Betapa muhibah Bung Karno mendapat sambutan yang begitu antusias dari rakyat Korea Utara.
Bung Karno bahkan mendapat Doktor Honoris Causa untuk bidang politik dari Universitas Pyongyang.
Lagu-lagu Indonesia seperti Bengawan Solo, Rayuan Pulau Kelapa, Potong Bebek Angsa sengaja dipelajari para pelajar Korea Utara dalam menyambut kedatangan Soekarno.
Dan hingga kini, lagu-lagu tersebut masih bisa dinyanyikan dengan fasih oleh anak-anak sekolah di Pyongyang.
Kunjungan balasan Kim Il Sung ke Indonesia dilakukan tanggal 10-20 April 1966. Sambutannya pun tidak kalah meriahnya sejak kakek Kim Jong Un mendarat di Bandar Udara Kemayoran, Jakarta.
Oleh Universitas Indonesia (UI), Kim Il Sung juga mendapat kehormatan gelar Doktor Honoris Causa di bidang teknik.
Saat kebijakan pengiriman mahasiswa ikatan dinas (Mahid) di era Presiden Soekarno, Kementerian Pendidikan pernah mengirim beberapa mahasiswa untuk belajar di Pyongyang di tahun 1963-an.
Diantaranya Waluyo, Gatot Erningpraja dan Soetanti, istri DN Aidit yang sempat belajar akupuntur medis.
Saat mengunjungi Indonesia, untuk pertama kalinya Kim Il Sung mengajak putranya Kim Jong Il dalam lawatan resmi.
Dalam sebuah foto yang pernah saya lihat di Kantor Arsip Pyongyang, ada sebuah foto yang memperlihatkan Kim Jong Il muda “melirik” Megawati saat kunjungan di Istana Bogor.
Di Istana Bogor pulalah, Bung Karno menghadiahkan tananam anggrek yang diberi nama Kim Ilsungia.
Nantinya bunga anggrek ini menjadi bunga resmi Korea Utara dan saban tanggal 15 April dirayakan di seluruh penjuru Korea Utara dengan Festival Kim Ilsungia sekaligus memperingati hari kelahiran Kim Il Sung.
Sudah dua kali Megawati yang saya dampingi menghadiri perayaan Festival Kim Ilsungia di Pyongyang (2005 & 2006).
Pendekatan kebudayaan Ala Megawati
Saat memberikan pidato usai penganugerahan gelar Profesor Kehormatan dari Seoul Institute of the Arts (SIA) di Seoul, Rabu (11/5/2022), Megawati menyebut kunci persoalan di Semenanjung Korea harus diselesaikan melalui jalan dialog, jalan kebudayaan, jalan yang meretas kepercayaan dan penuh dengan nilai-nilai kemanusian.
Menurut Megawati, penyelesaian persoalan antara kedua Korea bukan dengan senjata. Dialog sangat memungkinkan dilakukan mengingat kedua Korea berakar dari keluarga yang sama, tanpa intervensi pihak-pihak lain.
Identitas kebudayaan Bangsa Korea begitu kuatnya hingga kini dan menjadi modal penting di dalam mendorong perdamaian dunia termasuk di Semenanjung Korea.
Ajaran Bung Karno tentang perdamaian dunia yang didasarkan penghormatan atas kemanusian, kemerdekaan dan keadilan sosial bisa dijadikan rujukan para pemimpin ke dua Korea.
Dengan identitas, jati diri dan karakter kebudayaan yang sama antara Korea Utara dan Korea Selatan, diyakni Megawati sebagai spirit kebudayaan yang mampu menjadi kunci perdamaian atau reunifikasi Korea (Antaranews.com, 11 Mei 2022).
Saat masih menjabat presiden, Megawati sempat melakukan kunjungan ke Korea Utara pada April 2003.
Karena disambut pribadi oleh Presiden Kim Jong Il selain oleh Presiden Presidium Majelis Tertinggi Rakyat Korea Utara Kim Yong Nam, kalangan internasional menganggap Megawati telah mendapat “kepercayaan penuh” dari pemimpin besar Korea Utara.
Bahkan usai kunjungan ke Pyongyang, Megawati telah ditunggu di Seoul oleh Presiden Kim Dae Jung untuk mengetahui sikap politik reunifikasi Kim Jong Il.
Kunjungan Megawati ke Pyongyang setelah tidak menjabat presiden tahun 2005 tetap disambut hangat oleh Kim Jong Il dan Kim Jong Nam.
Bahkan Megawati diberi akses untuk berziarah ke musoluem Kim Il Sung.