Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rizal Ramli Kritik Anggaran Pemilu Serentak 2024, Bandingkan dengan Era Presiden Habibie

Kompas.com - 10/05/2022, 16:26 WIB
Mutia Fauzia,
Bagus Santosa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar ekonomi senior Rizal Ramli menyoroti anggaran Pemilu 2024 dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024 yang dinilai terlampau fantastis, yakni mencapai Rp 110,4 triliun.

Menurutnya, besarnya anggaran tersebut tidak akan menjamin terselenggaranya pemilihan umum (pemilu) yang benar-benar jujur dan adil.

Baca juga: Pemilu 2024 dan Sentilan Jokowi agar Para Menteri Tetap Fokus Bekerja

Ia pun membandingkan anggaran Pemilu dan Pilkada Serentak 2024 dengan dua periode pemilu yang penyelenggarannya ia nilai berhasil, yakni Pemilu 1955 yang merupakan pemilu pertama yang berhasil dilaksanakan secara demokratis, serta Pemilu 1999 yang terselenggara di era Presiden ketiga RI BJ Habibie.

"Keduanya benar-benar jujur dan adil, nyaris tanpa kecurangan. Dan biaya murah. Pemilu 1999 dipercepat dari 2002, hanya Rp 1,3 triliun, bandingkan Rp 110 triliun untuk 2024," ujar Rizal seperti dikutip dari akun Twitter resminya, @RamliRizal, Selasa (10/5/2022).

Kompas.com telah mendapat izin dari Rizal Ramli untuk mengutip cuitannya tersebut.

Ia pun menilai, besarnya anggaran Pemilu 2024 dan Pilkada Serentak 2024 tersebut tidak menjamin lahirnya pemimpin berkualitas.

Selain itu, menurut Rizal, pemilu mendatang seharusnya bisa memanfaatkan teknologi digital untuk mengolah dan menabulasi data hasil pemilihan.

Baca juga: Jokowi Minta Menteri Tetap Fokus Kerja Jelang Pemilu, KSP Singgung Etika Politik

Pemanfaatan teknologi digital untuk mengolah data pemilu menurutnya bisa menjadi solusi untuk mencegah terjadinya kecurangan.

"Dengan teknologi digital hari ini, data Pemilu dari 88.000 TPS bisa langsung dikirim dan ditabulasi oleh Komputer KPU secara online, aman dan reliable. Tidak perlu lagi kardus-kardus dikirim ke kecamatan, kabupaten, ibu kota Propinsi karena di titik-titik itulah terjadi kecurangan-kecurangan, ganti data," ucap dia.

Adapun Presiden Joko Widodo sendiri sebelumnya sempat meminta agar anggaran Pemilu dan Pilkada 2024 yang diperkirakan mencapai Rp 110,4 triliun untuk dihitung ulang.

Ia pun mengatakan, dengan dihitung ulang, persiapan pelaksanaan Pemilu dan Pilkada 2024 bisa dilaksanakan secara bertahap.

Baca juga: Jokowi: Tahapan Pemilu 2024 Dimulai Pertengahan 2022, Menteri Harus Fokus Kerja

Anggaran sebesar Rp 110,4 triliun tersebut terdiri atas Rp 76,6 triliun untuk Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Rp 33,8 triliun untuk Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).

"Pemilu pada 14 Februari 2024 dan Pilkada serentak November 2024 diperkirakan butuh anggaran sampai Rp 110,4 triliun, untuk KPU Rp 76,6 triliun dan Bawaslu Rp 33,8 triliun," ujar Jokowi dalam unggahan di akun Twitter resminya @jokowi pada Senin (11/4/2022).

"Saya minta untuk dihitung lagi lebih detail, baik APBN maupun APBD, agar dapat dipersiapkan secara bertahap," lanjut kepala negara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

Nasional
Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Nasional
Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Nasional
Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Nasional
PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

Nasional
Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Nasional
Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Nasional
Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Nasional
PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

Nasional
Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Nasional
Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Nasional
Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Nasional
KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

Nasional
Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com