Oleh karenanya tumbuh dorongan dalam derajat yang berbeda dari waktu ke waktu untuk kembali dan menghidupkan keberadaan di tempat asal.
Fenomena ini disebut “homecoming tendency”. Tendensi ini akan dilepaskan jika keadaan memungkinkan (Frijda, 2007). Aktivitas pulang kampung menjadi wadah penyaluran yang tepat.
Ketiga, mudik digunakan sebagai sarana untuk “memulihkan” hubungan dengan tempat asal. Tak heran jika mudik diwarnai dengan kunjungan ke tempat-tempat yang berkenaan dengan masa kanak-kanak seseorang.
Sebagian mengasosiasikan rumah sebagai tempat kanak-kanak mereka. Seringkali beberapa kegiatan dilakukan untuk melindungi tempat-tempat kenangan pribadi tersebut.
Keempat, mudik digunakan juga sebagai sarana menjalin keintiman dengan tempat asal. Karena waktu yang tersedia umumnya singkat, pemudik biasa mengulang rutinitas pribadi untuk membangun hubungan jangka panjang yang tahan lama dengan tempat-tempat itu.
Bernostalgia menjadi ungkapan hati yang terdalam.
Kelima, para pemudik yang ingin mempertahankan afiliasinya dengan tempat asal terus berjuang untuk tidak tertinggal.
Mereka mengalami dorongan pribadi untuk berhubungan kembali dengan kampung halaman dan merasakan “homecoming tendency” secara substansial.
Ini merupakan ekspresi untuk melestarikan eksistensi di kampung halaman karena masih merasa peduli, berkomitmen dan berkontribusi terhadap daerah tempat asal.
Ketika waktu yang terus berjalan menyiratkan kondisi yang makin baik, hari indah untuk pulang kian dekat untuk dijalani.
Belum lagi hasil survei serologi Covid-19 Kementerian Kesehatan dan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UI memperlihatkan tingkat antibodi warga Jawa Bali yang telah mencapai 99,2 persen, menjadi berita bagus agar aktivitas mudik berjalan lancar.
Namun demikian pemerintah tak henti-hentinya selalu mengingatkan masyarakat agar tetap menerapkan protokol kesehatan, walau tak yakin juga itu akan dilaksanakan ketika euforia mudik begitu menggelora.
Dua tahun berlalu, pandemi telah memendam rindu dan kini saatnya untuk kembali, pulang...
*Frangky Selamat, Dosen Tetap Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi & Bisnis, Universitas Tarumanagara, Jakarta
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.