Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Hanya Megawati yang Bisa "Meredam" Kim Jong Un

Kompas.com - 21/05/2022, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dalam kunjungan Megawati tahun 2006, Puan Maharani ikut diajak serta ke Pyongyang. Setiap kunjungan Megawati ke Pyongyang, sambutan kenegaraannya begitu istimewa walau Megawati tidak menjabat presiden lagi.

Setiap muhibah Megawati ke Pyongyang, kalangan elite Korea Selatan selalu berharap sangat dengan terbukanya kebuntuan reunifikasi.

Saya pernah tiga kali mendampingi Megawati ke Seoul dan Busan, untuk menemui elite-elite politik Korea Selatan di antaranya Mantan Presiden Korea Selatan Kim Dae Jung.

Mereka berharap kepercayaan pemimpin Korea Utara terhadap Megawati bisa bermanfaat untuk membantu proses reunifikasi Korea.

Memahami tipikal Kim Jong Un

Presiden Korea Utara sekarang ini, Kim Jong Un lahir dan hidup selalu dalam lingkungan istana Matahari Kumsumsam, Pyongyang.

Tradisi jabatan presiden di Korea Utara selalu berdasar garis keturunan. Kakek Jong Un adalah Kim Il Sung - Great Leader Korea Utara yang memimpin Korea Utara sejak kemerdekaan Korea Utara tahun 1946 hingga 1994.

Ayah Jong Un, adalah putra Kim Il Sung, yaitu Kim Jong Il. Jong Un naik ke tampuk kekuasaan usai Kim Jong Ill wafat pada tahun 2011.

Dunia luar menggambarkan kepemimpinan Kim Jong Un sangat powerfull bahkan cenderung diktator.

Menurut Lewin, Lippit, dan White, gaya kepemimpinan Jong Un termasuk authoritaryan leadership style, yakni pemimpin selalu mengontrol dan mengawasi setiap tindakan yang dilakukan oleh bawahannya.

Dengan sikap ngeyel-nya, Kim Jong Un juga merupakan sosok pemimpin dengan tipe the technocrat.

Menurut Patricia Pitcher, tipe ini adalah pemimpin yang menjadi otak dari jalannya pemerintahan. Pemimpin the technocrat juga cenderung tegas dan keras kepala kepada bawahannya.

Kim Jong Un adalah pemimpin yang memiliki legitimate power yang sangat besar karena dia adalah pemimpin Korea Utara yang dipilih berdasarkan keturunannya. Posisi jabatan tertinggi di Korea Utara selalu digengam oleh keluarganya.

Kekuatan militer Korea Utara sangat disegani dunia karena diduga memiliki 40 hulu ledak nuklir yang bisa menjangkau antar benua, 905 aneka jenis pesawat, 6.000 tank, 525 beragam kapal tempur serta 1,19 juta tentara aktif serta 600.000 tentara cadangan.

Jelas kekuatan angkatan bersenjata Korea Utara tidak bisa dipandang sebelah mata karena menjadi penentu perdamaian di Semenanjung Korea dan dunia (Kepak Sayap Puan Ditunggu di 38 Derajat Lintang Utara, Kompas.com, 14/08/2021).

Dengan jalinan historis antara Bung Karno dengan Kim Il Sung, antara Megawati dengan Kim Jong Il maka modal kedekatan Megawati dengan Kim Jong Un sangat terbuka lebar.

Tidak ada salahnya pula, Puan Maharani dipersiapkan menjadi mediator Megawati selanjutnya mengingat dari sisi usia antara Kim Jong Un dan Puan Maharani tidak terpaut jauh.

Akses Megawati ke berbagai elite politik Korea Selatan yang baik, semakin memudahkan langkah perdamaian antara kedua Korea.

Kondisi Korea Utara yang tengah susah dilanda pandemi Covid-19 serta pengalaman sukses Indonesia menangani wabah ini, kiranya menjadi “pintu” masuk ke Pyongyang.

Perubahan geopolitik dengan meletusnya perang antara Rusia denga Ukraina serta makin berkurangnya pasokan pangan dan energi, mau tidak mau membuat Korea Utara melakukan reposisi sikap reunifikasi.

Dan ini harus menjadi bekal Megawati dan Indonesia untuk melangkah maju dalam proses reunifikasi Korea.

