Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Indonesian Insight Kompas
Kelindan arsip, data, analisis, dan peristiwa

Arsip Kompas berkelindan dengan olah data, analisis, dan atau peristiwa kenyataan hari ini membangun sebuah cerita. Masa lalu dan masa kini tak pernah benar-benar terputus. Ikhtiar Kompas.com menyongsong masa depan berbekal catatan hingga hari ini, termasuk dari kekayaan Arsip Kompas.

Kemenangan Marcos Jr di Filipina: Alarm bagi Demokrasi Indonesia

Kompas.com - 11/05/2022, 23:58 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dalam hal Filipina, lanjut Adnan, kultur masyarakat yang berbasis klan juga menyuburkan primordialitas. Meski Indonesia tak sepenuhnya mirip terkait konteks ini, ada gelagat yang tetap perlu diantisipasi pula. 

Oligarki di Indonesia, kata Adnan, juga adalah persoalan yang tak bisa dinafikan seperti halnya di Filipina. Orde Baru dengan Soeharto sebagai patron juga tak pernah benar-benar bakal bisa dihapus dari Indonesia. 

Tidak dapat dimungkiri bahwa sejumlah politisi yang namanya masih berseliweran bahkan berada di pemerintahan hingga sekarang merupakan sosok yang lahir dan besar dari Orde Baru. 

Baca juga: Kembalinya Dinasti Marcos di Filipina: Anugerah untuk China, Canggung bagi AS

Menurut Adnan, reformasi di Indonesia hanya mampu menyingkirkan Soeharto dari kekuasaan. Dalam struktur ekonomi politik, Orde Baru masih mengakar hingga sekarang. 

"(Reformasi sejauh ini masih) gagal membangun struktur ekonomi politik yang lebih bersih, lebih demokratis. Para pemain politik dan ekonomi tidak banyak bergeser (dari Orde Baru)," ujar Adnan. 

Tantangan bagi Indonesia

Belajar dari hasil Pemilu Presiden Filipina 2022, Adnan meminta para aktor politik lebih fokus memperkuat institusi demokrasi daripada "jualan" sosok atau figur. 

"Kalau tidak begitu, demokrasi bisa menjadi ricuh. Kelihatan bagus tapi borok banyak," tegas dia.

Berkaca dari Filipina, ungkap Adnan, proses hukum atas rezim korup Marcos memang ada. Namun, keluarga penguasa Filipina tersebut tetap menikmati hasil korupsi, punya kekebalan hukum, dan Imelda Marcos pun masih menjadi idola bagi sebagian masyarakat.

Masih dari Pemilu Filipina 2022, strategi Marcos Jr yang menggandeng Sara Duterte juga patut dicermati. Yang ini terkait isu politik populisme, strategi yang lebih dulu digunakan ayah Sara untuk menduduki tampuk kekuasaan. 

"Kasus Filipina ini memberikan pelajaran bahwa lagi-lagi yang dilihat masih individu dan calon, bukan kualitas dan kapasitas institusi politiknya," tegas Adnan.

Baca juga: Profil Ferdinand Marcos Jr, Anak Diktator yang Jadi Presiden Terpilih Filipina

Bagi Indonesia, kedua hal di atas juga terjadi dari waktu ke waktu. Terlebih lagi, Adnan melihat ada tren praktik korupsi yang kini berjalan lebih leluasa, lebih mudah, dan lebih berani, sebagai imbas kebijakan anti-korupsi yang sekadar pragmatis. 

"Harus kita akui bahwa sistem antikorupsi tengah mengalami relaksasi," ujar Adnan. 

Lalu, populisme dan arus disinformasi yang membanjiri media sosial pun terjadi di Indonesia. Kedua hal ini di Filipina bahu-membahu menegasikan fakta sejarah tentang kekejaman dan praktik korupsi yang terjadi selama rezim Marcos berkuasa.  

"Belajar dari Filipina, kelompok masyarakat sipil dan kita semua harus cukup kuat untuk membangun counter narasi (atas arus disinformasi dan praktik politik populisme)," kata Adnan. 

Di tengah PR besar membendung politik uang dalam kontestasi politik, tegas Adnan, pendidikan politik harus terus diperkuat. Rekam jejak para aktor dan catatan sejarah harus terus menjadi ingatan kolektif publik. Semangat menolak lupa harus terus dijaga dan dirawat.

Sekilas Pemilu Filipina 2022

Bongbong dalam kampanyenya tegas menolak mencela tindakan brutal dan koruptif keluarganya. Pengingkarannya ini mendapatkan angin dari penggunaan media sosial untuk mengembuskan disinformasi tentang rekam jejak keluarga Marcos. 

Sekadar pengingat pula, mantan Ibu Negara, Imelda Marcos, pernah diasingkan pada 1986 lewat revolusi kekuatan rakyat. 

Meski kemenangan Bongbong sudah dapat dipastikan dari hasil perhitungan sementara, penetapan hasil Pemilu Filipina 2022 dijadwalkan paling cepat terjadi pada 28 Mei 2022. 

