Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Irwan Suhanda
Editor dan Penulis

Editor dan Penulis

Stop Penganiayaan Anak

Kompas.com - 27/05/2022, 07:50 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TERSIAR berita baru-baru ini tentang anak usia 5 tahun meninggal dianiaya oleh ayah kandung (32), ibu tiri (27), dan nenek tiri (66) di Gorontalo, sangat mengenaskan.

Menurut pengakuan, mereka kesal karena anak itu bandel dan tak mau makan. Akibatnya, anak itu sering mendapat berbagai penganiayaan.

Penganiayaan itu berakibat terjadinya penggumpalan darah di kepalanya hingga akhirnya meninggal.

Berita penganiayaan terhadap anak kerap terjadi. Ini sangat memprihatinkan. Bahkan, saya pernah mendapat kiriman video via WhatsApp seorang balita sekitar 2 tahun dianiaya pengasuhnya. Pasalnya enggak mau makan, lantas mulutnya dijejali tisu, lalu dipukul.

Secara hierarki anak-anak memang di bawah kuasa orang dewasa. Mulai dari postur tubuh, pengetahuan, pengalaman, kekuasaan, dan keuangan.

Tetapi bukan berarti dapat bersikap sewenang-wenang apalagi menganiaya semaunya, termasuk oleh keluarganya sendiri.

Melansir Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada 24 Januari 2022, sepanjang tahun 2022 korban aduan kekerasan fisik sebanyak 2.982 kasus.

Rinciannya korban kekerasan fisik 1.138 kasus, korban kejahatan seksual 859 kasus, korban pornografi 345 kasus, korban penelantaran 175 kasus, korban eksploitasi 147 kasus, dan yang berhadapan dengan hukum 126 kasus.

Masih menurut KPAI, pelaku kekerasan fisik dan psikis umumnya orang yang sudah dikenal, yaitu teman, tetangga, guru, saudara, bahkan orangtua sendiri.

Terjadinya kekerasan pada anak tersebut dipicu beragam faktor, yaitu pengaruh negatif teknologi-informasi, lingkungan sosial budaya, lemahnya kualitas pengasuhan, kemiskinan keluarga, tingginya pengangguran, hingga tempat tinggal yang tidak ramah lingkungan.

Pengasuhan orangtua

Orangtua adalah manusia biasa yang tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Logikanya, faktor karakter bawaan orangtua ikut memengaruhi dalam praktik pengasuhan anak.

Orangtua yang penyabar dan yang emosional tentu berlainan ketika menghadapi anak yang rewel, susah makan, dan tak mau mandi.

Padahal mengasuh anak, terlebih usia 5 tahun ke bawah, orangtua harus seperti anak-anak, benar-benar memahami kedalaman jiwa anak-anak seusia tersebut.

Daya nalar anak masih sebatas usianya, tak dapat disamakan dengan usia 30-an. Tidak dapat marah-marah seperti kepada orang dewasa. Karena itu, perlakuannya pun perlu hati yang bijaksana dalam pola pengasuhannya.

Memang selama ini banyak orangtua dalam pengasuhan anak dilakukan secara alami saja.

Misalnya, memberi makan, memandikan, mengantar sekolah, mengajak bermain, singkatnya membesarkan.

Orangtua selayaknya memang mendapat bekal pola pengasuhan anak secara benar. Dengan memahami tumbuh kembang anak maka akan mencegah perlakuan yang salah pada anak.

Dengan bekal tersebut setidaknya dapat meredam emosi orangtua kala menghadapi anaknya ketika rewel atau bikin kesal.

Banyak orangtua yang menanamkan disiplin pada anak dengan caranya masing-masing. Sebagian ada yang benar, sebagian lagi keliru.

Banyak orangtua menanamkan disiplin pada anak harus sesuai dengan kemauan dan kehendak orangtua. Apabila menolak atau melawan akan diberi hukuman.

Sebenarnya memberi hukuman dengan pukulan tongkat akan melemahkan jiwa anak. Hukuman disiplin yang menimbulkan kesakitan secara fisik dan psikis tergolong pendekatan negatif.

Contohnya pukulan, ancaman, bentakan, ejekan yang sifatnya merendahkan. Sekalipun hal itu ditujukan kepada anak-anak yang masih kecil, hal ini secara tidak langsung telah merendahkan dan meremehkan harga diri anak.

