Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hepatitis Akut, Dianggap Kecil Kemungkinan Jadi Pandemi, tetapi Tetap Diwaspadai

Kompas.com - 20/05/2022, 06:58 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Bagus Santosa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah masyarakat berjibaku dengan pandemi Covid-19 lebih dari dua tahun, kini muncul ancaman penyakit baru yang bahkan belum diketahui penyebabnya dan menyerang anak-anak.

Penyakit itu dikenal dengan nama hepatitis akut misterius.

Publik mulai khawatir mengenai keberadaan penyakit hepatitis akut misterius yang terhitung kategori penyakit menular ini akan menjadi pandemi seperti Covid-19.

Baca juga: Langkah Kemenkes Antisipasi Penyebaran Hepatitis Akut di Sekolah

Kekhawatiran masyarakat akan hepatitis akut akan menjadi pandemi direspons oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menyebutkan, kecil kemungkinan hepatitis akut menjadi pandemi seperti Covid-19.

Hal yang mendasarinya adalah perkembangan kasus hepatitis akut di Indonesia dan dunia saat ini.

"Kalau kita lihat perkembangan kasus, kalau masih berkembang seperti situasi pandemi, rasanya kecil sekali. Karena kondisinya tidak ada mengancam lebih banyak dan menyebabkan aktivitas terganggu," kata Nadia dalam diskusi di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (19/5/2022).

Baca juga: Cegah Hepatitis Akut Misterius Meluas, Anggota DPR: Kenali Tanda atau Gejalanya

Data Kemenkes mengungkapkan, terdapat 436 kasus hepatitis akut misterius dari 27 negara.

"Indonesia melihat satu kasus kematian dengan empat kasus yang masih pending klasifikasi," tambahnya.

Belum ada klaster

Nadia melanjutkan, di Indonesia belum ditemukan klaster tentang penyebaran hepatitis akut.

Hal tersebut, katanya, menandakan belum ada peningkatan kasus yang signifikan dari penyakit ini.

Kendati demikian, ia mewanti-wanti agar masyarakat tidak menganggap enteng keberadaan hepatitis akut ini, apalagi penyakit tersebut menyerang anak usia sekolah.

"Tetap harus diwaspadai. Kita akan melakukan koordinasi dengan Kemendikbud. Nanti kita akan suratkan segala informasi dan program-program yang telah disiapkan bagi sekolah untuk mengedukasi, mengantisipasi hepatitis akut ini," kata Nadia.

Baca juga: Kemenkes Sebut Kecil Kemungkinan Hepatitis Akut Misterius Jadi Pandemi, Begini Alasannya

Lebih jauh, usulan untuk membentuk satuan tugas untuk menangani penyakit tersebut dianggap masih belum perlu oleh Nadia. 

Hal ini melihat eskalasi kasus hepatitis akut di Indonesia berbeda ketika menghadapi Covid-19.

"Kalau dilihat dari eskalasi masalahnya karena ini berbeda dengan Covid-19, rasanya kita ini tidak perlu membentuk satuan tugas khusus, membentuk satgas, setelah hampir tiga minggu (kasus pertama diumumkan)," tuturnya.

Nadia menerangkan, terdapat sejumlah provinsi di Indonesia yang telah melaporkan dugaan kasus hepatitis akut.

"Paling banyak di DKI (Jakarta) ya di mana ada satu kasus probable, terus ada tujuh kasus pending," ujarnya.

Kemudian, provinsi lain yang telah melaporkan di antaranya Sumatera Utara, Sumatera Barat,  Jambi,  Jawa Timur, dan Bali.

"Jadi kalau untuk pembentukan satgas, saya rasa tidak perlu ya karena masih sangat terbatas. Artinya, kalau kita lihat penanganan pandemi juga lebih baik," imbuh dia.

Pentingnya pencegahan

Wakil Ketua Komisi IX DPR Melki Laka Lena menekankan pentingnya pencegahan agar penyakit hepatitis akut tidak berubah menjadi pandemi.

Hal itu dikatakannya setelah melihat penyakit hepatitis akut di Indonesia mirip situasi ketika pandemi Covid-19 mewabah saat periode awal.

"Karena ini seperti kita lihat ini kurang lebih mirip dengan kejadian pada saat Covid-19 awal, di mana kita berpengalaman di Covid-19, sekarang kita masuk di hepatitis akut. Mudah-mudahan kita lebih awal antisipatif dengan kejadian ini," kata Melki dalam diskusi di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis.

Baca juga: Bahas Hepatitis Akut Misterius, Komisi IX DPR Jadwalkan Rapat dengan Kemenkes

Melki mengatakan, sebelum mencegah, semua pihak perlu terlebih dulu mengenal jenis penyakit itu.

Akan tetapi, diakuinya bahwa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Kemenkes pun belum memiliki penjelasan yang cukup terkait hepatitis akut misterius.

"Karena posisi kita masih meraba-raba, tentu yang paling penting adalah pencegahan," jelasnya.

Di sisi lain, pihak Komisi IX juga akan mengundang Kemenkes beserta pemangku kepentingan lainnya dalam rapat kerja pada Senin (23/5/2022) untuk membahas hepatitis akut.

Melki berharap dalam rapat tersebut terangkum jelas bagaimana sebenarnya penyakit hepatitis akut, mulai dari cara mengenali hingga potensi ancaman.

Senada dengan Melki, anggota Komisi IX DPR dari Fraksi PDI-P Rahmad Handoyo mengajak semua pihak untuk mencegah hepatitis akut.

Namun, sebelum mencegah, dia mengimbau agar masyarakat mengenali gejala-gejala atau tanda penyakit hepatitis akut misterius tersebut.

Baca juga: Pemprov DKI Skrining Ibu Hamil untuk Cegah Kasus Hepatitis Misterius

Rahmad menilai, pengenalan terhadap tanda atau gejala penyakit berguna untuk terhindar dari hal yang lebih buruk terjadi.

"Ketika kita tahu tentang tanda-tanda gejala hepatitis ini, sehingga nasihat dokter spesialis agar situasi dan kondisi anak-anak kita di bawah (usia) 17 tahun itu baru dibawa ke rumah sakit," kata Rahmad dalam diskusi di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis.

Politisi PDI-P itu melanjutkan, kondisi buruk bisa saja terjadi jika orangtua terlambat mengenal gejala atau tanda hepatitis akut misterius pada anak.

Baca juga: Kemenkes Sebut Kecil Kemungkinan Hepatitis Akut Misterius Jadi Pandemi, Begini Alasannya

Ia menuturkan, gejala hepatitis pada umumnya yaitu demam, pusing, diare, dan ada perubahan warna kulit pada anak.

"Kenalilah tanda-tandanya, kenalilah gejalanya," ujar Rahmad.

Mengenal gejala atau tanda penyakit itu dinilai menjadi golden moment atau momentum emas para orangtua sebelum hal lebih buruk terjadi pada anak.

Ia pun mengingatkan, hepatitis akut misterius tetap bisa disembuhkan. Hanya saja, kematian tetap bisa mengintai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

Nasional
Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Nasional
Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Nasional
Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Nasional
PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

Nasional
Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Nasional
Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Nasional
Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Nasional
PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

Nasional
Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Nasional
Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Nasional
Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Nasional
KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

Nasional
Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com