Dia curiga, penolakan ini karena ada pihak-pihak yang khawatir dirinya memengaruhi suara WNI yang berada di negara tetangga itu dalam menentukan pilihan di pemilu.
"Dulu kan 2018 dikhawatirkan ada kelompok cebong dan kapret," ujar UAS.
UAS juga pernah ditolak masuk di sejumlah negara Eropa. Pada Februari 2020, dia tak diizinkan masuk Belanda dan Inggris.
UAS mengaku, ketika itu dirinya telah mengantongi visa. Namun, petugas imigrasi enggan memberikan cap visa masuk untuknya.
"Di Belanda tak boleh masuk. Di Inggris tak boleh masuk," kata UAS saat ceramah di Masjid Sabiha Gökçen, Bandar Udara Internasional Turki, dikutip dari Tribunnewswiki.com.
Baca juga: Kerusuhan di Sri Lanka, Kemenlu Sebut Kondisi WNI Masih Aman
Saat itu, kata UAS, dia ditolak masuk karena ada unjuk rasa atas rencana kedatangannya. Unjuk rasa itu salah satunya diserukan oleh kelompok pendukung LGBT.
UAS ditolak lantaran ceramahnya dianggap menyinggung kelompok LGBT.
"Akhirnya saya tak bisa masuk," kata dia.
Selain di Belanda dan Inggris, UAS dikabarkan pernah ditolak masuk ke Swiss dan Jerman pada Oktober 2019.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.