“Tiga partai yang berkumpul sepakat bahwa dalam Pemilu 2024 nanti kita tidak boleh terjebak pada hal yang sama,” sebutnya.
Baca juga: Prihatin Wali Kota Ambon Tersangka Suap Izin Usaha, Ketua KPK: Seharusnya Jadi Sarana Dorong Ekonomi
“Kami ingin pemilu menjadi ajang kontestasi ide, gagasan, track record, dan prestasi. Kesempatan untuk saling membuktikan diri mana yang terbaik di antara para peserta kontestasi,” jelas dia.
Selain itu, Ace menegaskan, Koalisi Indonesia Bersatu ingin kompetisi hanya terjadi dalam proses Pemilu 2024.
Setelahnya, masing-masing tokoh bisa bersatu untuk membangun bangsa.
“Karena kita butuh bersatu agar bisa sama-sama membangun Indonesia,” katanya.
Terakhir, Ace memaparkan bahwa nama Bersatu diambil dari masing-masing lambang ketiga partai tersebut.
“Beringin lambangnya Golkar, Surya (matahari) lambangnya PAN, dan Baitullah (Kabah) lambangnya PPP,” imbuhnya.
Baca juga: KPK Tetapkan Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy Tersangka Suap Rp 500 Juta
Upaya pembentukan koalisi antara PAN, Golkar dan PPP dinilai merupakan usaha mengusung Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto sebagai calon presiden (capres) Pemilu 2024.
Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Firman Noor mengatakan, Partai Golkar lebih mudah menggandeng dua partai tersebut karena belum punya tokoh dominan untuk dijagokan.
“Memang PAN dan PPP belum punya tokoh yang bisa leading di partainya. Kalau parpol yang lain tawar menawarnya agak alot karena masih punya (tokoh) yang berpeluang maju sebagai RI 1,” terang Firman pada Kompas.com, Jumat.
Ia menilai saat ini yang dipikirkan Partai Golkar adalah mencapai presidential threshold (PT).
Soal siapa tokoh dari PAN atau PPP, lanjut Firman, yang cocok mendampingi Airlangga bisa dipikirkan kemudian.
Baca juga: Profil Richard Louhenapessy, Wali Kota Ambon 2 Periode yang Kini Tersangka Suap
Diberitakan sebelumnya, usai pertemuan pada Kamis malam, Airlangga tidak menjawab saat ditanya soal siapa calon presiden yang akan diusung oleh koalisi ketiga parpol.
Oleh karenanya, Firman menduga, jika tokoh yang akan mendampingi Airlangga tak juga muncul atau dipandang cocok, peserta koalisi ini bisa bertambah dengan mengajak Partai Demokrat.
“Dalam perkembangannya bukan tidak mungkin menggaet Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Sebab setahu saya di kalangan Golkar ada sebagian yang nyaman dengan Demokrat, begitu pun sebaliknya,” paparnya.