Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bareskrim Dinilai Tidak Bijak Sita Honor Rossa Terkait Kasus DNA Pro

Kompas.com - 25/04/2022, 14:06 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Keputusan penyidik Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri yang menyita uang honor penyanyi Sri Rossa Roslaina Handiyani atau Rossa sebesar Rp 172.000.000 terkait kasus dugaan penipuan robot trading ilegal DNA Pro dikritik oleh pakar hukum pidana Universitas Trisakti Abdul Fickar Hadjar.

Menurut Abdul, seharusnya penyidik Bareskrim bisa membedakan uang yang diduga hasil kejahatan dengan honor yang dibayar kepada Rossa yang bekerja secara profesional.

"Penyitaan oleh polisi terhadap honor artis Rossa tidak proporsional, seharusnya dibedakan dengan penerima yang lain karena Rossa kan dibayar secara proporsional," kata Abdul saat dihubungi Kompas.com, Senin (25/4/2022).

Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabag Penum) Divisi Humas Polri Kombes Gatot Replo Handoko pada Sabtu (23/4/2022) pekan lalu mengatakan, Rossa memang menyerahkan uang itu kepada penyidik untuk kemudian disita sebagai salah satu barang bukti dalam proses penanganan perkara DNA Pro. Penyitaan dilakukan saat Rossa menjalani pemeriksaan di Bareskrim pada Kamis (21/4/2022) pekan lalu.

Baca juga: Kasus DNA Pro, Rossa Serahkan Uang Rp 172 Juta ke Bareskrim Polri

“(Benar) telah menyerahkan ke penyidik untuk disita,” kata Gatot.

Selepas pemeriksaan, Rossa mengatakan, dia memang diundang dalam acara yang digelar DNA Pro Academy di Bali pada akhir 2021 lalu. Namun, dia membantah terlibat menjadi mitra atau duta produk dari DNA Pro.

"Saya enggak punya kerja sama apa-apa. Saya memang menyanyi untuk sebuah acara. Jadi, saya diminta menyanyi sama manajemen saya karena ada kontrak," kata Rossa usai pemeriksaan.

Abdul mengatakan, dia bisa memahami logika penyidik jika ingin menganggap uang yang diterima Rosa disebut sebagao bagian dari hasil kejahatan DNA Pro. Menurut dia hal itu tidak masalah.

Baca juga: Rossa Mengaku Takut Saat Diperiksa Kasus DNA Pro

Akan tetapi, menurut Abdul yang menjadi persoalan adalah hubungan kerja antara Rossa dan DNA Pro saat itu murni profesional.

"Pola relasi antara DNA Pro dan Rossa kan profesional, karenanya itu sama dengan mengambil hak profesional Rossa. Ini tidak bijaksana," ujar Abdul.

"Lain halnya dengan penerima lain yang jelas-jelas pola relasinya tidak jelas, bolehlah disita. Tetapi terhadap (uang) yang diterima Rossa adalah sangat wajar," ucap Abdul.

Sampai saat ini penyidik Bareskrim Polri juga menyidik sejumlah figur publik lain sebagai saksi dalam perkara itu. Mereka adalah Herman Josis Mokalu atau Yosi Project Pop, Nowela Elizabeth Auparay atau Nowela Idol, Marcello Tahitoe atau Ello, Di Muhammad Devirzha atau Virzha, Rizky Billar, sampai Ivan Gunawan.

Kasus ini bermula setelah 122 orang yang menjadi korban penipuan DNA Pro melapor kepada polisi pada 28 Maret 2022. Mereka melaporkan dugaan penipuan yang diduga dilakukan oleh PT Digital Net Aset yang mengelola robot trading DNA Pro.

Baca juga: Uang Hasil Rossa Nyanyi di Acara Robot Trading DNA Pro Akan Disita

Jumlah kerugian dalam kasus investasi ilegal itu diperkirakan mencapai Rp 97 miliar.

Sampai saat ini penyidik Bareskrim Polri menetapkan 12 tersangka dalam perkara itu. Sebanyak 7 orang sudah ditahan, sedangkan 5 orang dinyatakan masih berstatus buron.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menjelang Putusan Sengketa Pilpres di MK, Kubu Ganjar-Mahfud Harap Tak Berakhir Antiklimaks

Menjelang Putusan Sengketa Pilpres di MK, Kubu Ganjar-Mahfud Harap Tak Berakhir Antiklimaks

Nasional
Optimistis MK Diskualifikasi Gibran, Kubu Anies: Tak Ada Alasan untuk Tidak Pemungutan Suara Ulang

Optimistis MK Diskualifikasi Gibran, Kubu Anies: Tak Ada Alasan untuk Tidak Pemungutan Suara Ulang

Nasional
MK Diperkirakan Tak Akan Diskualifikasi Prabowo-Gibran

MK Diperkirakan Tak Akan Diskualifikasi Prabowo-Gibran

Nasional
Jadwal Terbaru Pelaksanaan UTBK-SNBT 2024

Jadwal Terbaru Pelaksanaan UTBK-SNBT 2024

Nasional
Dana Zizwaf Selama Ramadhan 2024 Meningkat, Dompet Dhuafa: Kedermawanan Masyarakat Meningkat

Dana Zizwaf Selama Ramadhan 2024 Meningkat, Dompet Dhuafa: Kedermawanan Masyarakat Meningkat

Nasional
MK Diprediksi Bikin Kejutan, Perintahkan Pemungutan Suara Ulang di Sejumlah Daerah

MK Diprediksi Bikin Kejutan, Perintahkan Pemungutan Suara Ulang di Sejumlah Daerah

Nasional
Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Nasional
Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Nasional
TPN Ganjar-Mahfud Sebut 'Amicus Curiae' Bukan untuk Intervensi MK

TPN Ganjar-Mahfud Sebut "Amicus Curiae" Bukan untuk Intervensi MK

Nasional
Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Nasional
Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Nasional
Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com