Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Megawati yang Kini Gemar Lontarkan Sentilan, dari Antrean Minyak Goreng sampai Kenaikan Harga

Kompas.com - 22/04/2022, 10:56 WIB
Fitria Chusna Farisa

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri belakangan kerap menuai sorotan.

Bagaimana tidak, berulang kali dia melontarkan pernyataan kontroversial. Sejumlah hal Mega singgung, mulai dari antrean minyak goreng, kenaikan harga, hingga demo mahasiswa.

Pernyataan Mega sejak lama memang kerap disorot dan menuai pro kontra. Namun, belakangan sentilan-sentilannya seolah langsung ditujukan ke publik.

Beberapa pernyataan Mega pun dinilai tak sensitif lantaran menyinggung situasi rakyat yang sedang sulit.

Sentil antrean minyak

Megawati lagi-lagi bicara soal antrean minyak goreng. Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) itu mengaku bingung dengan maraknya warga yang mengantre lama untuk mendapatkan minyak ketika terjadi kelangkaan.

Sebab, di saat bersamaan, ibu-ibu juga berbondong-bondong belanja ke pasar untuk membeli baju baru.

"Saya lihat di pasar-pasar sekarang akibat sudah dilepaskannya PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat), ibu-ibu berbondong-bondong beli baju baru dan sebagainya. Padahal, di sisi lain bingung, mereka antre minyak goreng," kata Megawati dalam acara Kick Off Pembentukan Brida yang ditayangkan secara virtual, Rabu (20/4/2022).

Baca juga: Megawati Bingung, Ibu-ibu di Pasar Ramai Beli Baju Baru, tapi Sempat Antre Minyak Goreng

Menurut Megawati, perlu penelitian lebih lanjut atas fenomena ini. Hal ini penting untuk mengetahui kondisi perekonomian Indonesia yang sebenarnya.

Megawati pun menilai, peran Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) penting untuk memotret fenomena-fenomena sejenis di daerah.

Dengan demikian, setiap kebijakan yang ditelurkan oleh pemerintah daerah menjadi lebih terukur.

"Ini harus diriset, mengapa? Apakah benar kita jatuh ke arah depresi?" ujar Megawati.

Belum lama ini, Megawati juga disorot atas pernyataannya terkait antrean minyak goreng. Presiden kelima RI itu mengaku heran melihat ibu-ibu rela mengantre berjam-jam demi membeli minyak.

Ia juga mempertanyakan para ibu yang terlalu banyak menggoreng.

"Saya sampai mengelus dada, bukan urusan masalah nggak ada atau mahalnya minyak goreng, saya sampai mikir, jadi tiap hari ibu-ibu itu apakah hanya menggoreng sampai begitu rebutannya?" kata Megawati dalam webinar yang disiarkan Youtube Tribunnews, Jumat (18/3/2022).

Padahal, menurut Mega, selain digoreng, ada banyak cara untuk membuat makanan. Bisa dengan direbus, dibakar, atau dikukus.

"Apa tidak ada cara untuk merebus, lalu mengukus, atau seperti rujak, apa tidak ada? Itu menu Indonesia lho. Lha kok njelimet (rumit) gitu," tuturnya.

Baca juga: Sentil Kepala Daerah, Megawati: Jangan Cengeng Hadapi Kenaikan Harga

Mega mengatakan, seandainya almarhum suami menyuruhnya untuk ikut mengantre atau berebut membeli minyak goreng, sudah pasti dia tidak mau. Ketimbang menggoreng, dia bilang lebih memilih memasak di rumah dengan cara lainnya.

Selain enggan menghabiskan waktu, kata Mega, terlalu banyak mengonsumsi makanan yang digoreng juga tak baik untuk kesehatan tubuh.

"Saya emoh (tidak mau). Aku lebih baik masak di rumah, direbus kek, dikukus kek," kata dia.

Singgung kenaikan harga

Dalam kesempatan yang sama, Megawati meminta kepala daerah menggunakan riset untuk menentukan sebuah kebijakan.

Menurut dia, dengan perencanaan yang baik, kepala daerah tak perlu khawatir meski kebijakan yang dikeluarkan menuai kritik.

Baca juga: Heran Banyak yang Antre Beli Minyak Goreng, Megawati: Apakah Tiap Hari Ibu-ibu Hanya Menggoreng?

