Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meneladan Kesederhanaan Buya Syafii Maarif, Hobi Bersepeda dan Naik KRL

Kompas.com - 27/05/2022, 11:40 WIB
Ardito Ramadhan,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sederhana. Barangkali kata itulah yang muncul di benak publik saat mendengar nama Ahmad Syafii Maarif, mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah yang berpulang pada Jumat (27/5/2022) hari ini.

Potret kesederhanaan Buya Syafii, begitu ia akrab disapa, terlihat ketika fotonya sedang menunggu kereta di Stasiun Tebet, Jakarta Selatan. Foto itu viral di media sosial pada medio Agustus 2018.

Dalam foto tersebut, Buya Syafii tampak sedang duduk menunggu kereta di Stasiun Tebet bersama keponakannya, Asmul Khairi.

Baca juga: Mengenang Kedekatan Buya Syafii dan Jokowi, Sang Guru Bangsa yang Didengar Presiden

Pria yang saat itu menjabat sebagai anggota Dewan Pengarah Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) itu mengenakan batik berwarna coklat dipadukan dengan celana bahan berwarna hitam. Di tangan kirinya terselip sebuah tongkat untuk membantunya saat berjalan.

Direktur Eksekutif Maarif Institute Muhammad Abdullah Darraz mengatakan, foto itu diambil ketika Buya Syafii hendak menuju Istana Kepresidenan Bogor untuk menghadiri acara program Penguatan Pendidikan Pancasila yang digelar oleh UKP-PIP di halaman Istana Presiden, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (12/8/2017).

Baca juga: Memori Saat Penyerang Gereja Menyesal di Hadapan Buya Syafii Maarif...

Acara tersebut dihadiri oleh Presiden Joko Widodo, Ketua Dewan UKP-PIP Megawati Soekarnoputri, Mahfud MD, dan mantan Wakil Presiden Try Sutrisno.

"Buya sehari sebelumnya sudah menghubungi bahwa bahwa dia sedang ada di Jakarta. Besoknya mau menghadiri acara Peluncuran Program Penguatan Pendidikan Pancasila di Istana Bogor," ujar Darraz kepada Kompas.com, 15 Agustus 2017.

"Selepas subuh beliau berangkat meninggalkan penginapannya di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, menuju stasiun KRL Tebet,” imbuh Darraz.

Darraz bercerita, ia sudah menawarkan agar Buya Syafii diantar oleh sopir Maarif Istitute, tetapi Buya Syafii menolak dan memilih naik kereta ke Bogor agar tidak merepotkan orang lain.

Baca juga: Profil Buya Syafii Maarif: Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Pejuang Pendidikan

"Buya selalu merasa tidak enak dan tidak mau merepotkan teman-teman MI (Maarif Institute), terutama supir MI, karena hari Sabtu adalah hari libur. Padahal di MI ada sistem lembur dan sopir MI disiap-sediakan untuk mengantar-jemput Buya kapan pun," kata Darraz.

Buya Syafii Maarif saat tiba dirumahnya usai berpergian dengan menggunakan sepeda, Senin (06/05/2019)KOMPAS.com / WIJAYA KUSUMA Buya Syafii Maarif saat tiba dirumahnya usai berpergian dengan menggunakan sepeda, Senin (06/05/2019)

Kesederhanaan Buya Syafii juga terekam saat ia tertangkap kamera tengah mengayuh sepeda di sebuah jalanan kompleks perumahan.

Kolega Buya Syafii, Erik Tauvani, pernah berkata bahwa Buya Syafii memang terbiasa menggunakan sepeda ke pasar untuk belanja kebutuhan sehari-hari, membeli obat, membayar listrik, hingga pergi ke bank.

"Buya naik sepeda itu biasa, orang yang melihat sekali kan heran, padahal itu keseharian Buya, bagian dari olahraga. Itu bukan pencitraan dan bukan sesuatu yang besar, karena bagi Buya itu kesehariannya," kata Erik, 31 Mei 2020.

Baca juga: Kilas Balik Maarif Institute, Buya Sempat Menolak dan Merasa Namanya Tak Pantas Diabadikan

Erik mengatakan, Buya Syafii juga tidak mau diistimewakan. Contohnya, ia selalu menolak jika diminta tidak usah mengantre saat berobat di rumah sakit, mengurus paspor, ataupun ketika berada di bank.

"Intinya Buya merasa semua sama, semua orang punya hak yang sama. Kultur egaliternya itu sangat kuat sehingga kalau mengantre Buya, mengantre sesuai dengan nomor, tidak mau melewati," kata Erik.

Buya Syafii juga pernah menolak niat Rumah Sakit Pusat Kesejahteraan Umat (PKU) Muhammadiyah yang hendak menggratiskan biaya pengobatan istrinya, padahal Buya Syafii pernah menjadi orang nomor satu di Muhammadiyah.

