JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi IX DPR akan mengundang Kementerian Kesehatan dan pemangku kepentingan lainnya dalam rapat kerja pada Senin (23/5/2022) untuk membahas seputar penyakit hepatitis akut misterius.
Rapat tersebut diharapkan dapat memberi penjelasan kepada publik terkait penyakit yang belum diketahui penyebab pastinya itu.
"Hari Senin, Komisi IX sudah memutuskan, untuk mengundang Kementerian Kesehatan dan berbagai pihak terkait lain untuk hepatitis akut ini," kata Wakil Ketua Komisi IX DPR Melki Laka Lena dalam diskusi di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (19/5/2022).
Baca juga: Pemprov DKI Lakukan Cara Ini sebagai Pencegahan Penyebaran Penyakit Hepatitis
Melki mengatakan, Komisi IX berharap Kemenkes mampu menjelaskan perkembangan terkini terkait penyakit hepatitis akut di Indonesia.
Sebab, ia menilai, belum semua masyarakat, utamanya orangtua yang mengetahui penyakit tersebut.
"Semoga nanti di pertemuan tersebut sudah lebih jelas dan clear dan sudah ada penelitian dari Kemenkes tentang bagaimana kita memahami penyakit ini hepatitis akut," kata dia.
Politisi Partai Golkar itu mengingatkan, penyakit hepatitis akut sama halnya seperti ketika pandemi Covid-19 periode awal.
Ketika itu, banyak orang yang belum mengetahui cara mencegah agar virus Corona tidak menular.
Oleh karena itu, menurut dia, dalam menghadapi hepatitis akut, hal terpenting yakni mengetahui cara mencegahnya.
"Kita semua mendorong energi kita, biaya kita, perhatian kita pada pencegahan dulu. Sekali lagi adagium kesehatan kita itu, apa pun jenis penyakitnya, lebih baik mencegah daripada mengobati," ucap Melki.
Baca juga: 14 Kasus Dugaan Hepatitis Akut di Indonesia, Kenali Definisi Penyakit Hepatitis
Untuk itu, ia mengimbau semua pihak agar mampu mencegah bagaimana hepatitis akut dapat menyebar luas di masyarakat, khususnya anak-anak.
Berdasarkan data sementara pemerintah hingga Sabtu (14/5/2022), kasus dugaan hepatitis akut misterius terbanyak di DKI Jakarta.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, dari total kasus yang berjumlah 18 suspek, dua pertiganya merupakan pasien dari DKI Jakarta.
Sementara itu, sisanya berasal dari Sumatera Barat, Jawa Timur, Bangka Belitung, dan Kalimantan Timur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.