JAKARTA, KOMPAS.com – Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) menilai, munculnya kasus hepatitis misterius yang menyerang anak patut menjadi perhatian serius bagi penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar.
Koordinator P2G Satriwan Salim menyebutkan, Kemendikbud Ristek, Kemenag, Kemenkes, pemda, dan sekolah seharusnya menjadikan hal ini sebagai keseriusan.
Satriwan berujar, P2G khawatir kasus hepatitis misterius ini menjadi wabah terhadap anak.
"Kami mendesak Kemendikbud Ristek dan pemerintah daerah membuat surat edaran sebagai pengingat agar sekolah-sekolah meningkatkan disiplin protokol kesehatan, mencegah Covid-19 yang masih pandemi, termasuk mencegah penularan hepatitis terhadap anak," kata Satriwan dalam keterangan tertulis, Selasa (10/5/2022) malam.
Baca juga: Kasus Hepatitis Akut di Indonesia, 5 Anak Meninggal, dan Kasus Terbanyak di Jakarta
Satriwan menyebutkan, pencegahan kasus hepatitis misterius anak ini hendaknya menjadi perhatian lebih, khususnya bagi anak usia playgroup, PAUD/TK, dan SD/MI.
Penyakit ini dianggap harus menjadi kesadaran kolektif, khususnya bagi guru, siswa, dan orangtua.
Secara khusus, Kepala Bidang Advokasi P2G Iman Zanatul Haeri beranggapan bahwa surat edaran kepada warga sekolah menjadi vital.
"Agar warga sekolah memiliki pemahaman yang baik, khususnya terkait kasus hepatitis misterius anak. Apa saja indikasi gejala, faktor penyebab, langkah pencegahan, serta kiat hidup bersih demi menjaga anak agar tidak tertular," ujar Kepala Bidang Advokasi P2G Iman Zanatul Haeri.
Terlebih lagi, selama pandemi Covid-19 dan pelaksanaan adaptasi kebiasaan baru di sekolah, pelanggaran protokol kesehatan masih kerap terjadi.
Baca juga: 15 Kasus Hepatitis Anak di Indonesia, Ketahui Gejala dan Penularannya
Sementara itu, pencegahan terhadap kasus hepatitis juga bergantung pada kedisiplinan menjaga kebersihan diri, termasuk di sekolah.
“Langkah-langkah pencegahan penularan dan disiplin prokes di sekolah adalah upaya yang sangat penting dan strategis,” kata Iman.
“Khususnya lagi, demi mencegah jauh-jauh hari agar kasus hepatitis misterius anak tidak kemudian hari berubah menjadi pandemi, yang kembali akan berdampak terhadap kualitas pendidikan nasional,” kata dia.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, jumlah pasien yang meninggal akibat hepatitis akut dilaporkan bertambah dari tiga orang menjadi lima orang.
"Lima orang meninggal dunia di DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Sumatera Barat," kata Nadia saat dihubungi Kompas.com, Selasa (10/5/2022).
Ia juga mengatakan, sebanyak 15 kasus hepatitis akut terdeteksi di lima provinsi, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Barat, dan Bangka Belitung.
Baca juga: Waspadai Hepatitis Akut, Pemkab Wonogiri Perketat Pengawasan Kantin dan Penjual Jajanan di Sekolah
Hingga saat ini, lanjut Nadia, beberapa pasien yang mayoritas berusia 1-6 tahun tersebut masih dalam perawatan.
Sebelumnya, Menkes Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pihaknya telah mengeluarkan surat edaran yang ditujukan kepada semua rumah sakit dan dinas kesehatan untuk melakukan pengawasan surveilans terkait dengan kasus ini per 27 April 2022.
Hal tersebut dilakukan empat hari sesudah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyampaikan adanya wabah hepatitis akut tersebut di Eropa pada 23 April 2022.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.