JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menilai, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri jemawa karena tengah berada di lingkaran kekuasaan.
Ini terlihat dari pernyataan Megawati dalam menyikapi sejumlah persoalan di Tanah Air, termasuk ketika ia menyinggung wong cilik.
"Maka tidak mengherankan kalau kemudian Megawati berani menyinggung rakyat kecil dalam konteks wong cilik, sementara wong cilik itu adalah basis suara terbesar dari PDI-P," kata Dedi saat dihubungi Kompas.com, Kamis (21/4/2022).
Baca juga: Sentil Kepala Daerah, Megawati: Jangan Cengeng Hadapi Kenaikan Harga
Belum lama ini, Megawati yang juga Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) itu mengaku bingung melihat fenomena warga mengantre minyak goreng.
Di sisi lain, ia melihat ibu-ibu yang juga berbondong-bondong belanja ke pasar untuk membeli baju baru.
"Saya lihat di pasar-pasar sekarang akibat sudah dilepaskannya PPKM, ibu-ibu berbondong-bondong beli baju baru dan sebagainya. Padahal, di sisi lain bingung, mereka antre minyak goreng," ujar Megawati dalam acara Kick Off Pembentukan BRIDA yang ditayangkan secara virtual, Rabu (20/4/2022).
Megawati pun menilai fenomena ini sebaiknya diteliti lebih jauh. "Ini harus diriset, mengapa? Apakah benar kita jatuh ke arah depresi?" ujar Megawati.
Beberapa hari sebelumnya, Megawati juga sempat berkomentar soal kisruh minyak goreng.
Presiden ke-5 RI itu menyarankan masyarakat untuk merebus makanan sebagai solusi kelangkaan minyak goreng.
Baca juga: Saat Megawati Resah Pernyataan soal Minyak Goreng Disalahartikan dan Ditarik-tarik ke Politik...
Terkait sikap Megawati, Dedi pun menyayangkannya. Apalagi, menurut dia, Megawati adalah pemimpin dari PDI-P yang kerap menggaungkan kepentingan "wong cilik" atau rakyat kecil dalam program mereka.
Dia pun berpandangan bahwa Megawati seolah melupakan perjuangan partainya yang mengedepankan wong cilik itu.
"Dalam hal ini, Megawati saya kira melupakan perjuangan PDI-P di periode pemerintahan sebelumnya," ucap Dedi.
Kendati demikian, ia memaklumi jika Megawati bersikap demikian. Sebab, menurut dia, seorang politikus, termasuk Megawati, cenderung bersikap dinamis.
Sikapnya bisa berubah saat berada di lingkaran kekuasaan. Sikap ini berbeda ketika Megawati berada di kubu oposisi pemerintah.
Baca juga: Sentil Kepala Daerah, Megawati: Jangan Cengeng Hadapi Kenaikan Harga
Dia ingat betul bagaimana Megawati keras menentang berbagai kebijakan yang dinilai tidak pro-rakyat saat Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memerintah.
"Nah, ini (sikap keras) nyaris hilang ketika PDI-P memenangi pertarungan di Pilpres 2014 dan 2019," kata Dedi.