Jika berhasil menyatukan ke dua Korea, Megawati akan tercatat dalam sejarah sebagai tokoh pemersatu Korea yang meruntuhkan kawat berduri pemisah Korea sepanjang 38 derajat lintang utara.

Tembok Berlin yang memisahkan Jerman Barat dengan Jerman Timur saja baru runtuh usai 28 tahun dibangun.

“Adalah tidak adil mengucilkan suatu negara dari pergaulan antarbangsa. Perdamaian tidak dapat dipisahkan dari kemerdekaan. Kemerdekaan adalah buah dari spirit pembebasan. Spirit yang harus selalu hidup, tidak hanya untuk bangsa sendiri tetapi juga bagi bangsa-bangsa lain”. (Bung Karno)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tentara AS Hilang di Hutan Karawang, Ditemukan Meninggal Dunia

Tentara AS Hilang di Hutan Karawang, Ditemukan Meninggal Dunia

Nasional
Lihat Sikap Megawati, Ketua DPP Prediksi PDI-P Bakal di Luar Pemerintahan Prabowo

Lihat Sikap Megawati, Ketua DPP Prediksi PDI-P Bakal di Luar Pemerintahan Prabowo

Nasional
PDI-P Harap Pilkada 2024 Adil, Tanpa 'Abuse of Power'

PDI-P Harap Pilkada 2024 Adil, Tanpa "Abuse of Power"

Nasional
PKS Belum Tentukan Langkah Politik, Jadi Koalisi atau Oposisi Pemerintahan Prabowo-Gibran

PKS Belum Tentukan Langkah Politik, Jadi Koalisi atau Oposisi Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
KPK Duga Biaya Distribusi APD Saat Covid-19 Terlalu Mahal

KPK Duga Biaya Distribusi APD Saat Covid-19 Terlalu Mahal

Nasional
Anggap Jokowi dan Gibran Masa Lalu, PDI-P: Enggak Perlu Kembalikan KTA

Anggap Jokowi dan Gibran Masa Lalu, PDI-P: Enggak Perlu Kembalikan KTA

Nasional
Naik Kereta Cepat, Ma'ruf Amin Kunjungan Kerja ke Bandung

Naik Kereta Cepat, Ma'ruf Amin Kunjungan Kerja ke Bandung

Nasional
Harga Bawang Merah Melonjak, Mendag Zulhas: Karena Tidak Ada yang Dagang

Harga Bawang Merah Melonjak, Mendag Zulhas: Karena Tidak Ada yang Dagang

Nasional
Dua Tersangka TPPO Berkedok Magang Sembunyi di Jerman, Polri Ajukan Pencabutan Paspor

Dua Tersangka TPPO Berkedok Magang Sembunyi di Jerman, Polri Ajukan Pencabutan Paspor

Nasional
Tak Dukung Anies Maju Pilkada DKI, PKS: Beliau Tokoh Nasional, Jangan Kembali Jadi Tokoh Daerah

Tak Dukung Anies Maju Pilkada DKI, PKS: Beliau Tokoh Nasional, Jangan Kembali Jadi Tokoh Daerah

Nasional
Zulhas Ungkap Arahan Prabowo soal Buka Pintu Koalisi

Zulhas Ungkap Arahan Prabowo soal Buka Pintu Koalisi

Nasional
Menpan-RB Minta Pemprov Kalbar Optimalkan Potensi Daerah untuk Wujudkan Birokrasi Berdampak

Menpan-RB Minta Pemprov Kalbar Optimalkan Potensi Daerah untuk Wujudkan Birokrasi Berdampak

Nasional
Prabowo Mau Kasih Kejutan Jatah Menteri PAN, Zulhas: Silakan Saja, yang Hebat-hebat Banyak

Prabowo Mau Kasih Kejutan Jatah Menteri PAN, Zulhas: Silakan Saja, yang Hebat-hebat Banyak

Nasional
Selain Bima Arya, PAN Dorong Desy Ratnasari untuk Maju Pilkada Jabar

Selain Bima Arya, PAN Dorong Desy Ratnasari untuk Maju Pilkada Jabar

Nasional
Perkecil Kekurangan Spesialis, Jokowi Bakal Sekolahkan Dokter RSUD Kondosapata Mamasa

Perkecil Kekurangan Spesialis, Jokowi Bakal Sekolahkan Dokter RSUD Kondosapata Mamasa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com