Baca juga: Mengenang Syafii Maarif, Tak Pernah Rayakan Ultah dan Rajin Mentraktir

"RS PKU tidak mau menerima uang (Buya), tapi akhirnya beberapa waktu kemudian istrinya dengan Buya menyumbangkan sekian untuk pembangunan di PKU," kata Erik.

Darraz menambahkan, Buya Syafii bahkan pernah menolak saat seseorang ingin membantu membawakan tasnya.

Di Yogyakarta, Buya Syafii juga tidak segan memenuhi pemrintaan murid-muridnya untuk makan bersama di angkringan.

Tak heran, pria kelahiran 31 Mei 1935 itu dikenang sebagai sosok yang sederhana di mata warga Muhammadiyah.

Baca juga: Jenazah Buya Syafii Maarif Dishalatkan di Masjid Gedhe Kauman dan Dimakamkan di Pemakaman Husnul Khotimah

"Kesederhanaan, kesahajaan, dan sikap untuk tidak mau bergantung pada orang lain serta kemerdekaan jiwa manusia sepuh ini menjadi satu bentuk keteladanan yang harus ditiru, setidaknya bagi kami anak-anak ideologisnya," tutur Darraz.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

MK Bakal Unggah Dokumen 'Amicus Curiae' agar Bisa Diakses Publik

MK Bakal Unggah Dokumen "Amicus Curiae" agar Bisa Diakses Publik

Nasional
PSI Punya 180 Anggota DPRD, Kaesang: Modal Baik untuk Pilkada

PSI Punya 180 Anggota DPRD, Kaesang: Modal Baik untuk Pilkada

Nasional
Polri Sebut 8 Teroris yang Ditangkap di Sulteng Pernah Latihan Paramiliter di Poso

Polri Sebut 8 Teroris yang Ditangkap di Sulteng Pernah Latihan Paramiliter di Poso

Nasional
MK Kirim Surat Panggilan untuk Hadiri Pembacaan Putusan Sengketa Pilpres 2024

MK Kirim Surat Panggilan untuk Hadiri Pembacaan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Putusan MK Soal Sengketa Pilpres 2024 Dinilai Bakal Tunjukan Apakah Indonesia Masih Negara Hukum

Putusan MK Soal Sengketa Pilpres 2024 Dinilai Bakal Tunjukan Apakah Indonesia Masih Negara Hukum

Nasional
Daftar Aset Mewah Harvey Moeis yang Disita Kejagung dalam Kasus Dugaan Korupsi Timah

Daftar Aset Mewah Harvey Moeis yang Disita Kejagung dalam Kasus Dugaan Korupsi Timah

Nasional
Hanya Pihak Berkepentingan yang Boleh Hadir di Sidang Putusan Sengketa Pilpres

Hanya Pihak Berkepentingan yang Boleh Hadir di Sidang Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
Soal Maju Kembali di Pilkada Jateng, Sudirman Said: Kan Sudah Pernah

Soal Maju Kembali di Pilkada Jateng, Sudirman Said: Kan Sudah Pernah

Nasional
FPI, PA 212, dan GNPF Ulama Dukung Hakim MK Bikin Putusan yang Seadil-adilnya

FPI, PA 212, dan GNPF Ulama Dukung Hakim MK Bikin Putusan yang Seadil-adilnya

Nasional
Bantah Putusan Bocor, MK: Rapat Hakim Masih sampai Minggu

Bantah Putusan Bocor, MK: Rapat Hakim Masih sampai Minggu

Nasional
Jaga Independensi, MK Sembunyikan Karangan Bunga yang Sindir Sengketa Pilpres 2024

Jaga Independensi, MK Sembunyikan Karangan Bunga yang Sindir Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Busyro Muqqodas Harap Putusan MK Soal Sengketa Pilpres Berpihak pada Etika Kenegaraan

Busyro Muqqodas Harap Putusan MK Soal Sengketa Pilpres Berpihak pada Etika Kenegaraan

Nasional
Kemenlu: Indonesia Sesalkan DK PBB Gagal Sahkan Resolusi Keanggotaan Penuh Palestina

Kemenlu: Indonesia Sesalkan DK PBB Gagal Sahkan Resolusi Keanggotaan Penuh Palestina

Nasional
Yusril Prediksi MK Tak Diskualifikasi Gibran

Yusril Prediksi MK Tak Diskualifikasi Gibran

Nasional
Soal Besaran Tunjangan ASN yang Pindah ke IKN, Pemerintah Tunggu Jokowi

Soal Besaran Tunjangan ASN yang Pindah ke IKN, Pemerintah Tunggu Jokowi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com