"Agak susah untuk melepaskan NU sepenuhnya dalam politik praktis. DNA elite-elite NU itu ya politik. Salah satu DNA NU memang politik," kata Arya saat dihubungi Kompas.com, Selasa (24/5/2022).
Menurut Arya, karena NU pernah menjadi partai politik dan pernah menjadi salah satu kekuatan penting politk di Indonesia pada masa lalu, maka tidak mengherankan suara mereka banyak diincar oleh para elite.
Baca juga: Elite Ramai-ramai Temui Tokoh NU, Pengamat: Suara Nahdliyin “Seksi”
Selain itu, lanjut Arya, para kader NU juga tersebar menjadi pengurus sejumlah partai politik, di samping elite-elite dan ulama NU yang condong mendukung PKB.
"Jadi melepaskan sepenuhnya kegiatan politik hampir mustahil. Enggak mudah melepaskan aktivitas politiknya," ucap Arya.
Selain itu, pemerintah juga mengakomodasi aspirasi NU, terutama kelompok pesantren dan Nahdliyin. Salah satu contohnya dengan mengesahkan Undang-Undang Nomor 18 tahun 2019 tentang Pesantren.
Menurut Arya, jika Gus Yahya hendak membuat aturan tegas untuk benar-benar menjauhkan NU dari politik praktis, maka dia harus berani mencopot para pengurus-pengurus NU yang aktif di partai politik.
"Apakah Gus Yahya berani melakukan itu? Saya pikir tidak karena banyak pengurus PBNU yang juga menjadi pengurus partai politik. Saya pikir beliau bersifat imbauan saja," ujar Arya.
(Penulis : Achmad Nasrudin Yahya | Editor : Dani Prabowo)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.