“Karena saksi dua dan saksi tiga terus berbicara kepada terdakwa maka terdakwa secara spontan mengatakan, ‘Kamu jangan cengeng, nanti kita buang saja mayatnya ke sungai',” kata Aleksander.
Baca juga: Kolonel Priyanto Disebut Buang Jasad Handi-Salsa ke Sungai karena Panik
Aleksander mengatakan, kehendak terdakwa untuk menghilangkan nyawa korban saat itu dalam suasana tidak tenang, dengan kata lain suasana batin terdakwa dalam keadaan panik, tegang, dan kalut.
Menurut dia, hal itu juga diiringi pula perasaan takut dan khawatir karena akan nasib kedua anak buahnya.
Ia menilai, karena kepanikan itu, situasi atau keadaan yang serupa bisa saja dialami oleh siapa saja.
Di samping itu, Aleksander mengklaim bahwa penentuan tempat dan waktu pembuangan kedua jenazah korban tidak direncanakan.
Hal ini terbukti bahwa terdakwa membuka Google Maps untuk mencari tempat membuang korban.
Menurut dia, jika hal tersebut sudah direncanakan sebelumnya, tentunya terdakwa tidak perlu membuka Google Maps tetapi langsung menuju tempat.
Baca juga: Kuasa Hukum: Kolonel Priyanto Sudah Ikhlas Dipecat dari TNI AD
Dengan demikian, kata dia, tidak ada unsur perencanaan dalam kasus yang dihadapi Priyanto.
“Dengan uraian tersebut, dengan rencana terlebih dahulu tidak terbukti secara sah dan meyakinkan,” kata dia.
Merasa bodoh
Sementara itu, Priyanto mengakui telah bertindak bodoh. Ia juga mengakui bahwa perbuatannya sangat tidak baik.
“Kami mohon kiranya Yang Mulia bisa melihat dari apa yang kami lakukan hal itu memang sangat-sangat bodoh sekali, perbuatan yang betul-betul tidak baik sekali,” kata Priyanto.
Selain itu, Priyanto sangat menyesali aapa yang dilakukannya. Sebab, perbuatannya tersebut juga telah merusak citra institusi TNI.
“Kami sangat merasa bersalah, sangat-sangat merasa bahwa kami sudah merusak institusi TNI, khususnya TNI AD,” ujar dia.
Baca juga: Menyesal, Kolonel Priyanto Akui Bertindak Bodoh dan Coreng Nama TNI
Priyanto juga mengakui bahwa sejauh ini dirinya belum sempat mengucapkan permintaan maaf kepada keluarga korban.
Ia pun berusaha agar bisa menyampaikan permintaan maaf kepada keluarga korban.
Ia berharap, perbuatan tersebut menjadi yang pertama dan terakhir dalam perjalanan hidupnya.
“Dan saya harapkan apa yang saya sampaikan bisa diterima oleh keluarga korban,” kata Priyanto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.