JAKARTA, KOMPAS.com - Sungkeman adalah salah satu tradisi masyarakat Indonesia yang dilakukan saat hari raya Idul Fitri atau Lebaran.
Ketika sungkeman, seseorang bersimpuh di hadapan orang yang lebih tua dan mencium tangannya sambil mengucapkan kalimat permintaan maaf.
Namun demikian, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun ini masyarakat akan melakukan sungkeman di tengah situasi pandemi Covid-19 yang belum berakhir.
Baca juga: IDAI Tegaskan Mendukung IDI Jadi Satu-satunya Organisasi Profesi Dokter
Meski jumlah kasus baru secara harian terus turun, namun bukan berarti tidak ada penularan kasus baru setiap harinya.
Salah satu cara untuk mencegah penularan Covid-19 yang dalam dua tahun terakhir kerap digaungkan yakni tak bersalaman hingga menjaga jarak bila bertemu dengan orang lain.
Lalu bagaimana saat melakukan sungkeman pada Lebaran tahun ini?
Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban mengatakan, saat sungkeman dilakukan, sangat mungkin terjadi penularan virus Sars-Cov-2 yang merupakan jenis virus dari Covid-19.
Namun demikian, risiko tersebut bisa dicegah selama saat mengantre dan melakukan sungkem, masyarakat tertib menggunakan masker.
"Jadi memang ada risiko penularan untuk sungkem. Kan kita berbaris untuk sungkem pada orang yang dihormati, dalam hal ini ayah atau ibu, nah itu berbaris berisiko karena berdekatan, sungkem juga berisiko," ujar Zubairi kepada Kompas.com, Minggu (1/5/2022).
Baca juga: Ketua PB IDI Jelaskan Alasan Organisasi Profesi Kedokteran Harus Tunggal
"Namun risiko tidak terlalu tinggi. Jadi menurut saya masih bisa, silakan (untuk sungkeman), namun selalu harus pakai masker selama proses antre untuk sungkem dan saat sungkem," lanjut dia.
Ia pun mengatakan, saat tradisi sungkeman berakhir, masyarakat tak boleh lupa untuk mencuci tangan.
Pasalnya, saat sungkeman, tak hanya tangan satu orang saja yang dipegang, namun juga tangan dari banyak kerabat lainnya.
Untuk masker yang digunakan pun Zubairi menyarankan untuk memakai masker jenis N-95 atau KN-95.
"Atau kalau enggak dobel pakai masker bedah yang luarnya biru atau hijau itu," ujar Zubairi.
Ia juga menyarankan agar tradisi sungkem dilakukan di ruangan terbuka seperti halaman.
Namun demikian, bila memang harus dilakukan di dalam rumah, maka harus dipastikan jendela dan pintu dibuka secara keseluruhan.
"Kemudian kalau AC nyala boleh nggak? Boleh, tetapi pintu dan jendela harus tetap dibuka. Kalau ternyata sirkulasi udara di rumah sedikit, kipas angin akan bermanfaat untuk mengurangi konsentrasi virus yang ada di udara sewaktu pintu dan jendela harus selalu dibuka," kata Zubairi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.