Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gerindra Klaim Tak Ada Kepentingan Politik di Balik Silaturahmi Lebaran Prabowo

Kompas.com - 09/05/2022, 17:45 WIB
Ardito Ramadhan,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco menyatakan, tidak ada kepentingan politik di balik silaturahmi Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto ke sejumlah tokoh pada masa Hari Raya Idul Fitri 1443 H.

Dasco mengatakan, pandangan sejumlah pihak yang menilai silaturahmi tersebut berkaitan dengan Pemilihan Presiden 2024 mendatang masih terlalu dini.

"Bahwa itu ditafsirkan oleh beberapa pihak melakukan kegiatan politik, saya pikir, untuk pilpres misalnya, itu masih terlalu dini karena yang dilakukan hanya memang halal bi halal dan silaturahmi Idul Fitri," kata Dasco di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (9/5/2022).

Dasco menuturkan, kunjungan Prabowo ke Presiden Joko Widodo merupakan hal yang wajar karena Prabowo sebagai Menteri Pertahanan adalah anak buah Jokowi di kabinet.

Baca juga: Safari Lebaran Prabowo dan Makna di Baliknya...

Sementara, pertemuan Prabowo dengan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri adalah bentuk penghargaan Prabowo kepada Megawati sebagai sosok yang lebih senior.

"Kalau ke Bu Mega itu lebih karena Pak Prabowo menghargai Bu Mega sebagai yang lebih tua dan selama ini hubungan baik sehingga ya dilakukan silaturahmi Lebaran sebelum ke tokoh-tokoh lain ke Bu Mega dulu," ujar Dasco.

Wakil ketua DPR itu menambahkan, silaturahmi Prabowo kepada tokoh-tokoh merupakan tradisi yang baik dilakukan pada masa Hari Raya Idul Fitri.

"Kunjungan Pak Prabowo itu ke tokoh-tokoh, ke alim ulama, itu adalah dalam rangka halal bi halal silaturahmi Hari Raya Idul Fitri dan itu kami pikir adalah tradisi yang bagus untuk dilakukan apda saat hari raya," kata dia.

Diketahui, selain Jokowi dan Megawati, Prabowo menemui sejumlah tokoh dalam rangka silaturahmi Lebaran selama satu pekan terakhir antara lain Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X, serta ulama sekaligus anggota Dewan Pertimbangan Presiden Habib Luthfi Bin Yahya.

Baca juga: Kepada Prabowo, Eks Danjen Kopassus: Mas Bowo Harus Jadi Presiden...

Pengamat politik dari Universitas Paramadina Ahmad Khoirul Umam berpendangan, safari silaturahmi itu kental dengan nuansa politik.

Sebab, tokoh-tokoh yang didatangi adalah simpul-simpul kekuatan politik besar, baik di level elite partai politik maupun tokoh yang berpengaruh secara sosial dan agama di akar rumput.

Umam mengatakan, Jokowi dan Megawati merupakan simpul kekuatan besar dari sisi kekuasaan dan partai politik penguasa.

"Simpul ini sangat bermanfaat dan menentukan untuk ia gunakan sebagai instrumen politik guna mematangkan basis koalisi PDI-P-Gerindra, sebagai jangkar pengusung Prabowo-Puan," kata Umam.

Selain itu, Prabowo juga dinilai ingin mendekati tokoh yang punya pengaruh sosial-agama, khususnya yang memiliki akar nahdliyin yang kuat.

Menurut Umam, hal itu berkaca dari silaturahmi Prabowo dengan kiai-kiai besar, termasuk mendatangi makam Presiden keempat Republik Indonesia, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.

Baca juga: Prabowo Silaturahim dengan Sri Sultan HB X, Keduanya Sebut Tak Ada Perbincangan Politik

"Langkah ini bagian dari strategi politik Prabowo untuk cuci tangan dari catatan politik Pilpres 2014, Pilkada DKI Jakarta 2017, dan Pilpres 2019, di mana timnya dinilai cukup intens menggunakan strategi eksploitasi politik identitas," ujar Umam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Nasional
Serba-Serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Serba-Serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Nasional
Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Nasional
Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Nasional
Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Nasional
Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Nasional
Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Nasional
[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

Nasional
Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Nasional
Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Nasional
Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Nasional
Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Nasional
Bawaslu Akui Tak Proses Laporan Pelanggaran Jokowi Bagikan Bansos dan Umpatan Prabowo

Bawaslu Akui Tak Proses Laporan Pelanggaran Jokowi Bagikan Bansos dan Umpatan Prabowo

Nasional
Soal Usulan 4 Menteri Dihadirkan di Sidang MK, Kubu Prabowo-Gibran: Kami 'Fine-fine' saja, tapi...

Soal Usulan 4 Menteri Dihadirkan di Sidang MK, Kubu Prabowo-Gibran: Kami "Fine-fine" saja, tapi...

Nasional
e-Katalog Disempurnakan LKPP, Menpan-RB Sebut Belanja Produk Dalam Negeri Jadi Indikator RB

e-Katalog Disempurnakan LKPP, Menpan-RB Sebut Belanja Produk Dalam Negeri Jadi Indikator RB

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com