang ia nilai ambisius untuk maju pada Pilpres 2024.
Trimedya mempertanyakan kinerja rekannya sesama kader PDI-P itu selama menjabat gubernur.
"Ganjar apa kinerjanya 8 tahun jadi Gubernur selain main di medsos apa kinerjanya?" kata Trimedya dalam keterangannya, Rabu (1/6/2022).
Baca juga: Projo Bakal Dukung jika Jokowi Usung Ganjar Pranowo pada Pilpres 2024?
Trimedya lantas membandingkan kinerja Ganjar dengan Ketua DPP PDI-P yang juga Ketua DPR RI Puan Maharani. Menurutnya, rekam jejak Puan jelas.
Puan menjabat sebagai Ketua Fraksi PDI-P di DPR ketika PDI-P menjadi oposisi di pemerintahan SBY. Oleh Trimedya, Puan dinilai berhasil mengorganisir anggota saat menjadi oposisi.
Dari Parlemen, Puan melanjutkan langkahnya menjadi Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK). Saat duduk di kursi menteri, dia dinilai berhasil mengoordinasikan 7 kementerian dan memiliki kinerja yang baik.
Ketika menjadi Ketua DPR RI pun, Trimedya mengeklaim, Puan bisa memimpin di tengah kader-kader terbaik partai politik.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.