JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Andi Widjajanto mengatakan, transformasi militer di Indonesia tidak cukup hanya sampai tahun 2045.
“Kita operasionalkan menjadi peta jalan menuju 2045, lalu disadari bahwa untuk membangun angkatan bersenjata, untuk melakukan transformasi militer tidak cukup hanya sampai 2045,” kata Andi saat diskusi panel kegiatan Orasi Ilmiah dan Peluncuran Buku dalam rangka HUT ke-57 Lemhannas di Kantor Lemhannas, Jakarta, Kamis (19/5/2022).
Andi menuturkan, apabila melihat data dan indeks dari beberapa lembaga kajian, kemampuan Indonesia untuk mengadopsi teknologi, khususnya bidang baru seperti siber, artificial intelligence, nano, dan antariksa, masih berada di angka 2 dengan skala skor 1—5.
Menurutnya, salah satu masalah mendasarnya yakni alokasi sumber daya kepada bidang riset pengembangan.
“Bukan hanya tentang risetnya, tapi juga tentang penyiapan sumber daya manusianya,” kata Andi.
Secara formal, Andi menuturkan, Presiden Joko Widodo menggunakan dua terminologi baru dalam khasanah kebijakan pertahanan di Indonesia.
Pertama, transformasi pertahanan yang merupakan kelanjutan dari reformasi militer.
Kedua, terminologi Indonesia Defense Force atau kekuatan pertahanan Indonesia.
“Untuk saya, itu terminologi spesifik, yang akhirnya mengharuskan kita untuk melakukan perubahan paradigmatik bagaimana kita melihat revolusi organisasi militer Indonesia,” ungkap dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.