Di tengah gegap gempita kegembiraan pendukung Marcos Jr, kalangan lain di Filipina tengah berduka, terutama mereka yang pernah terlibat revolusi kekuatan rakyat. 

"Akan ada lebih banyak kematian, akan ada lebih banyak utang, akan ada lebih banyak kelaparan. Keluarga Marcos akan mencuri," ujar Mae Paner, aktivis yang pernah menjadi bagian dari revolusi rakyat, seperti dikutip AFP. 

Baca juga: Detik-detik Kejatuhan Diktator Filipina Ferdinand Marcos

Suara serupa muncul dari para aktivis hak, pemimpin gereja Katolik, dan komentator politik. Bonifacio Ilagan, yang pernah dua tahun dipenjara dan disiksa di masa darurat militer Marcos berpendapat hasil Pemilu Filipina 2022 ini menyesakkan.

"(Hasil pemilu ini) mengungkapkan sebegitu dalam tipu daya para penipu sejarah meresap ke dalam kesadaran orang Filipina," ujar Ilagan, seperti dikutip AFP.

Wakil Presiden petahana dan kompetitor Bongbong, Leni Robredo, menyatakan kekecewaan atas hasil pemilu tetapi berjanji akan tetap berjuang melawan pemerintahan yang buruk. 

Di antara janji kampanye Lobredo adalah membersihkan gaya politik kotor yang sekian lama menunggangi demokrasi feodal dan korup dengan hanya segelintir nama keluarga memegang kendali.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Selain Menteri PDI-P, Menteri dari Nasdem dan 2 Menteri PKB Tak Ikut Buka Puasa Bersama Jokowi

Selain Menteri PDI-P, Menteri dari Nasdem dan 2 Menteri PKB Tak Ikut Buka Puasa Bersama Jokowi

Nasional
Imigrasi Bakal Tambah 50 'Autogate' di Bandara Ngurah Rai

Imigrasi Bakal Tambah 50 "Autogate" di Bandara Ngurah Rai

Nasional
Diminta Timnas Anies-Muhaimin Hadiri Sidang MK, Sri Mulyani Senyum dan Geleng-geleng Kepala

Diminta Timnas Anies-Muhaimin Hadiri Sidang MK, Sri Mulyani Senyum dan Geleng-geleng Kepala

Nasional
Imigrasi Terapkan SIMKIM di PLBN Buat Pantau Pelintas Batas

Imigrasi Terapkan SIMKIM di PLBN Buat Pantau Pelintas Batas

Nasional
Imigrasi Bakal Terapkan 'Bridging Visa' Buat WNA Sedang Urus Izin Tinggal

Imigrasi Bakal Terapkan "Bridging Visa" Buat WNA Sedang Urus Izin Tinggal

Nasional
Muncul Wacana Cak Imin Maju di Pilgub Jatim, Dewan Syuro PKB: Fokus Kawal MK

Muncul Wacana Cak Imin Maju di Pilgub Jatim, Dewan Syuro PKB: Fokus Kawal MK

Nasional
Seluruh Kantor Imigrasi Kini Layani Pembuatan Paspor Elektronik

Seluruh Kantor Imigrasi Kini Layani Pembuatan Paspor Elektronik

Nasional
KPK Sebut Nasdem Sudah Kembalikan Rp 40 Juta dari SYL

KPK Sebut Nasdem Sudah Kembalikan Rp 40 Juta dari SYL

Nasional
17 Agustus 2024, Paspor RI Ganti Warna

17 Agustus 2024, Paspor RI Ganti Warna

Nasional
Komisi VIII DPR Harap Resolusi Gencatan Senjata di Gaza Akhiri Penderitaan Rakyat Palestina

Komisi VIII DPR Harap Resolusi Gencatan Senjata di Gaza Akhiri Penderitaan Rakyat Palestina

Nasional
PAN Sebut Susunan Kabinet Prabowo Akan Dibahas Usai Gugatan di MK Selesai

PAN Sebut Susunan Kabinet Prabowo Akan Dibahas Usai Gugatan di MK Selesai

Nasional
DPR RI Resmi Sahkan RUU Desa Menjadi UU, Jabatan Kades Kini Jadi 8 Tahun

DPR RI Resmi Sahkan RUU Desa Menjadi UU, Jabatan Kades Kini Jadi 8 Tahun

Nasional
Menko Polhukam Akan Bentuk Tim Tangani Kasus TPPO Bermodus 'Ferienjob' di Jerman

Menko Polhukam Akan Bentuk Tim Tangani Kasus TPPO Bermodus "Ferienjob" di Jerman

Nasional
PAN Yakin Prabowo-Gibran Bakal Bangun Kabinet Zaken

PAN Yakin Prabowo-Gibran Bakal Bangun Kabinet Zaken

Nasional
Puan Lantik 3 Srikandi Anggota PAW dari Fraksi P-Nasdem, PPP, dan PKB

Puan Lantik 3 Srikandi Anggota PAW dari Fraksi P-Nasdem, PPP, dan PKB

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com