Di mana rasa malunya sang gubernur ini jika jejak pernyataan-pernyataannya tidak terhapuskan?
Ada juga gubernur yang rela menaiki kereta api umum berbaur dengan warga yang mudik dari ibu kota menuju daerahnya.
Padahal selama ini tidak pernah melakukannya, biasanya menggunakan moda transportasi yang lebih cepat.
Kepentingan pencitraan dan pemanfaatan media sosial yang dikemas sedemikian rupa memang begitu mengasyikkan netizen.
Ada lagi cerita soal “kelakuan” menteri yang saya lihat setelah silahturahim dengan sahabat di Pulau Bangka saat pasca-Lebaran kemarin.
Saya kerap menjumpai poster menteri ini di sepanjang jalan dari Pangkalpinang ke Sungai Liat. Hampir setiap jengkal, saya selalu menemukan poster yang membosankan ini.
Penderitaan visual saya terus berlanjut saat ke anjungan tunai mandiri atau saat menunggu kopor yang akan keluar dari bagasi pesawat.
Jargonnya begitu membangkitkan semangatnya untuk menggapai mimpi menjadi penguasa negeri, sementara kopor saya dan ratusan penumpang lainnya tertahan hampir sejam lebih.
Betapa miris, perusahaan yang ada dinaungan kementerian sang menteri ini hanya untuk mengurus pengeluaran koper dari perut pesawat hingga ke pengambilan bagasi butuh waktu yang lumayan lama.
Sementara tayangan sang menteri mengganggu pendengaran dan pandangan saya yang tertuju ke koper.
Menteri-menteri yang memiliki partai tidak kalah sibuknya beranjangsana ke sana kemarin mencoba jalinan koalisi tanpa memikirkan tugas kementeriannya yang tertumpuk.
Bagi mereka, fasilitas negara yang dinikmatinya tidak ada salahnya digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan pribadi dan partainya.
Seorang Jokowi tidak perlu berkali-kali untuk memerintahkan para menterinya untuk fokus berkeja.
Sebelum bertolak ke Washington, Amerika Serikat untuk berpartisipasi dalam pertemuan KTT Khusus ASEAN – AS (9/5/2022), Presiden Joko Widodo mengingatkan jajaran menteri di kabinetnya agar bekerja sesuai koridor tugasnya.
Peringatan ini menjadi ke dua kalinya dalam waktu satu bulan agar para menteri fokus bekerja dan tidak terganggu dengan agenda politik terkait pelaksanaan proses Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 (Katadata.co.id, 13 Mei 2022).
Melihat fenomena ketika “malu” tidak tahu diri yang melanda pejabat-pejabat di bawahnya, kita menagih komitmen Jokowi untuk bersikap tegas. Sekali lagi: tegas.
Ganti saja menteri-menteri yang “bergenit-genit” politik dengan orang lain yang mau bekerja benar.
Jokowi harus paham bahwa para pembantunya yang rajin mengejar elektabilitas hanyalah melupakan “malu” yang seharusnya dimiliki seorang pejabat untuk memikirkan rakyatnya.
Jangan lagi ada tragedi minyak goreng langka, solar dan BBM susah dicari, pupuk tidak terbeli dan hepatitis akut mengintai anak-anak kita tercinta.
Betapa susah mencari “malu” di negeri yang menganggungkan rasa malu harus ditutup rapat-rapat tak terendus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.