Hal itu, kata Megawati, kerap terjadi pada ayahnya. Sewaktu menjadi presiden RI, Soekarno selalu memikirkan rakyat dalam menentukan suatu kebijakan, tetapi masih terus saja ada yang mengejek.

Oleh karenanya, Mega meminta kepala daerah tidak cengeng jika kebijakan mereka dikritik rakyat.

"Beliau (Soekarno) selalu mengatakan, apa yang terpenting bagi rakyatmu? Perutnya kenyang," kata Megawati, Rabu.

"Bagaimana mengadakan yang namanya perut kenyang rakyat, jangan hanya cengeng kenaikan harga dan sebagainya. Kalian itu kepala-kepala pemerintahan di daerah loh, buat sebuah perencanaan!" tuturnya.

Menurut Mega, dengan adanya pembentukan Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida), pemerintah daerah bisa memanfaatkan riset untuk membuat kebijakan yang matang.

Soroti demonstrasi

Megawati juga sempat menyoroti demonstrasi yang belakangan sering digelar mahasiswa. Ia mempertanyakan apakah mahasiswa yang berdemonstrasi mengerti duduk perkara persoalan yang mereka suarakan.

"Dari sisi politik coba, belum apa-apa saja sudah demo-demo, saya itu pikir anak sekarang ini ngerti apa ndak toh," kata Megawati.

Baca juga: Tolak Wacana Penundaan Pemilu 2024, Megawati: Itu Permainan Politik

Adapun aksi yang belum lama ini digelar yakni demonstrasi mahasiswa menolak wacana penundaan Pemilu 2024 dan perpanjangan masa jabatan presiden 3 periode. Aksi itu digelar di berbagai daerah di tanah air.

Terkait isu pemilu ditunda, Mega sedianya juga sudah angkat bicara. Dia heran wacana penundaan pemilu masih bergulir meski Presiden Joko Widodo telah tegas menolaknya.

"Udah tegas-tegas dikatakan oleh presiden tidak ada penundaan. Kurang apalagi? Tapi itu kan permainan politik," kata Megawati.

Megawati pun menegaskan bahwa dirinya tidak ingin Pemilu 2024 ditunda. Pemilu, kata dia, harus berjalan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

"Saya tegas mengatakan sebagai ketua partai. No! Tak ada penundaan (pemilu) sama sekali. Tetap berjalan dengan apa adanya," ujar dia.

Baca juga: Geramnya PDI-P soal Isu Pemilu Ditunda: Jokowi Tegur Menteri hingga Mega Lantang Bersuara

Presiden kelima RI itu menyampaikan, pemerintah saat ini harus fokus untuk menangani pemulihan situasi yang terdampak pandemi Covid-19.

Dia khawatir penundaan pemilu bakal mengganggu agenda pemerintah yang lebih besar, yakni menyejahterakan rakyat.

Lingkar kekuasaan

Melihat sikap Megawati, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menilai, Mega jemawa karena tengah berada di lingkaran kekuasaan. Oleh karenanya, tak heran jika dia kerap menyinggung persoalan rakyat kecil di tanah air.

"Maka tidak mengherankan kalau kemudian Megawati berani menyinggung rakyat kecil dalam konteks wong cilik, sementara wong cilik itu adalah basis suara terbesar dari PDI-P," kata Dedi saat dihubungi Kompas.com, Kamis (21/4/2022).

Dedi pun menyayangkan sikap Megawati yang beberapa kali menyentil rakyat kecil. Apalagi, menurut dia, Mega merupakan pimpinan parpol yang mengeklaim sebagai partai "wong cilik" atau rakyat kecil.

Baca juga: SMRC: PDI-P Cenderung Akan Koalisi dengan NU untuk Pilpres 2024

Menurut Dedi, Megawati seolah melupakan perjuangan partainya yang mengedepankan kepentingan rakyat kecil itu.

"Dalam hal ini, Megawati saya kira melupakan perjuangan PDI-P di periode pemerintahan sebelumnya," ucap Dedi.

Kendati demikian, ia memaklumi sikap Megawati. Sebab, menurut dia, politikus cenderung bersikap dinamis, termasuk ketika berada di lingkaran kekuasaan.

Sementara, Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKOPI, Kunto Adi Wibowo, menilai, tidak ada yang salah dari pernyataan Megawati soal paradoks antrean minyak goreng dan ibu-ibu yang membeli baju baru. Sebab, dalam pernyataannya, Mega meminta BRIN untuk meriset fenomena itu.

