Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Selamat Jalan Pengabar Wabah, Penuntas H2C (Harap-harap Cemas)

Kompas.com - 22/05/2022, 13:46 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Saudara-saudara, dapat saya kabarkan hari ini terdapat penambahan jumlah kasus Covid-19 yang signifikan ada sekian kasus baru. Hal ini menunjukan masih ada penularan di masyarakat kita. Masih ada sumber penyakitnya dan masih ada kontak dekat yang terjadi. Total kasus menjadi sekian. Ada sekian pasien yang dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang sehingga total sembuh sekian. Ada sekian kematian yang terjadi dalam sehari kemarin sehingga total kematian karena corona menjadi sekian. Posisi sekarang ada sekian kasus positif, sekian yang sembuh dan sekian yang meninggal.

Saya ingatkan saudara, mari sama-sama menjaga jarak. Jaga jarak lebih dari dua meter. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Kemudian produktif di rumah, kerja dari rumah dan belajar dari rumah dan beribadah di rumah. Mudah-mudahan dengan kerja keras dari pemerintah, sinergi dengan masyarakat dan bersama siapapun bisa menanggulangi penyebaran penyakit Covid-19. Kami yakin, optimis kita mampu”.

Kalimat rancak, tegas, gamblang serta mengabarkan optimisme hidup agar tidak mudah menyerah seperti saya nukilkan di atas begitu sering kita dengar selama 140 hari terhitung sejak 3 Maret 2020 di layar kaca.

Pernyataan resmi pemerintah yang disampaikannya, begitu ditunggu masyarakat dengan sikap H2C alias “harap-harap cemas”.

Sebagai Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, pernyataannya tidak saja dinanti para wartawan, tetapi juga khalayak umum yang ingin mengetahui warta terkini tentang wabah Covid-19.

Berpenampilan tenang, mahal senyum tetapi khas dengan baju batik yang dipadupadankan dengan masker yang berwarna senada, Achmad Yurianto yang didapuk menjadi juru bicara begitu “berhasil” mengkomunikasikan setiap perkembangan wabah yang terjadi saban harinya.

Perkembangan wabah yang disampaikan begitu mudah dicerna, membuat kita waspada dengan pagebluk.

Ada yang membuat sosok penyampaian dan penampilan Achmad Yurianto begitu melegenda.

Saya mencatat dan mengingat; “oleh karena itu, pakai batik, penyebaran masih terjadi, tidak panik, tetap di rumah, pakai masker, gotong royong, kita putus rantai virus ini, baju dan makser selalu serasi, cuci tangan, jaga jarak, jangan mudik, sudah barang tentu, naikkan imunitas dengan makanan bergizi, Indonesia pasti bisa serta kita harus patuh” adalah ciri khas kalimat-kalimat yang selalu diucapkan dan penampilan dari seorang Achmad Yurianto.

Improvisasi kalimat yang diucapkan Achmad Yurianto terkesan mengulang, namun menjadi pakem yang selalu diingat publik.

Ibaratnya data terbaru perkembangan Corona yang akan disampaikan butuh durasi 1 menit, tetapi bagi Achmad Yurianto mampu “memanjangkan” narasi briefing hingga 10 menit.

Begitu tidak lagi menjadi juru bicara resmi Satuan Tugas Penanganan Covid-19, publik begitu kehilangan sekaligus menonton dengan hambar tayangan pengumuman resmi pemerintah soal wabah.

Berita-berita yang disampaikan para juru bicara setelah Achmad Yurianto begitu “garing” dan tidak lagi memiliki “greget”.

Publik menganggap penyampaian perkembangan Covid-19 laksana pengumuman berita kematian saja. Tanpa ada ikon lagi yang muncul.

Kiwari, Sabtu 21 Mei 2022 kabar “lelayu” datang dari Malang, Jawa Timur. Achmad Yurianto wafat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Syaiful Anwar karena sakit yang dideritanya sejak lama.

Ketua Dewan Pengawas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) itu sebelumnya sempat dirawat dan menjalani kemoterapi di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta.

Sutopo Purwo Nugroho sewaktu menjabat Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).CHRISTOFORUS RISTIANTO/KOMPAS.com Sutopo Purwo Nugroho sewaktu menjabat Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Kehilangan sosok Achmad Yurianto yang berhasil menjadi komunikator perkembangan wabah identik dengan saat berpulangnya Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho di Guanzhou, China (7/7/2019) silam.

Jika Achmad Yurianto begitu “pas” menyampaikan update wabah Covid-19, Sutopo Purwo Nugroho juga begitu “brilian” menjelaskan masalah kebencanaan dengan bahasa yang mudah dimengerti.

Ke dua sosok ini pantas ditabalkan sebagai public relations officer tingkat “dewa”.

Bukan lagi sekelas juru bicara “unyu-unyu”, tetapi berhasil mentransformasikan image dan spirit institusi ke dalam benak audience.

