Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompasianer Yon Bayu

Blogger Kompasiana bernama Yon Bayu adalah seorang yang berprofesi sebagai Penulis. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

"Ojo Kesusu" dan Jokowi yang Terburu-buru

Kompas.com - 24/05/2022, 05:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Jika memaknainya dari sisi ini, maka kita justru menganggap Presiden Jokowi yang “terburu-buru”.

Ungkapan Jokowi akan memaksa pihak-pihak yang berkepentingan untuk segera merapat dan naik ke dalam perahu besar yang masih ditambat.

Pernyataan Jokowi juga kian memanaskan rivalitas di tubuh PDI-P. Seperti kita tahu, saat ini mengerucut kepada dua nama, yakni Ketua DPR Puan Maharani dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Secara matematis, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang memiliki hak prerogatif untuk memutuskan capres yang akan diusung, cenderung memilih Puan, putrinya.

Bahkan kader-kader PDI-P seperti Ketua DPD PDI-P Jawa Tengah Bambang “Pacul” Wuryanto sudah terang-terangan menyebut hal itu. Puan akan dicalonkan baik untuk posisi capres maupun cawapres.

Pacul juga mengkritik Ganjar dengan mengatakan elektabilitasnya didukung tim media sosial. Pernyataan ini untuk menanggapi tingginya elektabilitas Ganjar dalam berbagai survei, sementara Puan tidak pernah masuk 5 besar.

Tidak terhitung lagi serangan yang dilontar Puan kepada Ganjar, meskipun tidak secara eksplisit menyebut nama.

Salah satunya ketika mengatakan ada kepala daerah dari PDI-P yang tidak mau menyambut kunjungannya.

Rivalitas Puan dan Ganjar menjadikan posisi Jokowi sangat strategis. Boleh jadi dukungan Jokowi akan menjadi salah satu penentu hasil Pipres 2024, namun tidak dalam konteks penentuan capres yang akan diusung PDI-P.

Megawati sudah berkali-kali membuktikan kedigdayaannya dalam menggunakan hak prerogatif. Tidak pernah terpengaruh oleh desakan dan ancaman kader.

Dalam bahasa satire, bagi Megawati lebih baik jagoannya kalah daripada harus menggadaikan hak prerogatifnya.

Megawati sudah kenyang ditinggal kader yang tidak sependapat dalam menentukan calon kepala daerah.

Sudah banyak tokoh-tokoh terkenal lompat dari kandang banteng moncong putih. Fakta menunjukan, mereka yang keluar tidak lagi bersinar.

Rustriningsih adalah salah satu contoh. Ketika menanggalkan jaket merah hitam karena gagal mendapat perahu PDI-P dalam pemilihan gubernur Jawa Tengah 2013, pamornya langsung nyungsep.

Padahal sebelumnya, nama Rustriningsih di Jawa Tengah begitu melegenda setelah sukses menjadi bupati Kebumen dua periode dan wakil gubernur Jawa Tengah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

Nasional
Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Nasional
Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com