Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil Umar Wirahadikusumah, dari Militer Jadi Wakil Presiden Ke-4 Indonesia

Kompas.com - 28/05/2022, 13:57 WIB
Fitria Chusna Farisa

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Umar Wirahadikusumah merupakan Wakil Presiden keempat RI.

Ia menjabat selama 5 tahun terhitung sejak 1983 hingga 1988, mendampingi Presiden Soeharto. Sebelum menjabat sebagai wapres, Umar lama berkarier di militer sebagai prajurit TNI.

Masa kecil

Umar lahir di Sumedang, Jawa Barat, 10 Oktober 1924. Ia berasal dari keluarga bangsawan pasangan Raden Rangga Wirahadikusumah (Wedana Ciawi, Tasikmalaya) dan Raden Ratnaningrum (putri Patih Demang Kartamenda di Bandung).

Dikutip dari laman resmi Perpustakaan Nasional RI, Umar menempuh pendidikan di Eropesche Lagere School (ELS) Tasikmalaya pada 1935-1942, pendidikan setingkat sekolah dasar pada zaman Hindia Belanda.

Baca juga: Profil Mohammad Hatta, Sang Proklamator yang Jadi Wakil Presiden Pertama Indonesia

Ia lantas melanjutkan pendidikan di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Pasundan tahun 1942-1945, atau pendidikan setingkat SMP.

Pendidikan SMA Umar tempuh selama 1955-1957. Setelah lulus, dia kuliah di Universitas Padjadjaran.

Umar memulai pendidikan kemiliteran pada zaman Jepang. Ia mengikuti latihan pemuda Seinendojo (Sunen Dancho) di Tangerang tahun 1943. Dia lalu mengikuti latihan perwira (Shoodanchoo) Tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor tahun 1944.

Ia juga sempat melanjutkan pendidikan militer di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SSK AD) tahun 1955.

Karier militer

Karier militer Umar dimulai ketika dirinya diangkat sebagai Komandan Peleton Tasikmalaya tahun 1942).

Selanjutnya, tahun 1943 dia dipercaya menjadi Komandan Peleton Pangandaran dan Komandan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Cicalengka dengan pangkat kapten pada 1945.

Tahun 1947, Umar dipercaya menjadi ajudan Panglima Divisi III/Siliwangi di Tasikmalaya, Direktur Latihan Operasi di Garut, dan Komandan Brigade I/III/V Cirebon.

Setahun kemudian, ia menjabat sebagai Komandan Brigade IV di Solo. Sebelum menjadi Pangdam V/Jaya, ia juga pernah menjadi Kepala Staf Brigade L Cirebon.

Umar banyak terlibat dalam perjuangan merebut kemerdekaan, antara lain ikut dalam pelucutan senjata Jepang di Cicalengka tahun 1945. Kemudian, menghadapi kerusuhan "Merah" di daerah Cirebon, Brebes, dan Tegal selama 1946 hingga 1947.

Umar juga ikut menghancurkan pasukan Sutan Akbar Ciniru/Kuningan (1947), menumpas peristiwa Madiun sebagai Komandan Batalyon IV, dan menumpas DI Jawa Barat pada 1950-1952.

Baca juga: Profil Buya Syafii Maarif: Mantan Ketum PP Muhammadiyah, Pejuang Pendidikan

Umar menjadi sebagai salah seorang tokoh yang berhasil menumpas PKI pada 1965. Saat itu, ia menjabat sebagai Panglima Kodam V/Jaya.

Sebelumnya, Kodam V Jaya berstatus sebagai Komando Kota Besar Jakarta Raya dan ia menjadi komandonya sejak 1959.

Setelah 5 tahun menjadi Panglima Kodam V/Jaya, Umar menggantikan Soeharto sebagai Panglima Kostrad tahun 1965.

Mulai saat itu, kariernya terus menanjak. Selain Pangkostrad, Umar merangkap jabatan sebagai Panglima Komando Mandala Siaga

Tahun 1967, ia diangkat menjadi Wakil Panglima Angkatan Darat, lalu sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) pada 1969 hingga 1973.

Menjadi wakil presiden

Lepas jabatan sebagai KSAD, Umar masuk ke pemerintahan. Ia menjabat Ketua Badan Pengawas Keuangan (BPK) selama 10 tahun yakni 1973-1983.

Setelahnya, kariernya mencapai puncak. Ia terpilih sebagai Wakil Presiden RI mendampingi Presiden Soeharto.

Baca juga: Kilas Balik Mundurnya Presiden Soeharto, 21 Mei 1998

Umar merupakan Wakil Presiden keempat RI setelah Adam Malik. Ia menjabat selama 5 tahun, terhitung sejak 1983 hingga 1988.

Sejak menjadi prajurit TNI, Umar dikenal taat beragama. Ia selalu tertib melaksanakan shalat liwa waktu.

Ketika menjabat wakil presiden pun, pada setiap bulan Ramadhan, dia selalu menggelar shalat tarawih di Istana Wakil Presiden.

Akhir hayat

Umar menghembuskan napas terakhir pada Jumat 21 Maret 2003 di Rumah Sakit Pusat TNI-AD Gatot Subroto, Jakarta Pusat karena sakit jantung.

Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Nasional
Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Nasional
TPN Ganjar-Mahfud Sebut 'Amicus Curiae' Bukan untuk Intervensi MK

TPN Ganjar-Mahfud Sebut "Amicus Curiae" Bukan untuk Intervensi MK

Nasional
Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Nasional
Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Nasional
Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Nasional
Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Nasional
Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Nasional
Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Nasional
Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com