Pembicara yang baik adalah ketika taklimat yang disampaikan berhasil diterima publik, dicerna dan berhasil mengubah mindset pendengarnya. Dan Achmad Yurianto serta Purwo Sutopo Nugroho berhasil dengan hal tersebut.

Standar Kompetensi Profesi Public Relations

Di era seperti sekarang ini, dinamika yang terjadi di publik begitu besar dan semakin berkembang.

Belum lagi tuntutan, keinginan dan harapan masyarakat terhadap pemenuhan kebutuhan informasi semakin kritis dan cepat.

Demikian juga setiap perubahan yang terjadi di masyarakat begitu cepat, dan hal ini juga ditunjang oleh perkembangan teknologi komunikasi yang semakin mutakhir.

Terlebih lagi setelah munculnya internet dan fenomena menjamurnya media online dan penetrasi media sosial.

Secara konsepsi, public relations adalah salah satu sub bidang ilmu komunikasi. Sedangkan secara praktis komunikasi adalah penyangga utama kegiatan public relations.

Konsep lainnya dari public relations adalah sebagai “jembatan” antara institusi dengan publiknya, terutama tercapainya kesepahaman timbal balik antara institusi dengan publiknya.

Fungsi hubungan masyarakat dalam arti sempit atau public relations dalam arti luas akan sangat terasa ketika institusi berupaya mengembangkan usaha dan menghindari situasi yang kurang kondusif dengan lingkungan.

Dalam hal ini, Achmad Yurianto dan Purwo Sutopo Nugroho berhasil “membumikan” pesan-pesan yang secara naratif berbobot kampanye atau instruksional, namun diterima masyarakat sebagai sesuatu ajakan dan pola sikap yang harus dijalankan.

Keberhasilan Achmad Yurianto dan Purwo Sutopo Nugroho sebagai komunikator yang mumpuni di saat krisis dan kegentingan situasi nasional, semakin menguatkan akan paradigma kesuksesan penyampaian pesan lebih ditekankan kepada penguatan dasar-dasar komunikasi ketimbang penampilan dan paras wajah.

Harus diakui, di beberapa institusi bahkan di lingkungan lembaga dan kementerian malah menonjolkan pertimbangan keelokkan rupa dalam memilih juru bicara atau humas ketimbang kemampuan yang mumpuni di bidang komunikasi.

Cantik atau ganteng memang tidak salah, yang tidak tepat adalah tidak memberikan kesempatan kepada juru bicara atau humas yang begitu menguasai bidangnya.

Padahal untuk menjadi juru bicara atau humas serta public relations dalam arti luas, dibutuhkan kemampuan berkomunikasi (ability to communicate).

Tidak hanya dalam bentuk tulisan, seorang juru bicara juga harus piawai berkomunikasi dalam bentuk lisan.

Pekerja media yang ingin mengetahui perkembangan terkini dari Gugus Tugas Penanggulangan Covid-19, begitu mudah mencerna penyampaian lisan dan tulisan dari Achmad Yurianto/

Demikian juga mendapat keterangan dari Purwo Sutopo begitu mudah dipahami.

Tidak hanya itu, Achmad Yurianto maupun Purwo Sutopo juga memiliki ability to organize yang bisa mengantisipasi masalah di dalam maupun di luar institusi.

Mereka berdua bisa mengorganisasi kegiatan kehumasan dengan baik di Gugus Tugas Penanggulangan Covid maupun BNPB.

Semua wartawan yang pernah mengenal dan berinteraksi dengan Achmad Yurianto dan Purwo Sutopo pasti mengakui bahwa relasi dengannya sangat mudah terjalin.

Wartawan bisa mudah menghubungi kapan saja tanpa kesan jaim atau jaga image, mendapatkan sisik melik peristiwa atau berita dan menjadikan relasi antara humas dan pekerja media tidak semata “pekerjaan” saja tetapi membias hingga ke persahabatan.

Inilah yang di dalam public relations dianggap sebagai ability on get the with people atau kemampuan bergaul dan membina relasi.

Kemampuan Achmad Yurianto dan Purwo Sutopo yang bisa “berpanjang-panjang” menyampaikan media briefing hanya bisa dimiliki oleh seorang humas yang kaya dengan ide dan kreatif atau kaya dengan imajinasi.

Berbeda dengan style Menteri Sekretaris Negara Moerdiono atau Menteri Penerangan Harmoko di era Presiden Soeharto, taklimat yang diucapkan Achmad Yurianto dan Purwo Sutopo begitu lancar “mengalir” tanpa jeda.

Belum lagi, baik Achmad Yurianto dan Purwo Sutopo begitu dikenal memiliki kepribadian yang utuh dan jujur atau personality integrity yang baik sehingga mereka yang mengenalnya ataupun yang hanya berkesempatan melihatnya di layar kaca akan merasa kehilangan dengan sosok yang mumpuni ini.

