Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Prof. Dr. Warsono, MS
Guru Besar Unesa

Guru Besar di Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Surabaya

Pancasila Membutuhkan Keteladanan

Kompas.com - 01/06/2022, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pada era Orde Baru, dibangunlah suatu badan yang bertugas mengimplementasikan Pancasila dalam kehidapan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, yaitu BP-7.

Pada era roformasi, pendidikan karakter digalakan dan dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah. Bahkan Presiden Joko Widodo pada awal pemerintahan telah mencanangkan revolusi mental.

Sayangnya karakter dan mental bangsa saat ini tidak lebih baik jika dibanding dengan para pendiri bangsa dan generasi sejamannya.

Karakter bangsa khususnya para elite justru semakin mengalami degradasi dan menyimpang dari nilai-nilai Pancasila.

Korupsi dan kasus jual beli jabatan di berberapa daerah membuktikan bahwa karakter dan mental sebagian elite penyelenggara negara sangat memprihatinkan.

Di sisi lain, para tokoh agama juga belum semuanya bisa menjadi teladan. Kita semakin sulit mencari elite agama seperti Gus Dur dan Buya Syafii Maarif.

Banyaknya elite agama yang terlibat dalam kasus korupsi membuktikan bahwa persoalan moral masih menjadi penghambat kemajuan bangsa.

Di sisi lain, penegakan hukum juga belum bisa memenuhi harapan masyarakat tentang keadilan.

Hukum masih dipandang tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Hukum masih belum bisa menempatkan kesetaraan setiap warga negara.

Kekuasaan dan kekuatan uang masih sering tampak dalam proses peradilan, sehingga mereka yang lemah secara politik dan ekonomi sulit memperoleh keadilan.

Lemahnya keteladanan dan penegakan hukum menjadi masalah yang harus ditangani secara serius jika kita akan mengejar ketertinggalan dari bangsa lain.

Keteladanan dan penegakan hukum merupakan metode yang paling efektif dalam pembentukan karakter bangsa.

Karakter bukanlah wacana, tetapi perilaku dalam kehidupan. Bahkan karakter tidak bisa diajarkan, tetapi dipraktikkan dan diteladankan.

Pancasila sebagai padangan bangsa tidak cukup hanya diwacanakan, tetapi harus diamalkan. Pancasila bukanlah suatu yang rumit dan sulit tetapi sesuatu yang mudah untuk dipraktikkan asalkan ada kemauan.

Misal: jujur itu Pancasila, tanggung jawab itu Pancasila, disiplin itu Pancasila, mengendalikan ke-aku-an (kepemilikan) terutama kepada materi itu Pancasila.

Pewacanaan Pancasila justru bisa menjadi sumber konflik yang meredusir fungsinya sebagai pemersatu bangsa. Yang kita butuhkan adalah pengamalan Pancasila, bukan wacana. 

Oleh karena itu, dibutuhkan keteladanan baik dari para elite politik, tokoh masyarakat maupun tokoh agama dalam mengamalkan Pancasila.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

Nasional
Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

Nasional
Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Nasional
2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

Nasional
Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

Nasional
Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Nasional
Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Nasional
Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Nasional
AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

Nasional
Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Nasional
Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Nasional
AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com