Dengan mata yang sehat, setiap dokumen bisa Jokowi baca seksama hingga titik komanya.
Tentu, tanda-tanda itu bukan hanya akibat pertambahan usia. Khusus bagi presiden, ada “accelerated aging theory“.
Teori itu menjelaskan bahwa beban sebagai kepala negara, dengan stres berlipat ganda, dipandang sebagai penyebab mengapa proses penuaan itu berlangsung lebih kencang pada presiden.
Bahkan, untuk setiap satu tahun yang dilalui presiden, dampaknya terhadap penuaan adalah setara dengan dua tahun.
Namun stresnya Jokowi jangan buru-buru dipandang negatif lho. Presiden memang harus stres, karena itulah wujud betapa Jokowi memasukkan berbagai persoalan secara serius ke dalam pikirannya.
Stres adalah penanda betapa Jokowi menyelami statusnya sebagai orang yang diasumsikan paling bertanggung jawab atas kehidupan ratusan juta manusia di Indonesia.
Lagi pula, kendati accelerated aging theory tampaknya berlaku pada Jokowi, tapi tidak serta-merta itu berdampak buruk. Toh sebagai presiden, Jokowi punya akses lebih luas ke layanan kesehatan.
Dari sisi kesejahteraan finansial pun tetap stabil. Begitu pula akses ke sumber-sumber kenyamanan dan ketenteraman lainnya.
Dengan akses selengkap itu, meski tanda penuaan itu terlihat kentara di raut wajahnya, namun kualitas hidup Presiden Jokowi secara keseluruhan tetaplah positif.
Ada peluang besar baginya untuk melampaui rata-rata usia harapan hidup pria Indonesia: 69,30 tahun (BPS, 2018).
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.