Namun demikian, menurur Kunto, pernyataan itu disalahartikan karena tak disertai dengan pemaparan data-data ilmiah.

"Dan apakah ini cerminan Bu Megawati ingin show off, menurut saya enggak," kata Kunto kepada Kompas.com, Jumat (22/4/2022).

Baca juga: Perintah Jokowi Usut Tuntas Mafia, Akui Ada Permainan di Balik Mahalnya Minyak Goreng

Menurut Kunto, sebagai seorang senior politik, Megawati ingin dianggap sebagai begawan yang bijaksana dengan menyoroti berbagai fenomena terkini.

Namun, karena dibesarkan dengan budaya Jawa, pernyataan Mega lebih banyak berupa sindiran. Bagi Kunto, sentilan Megawati sebenarnya tak selalu berupa kritik.

"Tetapi apakah kritik ini ke masyarakat, atau kritiknya ke pemerintah, atau kritiknya ke peneliti-peneliti yang ada di BRIN, menurut saya kita harus secara hati-hati menginterpretasi ucapan beliau," tutur dosen Universitas Padjajaran itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Densus 88 Polri Kembali Tangkap 1 Teroris Jaringan JI di Sulteng, Totalnya Jadi 8

Densus 88 Polri Kembali Tangkap 1 Teroris Jaringan JI di Sulteng, Totalnya Jadi 8

Nasional
Yusril Tertawa Ceritakan Saksi Ganjar-Mahfud Bawa Beras 5 Kg untuk Buktikan Politisasi Bansos

Yusril Tertawa Ceritakan Saksi Ganjar-Mahfud Bawa Beras 5 Kg untuk Buktikan Politisasi Bansos

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Karangan Bunga Bernada Sindiran Muncul di MK

Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Karangan Bunga Bernada Sindiran Muncul di MK

Nasional
Yusril Akui Sebut Putusan 90 Problematik dan Cacat Hukum, tapi Pencalonan Gibran Tetap Sah

Yusril Akui Sebut Putusan 90 Problematik dan Cacat Hukum, tapi Pencalonan Gibran Tetap Sah

Nasional
Bukan Peserta Pilpres, Megawati Dinilai Berhak Kirim 'Amicus Curiae' ke MK

Bukan Peserta Pilpres, Megawati Dinilai Berhak Kirim "Amicus Curiae" ke MK

Nasional
Perwakilan Ulama Madura dan Jatim Kirim 'Amicus Curiae' ke MK

Perwakilan Ulama Madura dan Jatim Kirim "Amicus Curiae" ke MK

Nasional
PPP Tak Lolos ke DPR karena Salah Arah Saat Dukung Ganjar?

PPP Tak Lolos ke DPR karena Salah Arah Saat Dukung Ganjar?

Nasional
Kubu Prabowo Sebut 'Amicus Curiae' Megawati soal Kecurangan TSM Pilpres Sudah Terbantahkan

Kubu Prabowo Sebut "Amicus Curiae" Megawati soal Kecurangan TSM Pilpres Sudah Terbantahkan

Nasional
BMKG Minta Otoritas Penerbangan Waspada Dampak Erupsi Gunung Ruang

BMKG Minta Otoritas Penerbangan Waspada Dampak Erupsi Gunung Ruang

Nasional
Demokrat Tak Resisten jika Prabowo Ajak Parpol di Luar Koalisi Gabung Pemerintahan ke Depan

Demokrat Tak Resisten jika Prabowo Ajak Parpol di Luar Koalisi Gabung Pemerintahan ke Depan

Nasional
Kubu Prabowo-Gibran Yakin Gugatan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud Ditolak MK

Kubu Prabowo-Gibran Yakin Gugatan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud Ditolak MK

Nasional
Aktivis Barikade 98 Ajukan 'Amicus Curiae', Minta MK Putuskan Pemilu Ulang

Aktivis Barikade 98 Ajukan "Amicus Curiae", Minta MK Putuskan Pemilu Ulang

Nasional
Kepala Daerah Mutasi Pejabat Jelang Pilkada 2024 Bisa Dipenjara dan Denda

Kepala Daerah Mutasi Pejabat Jelang Pilkada 2024 Bisa Dipenjara dan Denda

Nasional
KPK Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

KPK Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

Nasional
Daftar 33 Pengajuan Amicus Curiae Sengketa Pilpres 2024 di MK

Daftar 33 Pengajuan Amicus Curiae Sengketa Pilpres 2024 di MK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com