Menanamkan kedisiplinan pada anak idealnya dengan menunjukkan kerja sama. Teknik kasih sayang adalah yang paling tepat, yaitu meyakinkan tanpa tekanan kekuasaan, memberi pujian, dan intens memberi tahu antara yang boleh dan yang tidak boleh dengan sabar.

Dalam buku 77 Permasalahan Anak dan Cara Mengatasinya (Ana Widyastuti, 2019) dituliskan bahwa tugas keluarga secara psikologis pada anak, yaitu memberi rasa aman, memenuhi kebutuhan fisik dan psikis, sumber kasih sayang/penerimaan, memberi model perilaku yang tepat, pemberi bimbingan dan pengembangan, menjadikan anak sebagai sahabat/teman.

Child Abuse

Ana Widyastuti (2019: 478) menjelaskan child abuse adalah perlakuan yang salah dan penelantaran terhadap anak yang mencakup penganiayaan fisik dan mental, penganiayaan seksual, dan penelantaran terhadap pengasuhan anak oleh orangtuanya yang seharusnya bertanggung jawab terhadap kesejahteraan anak.

Perilaku salah terhadap anak dalam child abuse, yaitu penganiayaan fisik berupa memukul, mencambuk, mencubit, menyilet, menampar, mendorong, menendang, menyundut dengan rokok, menyiram dengan air panas, dsb.

Seluruh hukuman fisik (corporal/punishment) ini tidak sesuai dengan umur anak, apalagi terhadap anak usia 5 tahun.

Hukuman yang menyebabkan nyeri/kesakitan yang menyebabkan cedera fisik merupakan perilaku kejam yang sudah masuk ranah pidana kekerasan (KDRT) terhadap anak.

Verbal Abuse

Ana Widyastuti (2019: 483) menuliskan bahwa perlakuan salah terhadap anak yang tidak dipikir panjang akibatnya adalah verbal abuse, mental abuse, dan psychological maltreatment.

Misalnya, kecaman berupa kata-kata yang merendahkan anak, membanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain yang lebih hebat, sering menuduh anak begitu saja, tidak pernah memberi ganjaran positif, tidak pernah mengatakan sayang, tidak pernah memeluk anak, suka memanggil anak dengan sebutan yang merendahkan, atau tidak mengakui sebagai anak.

Perlakuan verbal abuse ini dapat berujung pada penganiayaan lain. Kekerasan emosional ini dalam jangka panjang dapat berpengaruh buruk terhadap perkembangan mental anak.

Misalnya, anak merasa kehadirannya tidak diinginkan di sekitar mereka. Anak akan merasa rendah diri dan tak berguna.

Anak akan menjadi liar dan susah diatur kelak. Hal ini seperti yang diuraikan di atas, gagal dalam pola pengasuhan.

Gagal melindungi dan tidak memberi perhatian sebagaimana mestinya. Inilah akibat child abuse yang merusak psikologis anak.

Karena itu, stop penganiayaan fisik dan psikis terhadap anak-anak demi masa depannya!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Ada Tim Transisi pada Pergantian Pemerintahan dari Jokowi ke Prabowo

Tak Ada Tim Transisi pada Pergantian Pemerintahan dari Jokowi ke Prabowo

Nasional
Tok! Kasasi KPK Kabul, Eltinus Omaleng Dihukum 2 Tahun Penjara

Tok! Kasasi KPK Kabul, Eltinus Omaleng Dihukum 2 Tahun Penjara

Nasional
Penetapan Prabowo di KPU: Mesra dengan Anies hingga Malu-malu Titiek Jadi Ibu Negara

Penetapan Prabowo di KPU: Mesra dengan Anies hingga Malu-malu Titiek Jadi Ibu Negara

Nasional
Gibran Bertemu Ma'ruf Amin, Saat Wapres Termuda Sowan ke yang Paling Tua

Gibran Bertemu Ma'ruf Amin, Saat Wapres Termuda Sowan ke yang Paling Tua

Nasional
Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

Nasional
Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

Nasional
Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

Nasional
Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Nasional
2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

Nasional
Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

Nasional
Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Nasional
Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com