Jokowi adalah “endorse” politik yang valuable dan strategis. Oleh karena itu, pernyataan Jokowi saat membuka Rakernas V Projo di Magelang, Jawa Tengah, 21 Mei 2022 lalu begitu banyak menimbulkan “pemahaman ganda” mengenai makna “ojo kesusu”.
Padahal jika memahami konteks dan kebiasaan pernyataan Jokowi yang kerap “multi tafsir” pemaknaan istilah “ojo kesusu” bisa diartikan lain.
“Ojo kesusu” adalah ajakan Jokowi kepada para pendukungnya untuk tidak terburu-buru menentukan atau mendukung calaon-calon presiden yang sudah mulai muncul.
Jokowi meminta para pendukungnya untuk sabar dan mencermati perkembangan politik yang terjadi.
Hanya saja saat Jokowi menghadiri acara Projo tersebut, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo ada di lokasi dan namanya ikut disentil Jokowi.
Jokowi malah menyebut sosok yang akan kita dukung pun berada di acara tersebut. Hal inilah yang oleh publik diartikan sebagai dukungan Jokowi terhadap Ganjar Pranowo.
Makna politik simbolik kerap dimaknai dengan beragam tafsir. Pernah pula Jokowi dianggap memberikan dukungan kepada Gubernur Khofifah Indar Parawansa sebagai capres mendatang berdasarkan kerapnya frekuensi kunjungan Presiden ke Jawa Timur.
Ada pula publik yang menilai Jokowi merestui Gubernur DKI Anies Baswedan untuk menjadi presiden mendatang. Itulah politik simbol yang kerap “meninabobokkan” publik atau cenayang politik sekalipun.
Sebagai kader dan “petugas partai” dari PDI Perjuangan, Jokowi sadar betul akan posisinya yang sudah hampir di persimpangan jalan.
Mengakhiri jabatan RI-1 dengan jejak kepemimpinan yang baik serta legacy yang akan dikenang sepanjang masa.
Jokowi pasti tidak akan lalai dengan “jas merah” atau jangan sekali-kali melupakan sejarah. Rekomendasi partai yang diberikan kepadanya sejak maju di wali kota, presiden hingga presiden tidak terlepas dari peran partai.
Tentu Jokowi harus sabar dan menunggu sikap resmi partainya dalam hal ini PDI Perjuangan untuk mengeluarkan rekomendasi siapa calon presiden dan calon wakil presiden yang akan diusung resmi. Jokowi tidak boleh “kesusu” atau terburu-buru.
Sanak kerabat Jokowi adalah calon-calon pemimpin politik masa depan. Ada Gibran Rakabuming yang menjadi Wali Kota Surakarta dan ada menantu Bobby Nasution yang menjabat Wali Kota Medan.
Kebetulan keduanya diusung oleh PDI Perjuangan dan keduanya juga telah resmi bergabung menjadi kader partai berlogo banteng itu.
Setiap pernyataan Jokowi dan setiap gesture Jokowi sarat dengan artikulasi politik yang bisa diterjemahkan bebas oleh publik.