Kesan baik tidak akan hilang dan selamanya akan dikenang dengan baik pula.

Kepergian Achmad Yurianto di jelang pandemi menjadi endemi mengingatkan kita semua akan jasa-jasanya yang luar biasa.

Imun kita menjadi terjaga karena kita bisa mencerna dengan baik anjuran dan perkembangan kejadian yang disampaikan.

Kita begitu kehilangan dengan sosok yang kita rindukan, pengabar wabah tanpa menakutkan. Penghilang rasa H2C atau Harap-Harap Cemas menjadi optimis untuk melawan wabah.

Pak Yuri – demikian nama panggilan yang disematkan untuk Achmad Yurianto – selamat jalan. Kami semua hanya bisa berdoa dan menyampaikan rasa terima kasih yang tidak terhingga atas jasa Pak Yuri selama ini. Sampaikan salam rindu kami pula untuk Pak Purwo Sutopo.

Baik Pak Yuri dan Pak Purwo telah meninggalkan “legacy” bagi pengembangan public relations serta ilmu komunikasi dalam arti luas di tanah air.

Menjadi humas atau juru bicara yang berhasil ibaratnya meninggalkan nilai-nilai kebaikan yang terus dituai sampai kapanpun.

Menjadi terkenal bukan tujuan dari seorang juru bicara tetapi keberhasilan menyampaikan pesan-pesan kebaikan di masyarakat.

"Penting untuk memastikan bahwa kita berbicara satu sama lain dengan cara yang menyembuhkan, bukan dengan cara yang melukai." - Barack Obama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPK Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Sebagai Tersangka Hari Ini

KPK Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Sebagai Tersangka Hari Ini

Nasional
Daftar 33 Pengajuan Amicus Curiae Sengketa Pilpres 2024 di MK

Daftar 33 Pengajuan Amicus Curiae Sengketa Pilpres 2024 di MK

Nasional
Apa Gunanya 'Perang Amicus Curiae' di MK?

Apa Gunanya "Perang Amicus Curiae" di MK?

Nasional
Dampak Erupsi Gunung Ruang: Bandara Ditutup, Jaringan Komunikasi Lumpuh

Dampak Erupsi Gunung Ruang: Bandara Ditutup, Jaringan Komunikasi Lumpuh

Nasional
Megawati Lebih Pilih Rekonsiliasi dengan Jokowi atau Prabowo? Ini Kata PDI-P

Megawati Lebih Pilih Rekonsiliasi dengan Jokowi atau Prabowo? Ini Kata PDI-P

Nasional
Yusril Sebut Kekalahan Prabowo di Aceh Mentahkan Dugaan 'Cawe-cawe' Pj Kepala Daerah

Yusril Sebut Kekalahan Prabowo di Aceh Mentahkan Dugaan "Cawe-cawe" Pj Kepala Daerah

Nasional
Kejagung Kembali Sita Mobil Milik Harvey Moeis, Kini Lexus dan Vellfire

Kejagung Kembali Sita Mobil Milik Harvey Moeis, Kini Lexus dan Vellfire

Nasional
Yusril Harap 'Amicus Curiae' Megawati Tak Dianggap Tekanan Politik ke MK

Yusril Harap "Amicus Curiae" Megawati Tak Dianggap Tekanan Politik ke MK

Nasional
Soal Peluang Rekonsiliasi, PDI-P: Kami Belum Bisa Menerima Perlakuan Pak Jokowi dan Keluarga

Soal Peluang Rekonsiliasi, PDI-P: Kami Belum Bisa Menerima Perlakuan Pak Jokowi dan Keluarga

Nasional
IKN Teken Kerja Sama Pembangunan Kota dengan Kota Brasilia

IKN Teken Kerja Sama Pembangunan Kota dengan Kota Brasilia

Nasional
Yusril Sebut 'Amicus Curiae' Megawati Harusnya Tak Pengaruhi Putusan Hakim

Yusril Sebut "Amicus Curiae" Megawati Harusnya Tak Pengaruhi Putusan Hakim

Nasional
ICW Dorong Polda Metro Dalami Indikasi Firli Bahuri Minta Rp 50 M Ke SYL

ICW Dorong Polda Metro Dalami Indikasi Firli Bahuri Minta Rp 50 M Ke SYL

Nasional
Sertijab 4 Jabatan Strategis TNI: Marsda Khairil Lubis Resmi Jabat Pangkogabwilhan II

Sertijab 4 Jabatan Strategis TNI: Marsda Khairil Lubis Resmi Jabat Pangkogabwilhan II

Nasional
Hasto Beri Syarat Pertemuan Jokowi-Megawati, Relawan Joman: Sinisme Politik

Hasto Beri Syarat Pertemuan Jokowi-Megawati, Relawan Joman: Sinisme Politik

Nasional
Menerka Nasib 'Amicus Curiae' di Tangan Hakim MK

Menerka Nasib "Amicus Curiae" di Tangan Hakim MK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com