Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IDI Sarankan Masyarakat Tahan Diri Tak Cipika-cipiki Saat Rayakan Lebaran

Kompas.com - 01/05/2022, 16:23 WIB
Mutia Fauzia,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban menyarankan agar masyarakat menahan diri tidak melakukan cipika-cipiki atau mencium pipi kanan dan pipi kiri saat Lebaran.

Hal itu ia ungkapkan lantaran meski tahun ini Lebaran 2022 sudah bisa dirayakan bersama-sama dan masyarakat sudah diizinkan untuk melakukan mudik, namun risiko penularan Covid-19 masih ada.

"Mengenai cipika-cipiki, itu berbahaya. Mengapa? Karena bagaimanapun kalau pakai masker masih ada sedikit virus yang bisa keluar. Jadi meski kalau sedikit tidak menular namun kalau dengan banyak orang akhirnya jumlah virus yang disaluran napas menjadi banyak," ujar Zubairi kepada Kompas.com, Minggu (1/5/2022).

Baca juga: Kembali Sungkem Manual

"Jadi cipika-cipiki jangan dikerjakan," tegas Zubairi.

Ia pun mengatakan, baiknya masyarakat berbagi rasa suka-cita saat bersilaturahim dengan cara lain.

Selain itu, ia juga mengkhawatirkan kondisi saat masyarakat mengobrol sembari makan saat halalbihalal.

Pasalnya, hal tersebut telah menjadi kebiasaan di tengah-tengah masyarakat, yakni pemilik rumah menyediakan makanan ringan maupun berat. Di tengah-tengah tradisi tersebut, mereka akan membuka masker lantaran harus memakan hidangan.

Baca juga: Mahfud Ajak Masyarakat Bangun Kegembiraan Saat Mudik, Jangan Sampai Ada Ketegangan

"Kan ada waktu makan, selalu buka masker, itu yang masih berisiko," ujar Zubairi.

Ia pun menyarankan agar masyarakat yang ingin mengadakan halalbihalal untuk menyiapkan paket makanan berupa snack maupun nasi dengan lauk pauk.

"Atau ya umumkan saja mohon maaf karena wabah meski amat menurun namun belum nol, tiap hari masih ada ratusan orang terinfeksi di Indonesia. Jadi kali ini kita tidak sediakan makan bersama," ucap Zubairi.

Adapun terkait tradisi sungkeman, ia mengatakan sangat mungkin terjadi penularan virus Sars-Cov-2.

Namun demikian, risiko tersebut bisa dicegah selama saat mengantre dan melakukan sungkem, masyarakat tertib menggunakan masker.

"Jadi memang ada risiko penularan untuk sungkem. Kan kita berbaris untuk sungkem pada orang yang dihormati, dalam hal ini ayah atau ibu, nah itu berbaris berisiko karena berdekatan, sungkem juga berisiko," ujar Zubairi.

"Namun risiko tidak terlalu tinggi. Jadi menurut saya masih bisa, silakan (untuk sungkeman), namun selalu harus pakai masker selama proses antre untuk sungkem dan saat sungkem," lanjut dia.

Ia pun mengatakan, saat tradisi sungkeman berakhir, masyarakat tak boleh lupa untuk mencuci tangan. Pasalnya saat sungkeman, tak hanya tangan satu orang saja yang dipegang, namun juga tangan dari banyak kerabat lainnya.

Untuk masker yang digunakan pun Zubairi menyarankan untuk memakai masker jenis N-95 atau KN-95.

"Atau kalau enggak dobel pakai masker bedah yang luarnya biru atau hijau itu," ujar Zubairi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

Nasional
Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Nasional
Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Nasional
PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

Nasional
Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Koarmada I Siapkan KRI Halasan untuk Tembak Rudal Exocet

Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Koarmada I Siapkan KRI Halasan untuk Tembak Rudal Exocet

Nasional
Yusril: Tak Ada Bukti Kuat Kubu Prabowo-Gibran Curang di Pilpres 2024

Yusril: Tak Ada Bukti Kuat Kubu Prabowo-Gibran Curang di Pilpres 2024

Nasional
Hakim MK Diminta Selamatkan Konstitusi lewat Putusan Sengketa Pilpres 2024

Hakim MK Diminta Selamatkan Konstitusi lewat Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
MK Bakal Unggah Dokumen 'Amicus Curiae' agar Bisa Diakses Publik

MK Bakal Unggah Dokumen "Amicus Curiae" agar Bisa Diakses Publik

Nasional
PSI Punya 180 Anggota DPRD, Kaesang: Modal Baik untuk Pilkada

PSI Punya 180 Anggota DPRD, Kaesang: Modal Baik untuk Pilkada

Nasional
Polri Sebut 8 Teroris yang Ditangkap di Sulteng Pernah Latihan Paramiliter di Poso

Polri Sebut 8 Teroris yang Ditangkap di Sulteng Pernah Latihan Paramiliter di Poso

Nasional
MK Kirim Surat Panggilan untuk Hadiri Pembacaan Putusan Sengketa Pilpres 2024

MK Kirim Surat Panggilan untuk Hadiri Pembacaan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com